Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Konsolidasi Nasional Orang Muda Pulihkan Indonesia, WALHI: Kunci Masa Depan Berkelanjutan

Seratus pemuda dari berbagai penjuru Indonesia berkumpul di Pusat Pendidikan WALHI, Caringin, Bogor sejak kemarin hingga besok.

28 Oktober 2023 | 08.31 WIB

Aktivis dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) melakukan aksi teatrikal terkait kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutana (KemenLHK) Jakarta, Jumat, 20 Oktober 2023. Mereka mendesak pemerintah menindak perusahaan yang terindikasi terlibat dalam karhutla. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengungkapkan bahwa sejak Januari hingga September 2023 sebanyak 184.223 titik api di Indonesia dengan luasan terbakar seluas 642.099,73 hektar. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
material-symbols:fullscreenPerbesar
Aktivis dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) melakukan aksi teatrikal terkait kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutana (KemenLHK) Jakarta, Jumat, 20 Oktober 2023. Mereka mendesak pemerintah menindak perusahaan yang terindikasi terlibat dalam karhutla. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengungkapkan bahwa sejak Januari hingga September 2023 sebanyak 184.223 titik api di Indonesia dengan luasan terbakar seluas 642.099,73 hektar. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Menandai peringatan ke-95 Sumpah Pemuda, seratus pemuda bersemangat dari berbagai penjuru Indonesia berkumpul di Pusat Pendidikan WALHI, Caringin, Bogor sejak Jumat, 27 Oktober 2023 hingga Ahad, 29 Oktober 2023, besok. Mereka berkumpul untuk menggali semangat perjuangan para pendahulu yang mencetuskan Sumpah Pemuda, sambil mencermati tantangan besar yang dihadapi bangsa pada hari ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Inisiator kegiatan, Hadi Jatmiko, mengatakan kawula muda masa kini dengan semangat yang sama, bertekad mengkonsolidasikan kekuatan dan bersama-sama menghadapi krisis iklim dan ekologis. Kegiatan ini diberi tajuk "Konsolidasi Nasional Orang Muda Pulihkan Indonesia" atau KOMPI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Konsolidasi ini bertujuan untuk memfasilitasi orang muda untuk membuat satu rumusan tentang keinginan mereka untuk masa depan Indonesia. Paling tidak merumuskan cita-cita mereka di tahun 2045, yang selama ini dipakai oleh pemerintah," kata Hadi.

Ia menyatakan, pada tahun 2022, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) telah mengeluarkan peringatan krisis iklim yang sangat serius. Peringatan ini bukan tanpa dasar, peristiwa ekstrem  cuaca dan iklim telah berdampak serius pada kehidupan di muka bumi.

Dengan karakteristik geografi yang rentan terhadap bencana, Indonesia menghadapi tantangan serius mulai dari ancaman tenggelamnya pulau-pulau kecil, kerawanan pangan, hingga berkurangnya sumber daya air. Kelompok yang paling merasakan dampaknya adalah masyarakat adat, petani, nelayan, dan keluarga dengan pendapatan rendah.

Tak ayal, kata dia, kondisi ini telah memicu kecemasan global, terutama di kalangan generasi muda. Demikian pandangan yang dominan disampaikan dalam konsolidasi hari ini. Orang muda merasa terkhianati oleh respons pemerintah yang lamban dalam mengatasi masalah ini.

Menurut Hadi, bagi generasi muda, peradaban manusia berada di ambang kehancuran dan masa depan terlihat menakutkan. Ironisnya, pemerintahan Indonesia bukannya berfokus dalam mengatasi permasalahan ini, malah memperburuk situasi dengan menerbitkan beberapa kebijakan, seperti Undang-Undang Cipta Kerja yang melegalisasi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam. "Legalisasasi perusakan lingkungan ini diikuti bahkan dengan beberapa tindakan yang menggerogoti sistem demokrasi bangsa ini," ungkap dia.

Zenzi Suhadi, Direktur Eksekutif WALHI, menyatakan, merespon situasi, konsolidasi ini salah satunya untuk merenungkan kembali nasib keadilan antargenerasi. Orang muda yang berusia dalam rentang 16-30 tahun adalah mereka yang tumbuh di era bencana ekologis. Bencana ekologis yang terus berlangsung sebagai konsekuensi dari kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang menghancurkan lingkungan dan sumber-sumber penghidupan rakyat. 

“Apabila bangsa ini mau merumuskan keadilan dan kesejahteraan, sumbernya ada dua, dari orang yang tertindas dan orang muda. Kita berupaya membentuk Indonesia di tahun 2045, keadilan, kemerdekaan, kebenaran itu tidak bisa kita harapkan datang dari pihak lain, harus kita rebut dan kita bentuk," kata dia.

Ia juga menyatakan, ada anak-anak dan remaja yang menghadapi masalah serius perihal masa depan mereka, yang terancam oleh bencana ekologis dan krisis iklim. Sebaliknya, perilaku pemerintah sama sekali tidak menunjukkan keseriusan atas masalah ini. Hal ini, kata dia, terlihat dari seluruh beleid legislasi pemerintah Indonesia yang dikeluarkan justru dinilai akan mendorong rakyat termasuk generasi muda masuk kedalam jurang krisis multi dimensi.

Zenzi mengatakan, di tengah situasi yang semakin memburuk, upaya pemerintah untuk mengatasi krisis lingkungan dan kemanusiaan tidak selalu sejalan dengan suara publik. Pemerintah selalu berkedok dengan kepentingan pertumbuhan ekonomi nasional tanpa mempertimbangkan biaya lingkungan dan sosial yang ditimbulkan.

"Oleh karena itu, dalam momentum peringatan hari Sumpah Pemuda WALHI memberikan dukungan penuh pada orang muda untuk berhimpun dan berkonsolidasi melahirkan komitmen untuk membangun tatanan masa depan yang diimpkan orang muda Indonesia," kata dia.

Menurut Zenzi, konsolidasi ini tidak hanya berbicara tentang isu lingkungan, tetapi juga tentang menjembatani kesenjangan generasi dan membuka pintu bagi generasi muda untuk aktif berperan dalam merumuskan masa depan Indonesia. "Suara orang muda menjadi kunci untuk membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan," kata dia.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Sunu Dyantoro

Sunu Dyantoro

Memulai karier di Tempo sebagai koresponden Surabaya. Alumnus hubungan internasional Universitas Gadjah Mada ini menjadi penanggung jawab rubrik Wawancara dan Investigasi. Ia pernah meraih Anugerah Adiwarta 2011 dan 2102.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus