Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Kulit Vegan Buatan Startup Bandung Tampil di Fashion Show Milan

Sebuah startup di Bandung, Bells Society, membuat lembaran kulit yang dinamakan misel. Disebut menghasilkan daur ulang kulit vegan.

1 Oktober 2021 | 20.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Replika kulit hewan dari bahan tumbuhan, misel, buatan startup Bells Society Bandung pada busana. (TEMPO/Dok.ITB)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Sebuah startup berbasis riset di Bandung, Bells Society, membuat lembaran kulit dari bahan tumbuhan yang dinamakan misel. Proses pembuatannya melibatkan bakteri yang mengolah kupasan kulit buah kopi menjadi lembaran selulosa. Daur ulang kulit vegan yang dihasilkannya itu menjadi bahan pakaian perancang Indonesia yang tampil di acara Milan Fashion Week pada 21 September 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Startup itu merupakan binaan dari Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (LPIK ITB). Mulai bergabung pada 2019, bidang usahanya yaitu lembaran selulosa mikroba di kelompok energi dan lingkungan. Menurut Cytra Ria Atmanegara dari LPIK ITB,  Bells Society mengolah recycle leather vegan atau menghasilkan daur ulang kulit vegan dari limbah-limbah pertanian menjadi lembaran selulosa bernama Misel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Misel diproduksi melalui proses penemuan dan inovasi yang menghasilkan lembaran selulosa atau replika dari kulit hewan. “Kekuatan dan teksturnya menyerupai kulit sehingga dapat digunakan sebagai bahan alternatif dalam industri fesyen dan furnitur,” katanya, Kamis 30 September 2021.

Bells Society berkolaborasi dengan beberapa merek lokal untuk penggunaan misel dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan JYK (Jenny Yohanna Kansil), seorang perancang busana dan pendiri Instituto di Moda Burgo Indonesia.

Di acara Milan Fashion Week pada 21 September lalu, JYK menampilkan koleksi busana untuk musim panas 2022 dengan judul Revolutionary Hope. “Memadukan batik Lubuk Linggau dengan bahan-bahan alami lain, di antaranya misel,” kata Cytra.

Kolaborasi karya itu diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang potensi penggunaan misel dalam industri fesyen. Menurut Cytra, misel dapat diproduksi dari daur ulang limbah pertanian seperti kulit buah-buahan.

Harapannya, misel secara bersamaan bisa menurunkan produksi limbah dan mengurangi penggunaan bahan-bahan sintetis yang cenderung tidak baik bagi lingkungan. Bells Society juga bermitra dengan petani kopi Gunung Tilu untuk mengumpulkan dan mengolah limbah kulit kopi menjadi kulit vegan.

Zacharias Wuragil

Zacharias Wuragil

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus