Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut sebagian wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau pada Mei 2024 dan akan merata pada medio Juni-September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awal musim kemarau di Indonesia diperkirakan akan terjadi pada waktu yang berbeda-beda di berbagai wilayah. Beberapa daerah akan mulai mengalami kemarau pada bulan April, Mei, dan Juni mendatang. Puncak kemarau diprediksi terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika dibandingkan dengan rata-rata klimatologi periode 1991-2020, awal musim kemarau 2024 di Indonesia diprediksi akan mundur di 282 zona musim (ZOM), yang setara dengan 40 persen dari total ZOM.
BMKG memetakan daerah seperti Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara, sebagian wilayah di Sulawesi, Maluku dan Papua berpotensi curah hujan bulanan rendah yakni kurang dari 50 mm perbulan. Pemerintah pun mengimbau masyarakat agar waspada akan dampak dari musim kemarau.
Dilansir dari antaranews.com, terdapat berbagai dampak dari musim kemarau yang perlu diwaspadai:
1. Kekeringan
Penurunan signifikan dalam sumber air mengakibatkan berkurangnya pasokan air untuk kebutuhan sehari-hari, pertanian, dan industri. Selain itu, kualitas air seringkali menurun karena peningkatan konsentrasi polutan akibat volume air yang berkurang.
Kekeringan juga berdampak pada kesehatan masyarakat, karena air bersih menjadi langka, meningkatkan risiko penyakit yang terkait dengan sanitasi dan kebersihan yang buruk.
2. Gagal panen
Ketersediaan air yang terbatas untuk irigasi menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, sehingga hasil panen menurun. Kondisi kering juga dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit tanaman, yang semakin memperburuk situasi.
Bagi petani, gagal panen berarti penurunan pendapatan yang signifikan, yang dapat mengguncang ekonomi lokal dan menyebabkan ketidakstabilan finansial di kalangan masyarakat pertanian
3. Krisis pangan
Gagal panen akibat kekeringan dapat menyebabkan penurunan produksi pangan, mengakibatkan kenaikan harga bahan makanan dan potensi krisis pangan. Kekurangan air juga dapat mempengaruhi ketersediaan pangan jangka panjang dan ketahanan pangan di masyarakat.
4. Kebakaran hutan dan lahan
Kebakaran hutan dan lahan adalah ancaman serius lainnya saat musim kemarau. Kondisi kering dan angin yang kencang membuat api mudah menyebar dengan cepat, sulit dikendalikan, dan menyebabkan kerusakan yang luas.
Selain itu, kebakaran hutan dan lahan merusak ekosistem, mengurangi keanekaragaman hayati, dan melepaskan sejumlah besar karbon ke atmosfer, yang berkontribusi pada perubahan iklim global.
Imbauan pada pemerintah dan masyarakat
Dilansir dari bmkg.go.id, BMKG memberikan beberapa rekomendasi kepada pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi musim kemarau 2024. BMKG mengimbau Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau, terutama di wilayah yang diperkirakan akan mengalami musim kemarau yang lebih kering dari biasanya.
Wilayah tersebut diprediksi akan menghadapi peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, serta kekurangan sumber air. Pemerintah daerah disarankan untuk lebih optimal dalam menyimpan air pada akhir musim hujan ini dengan mengisi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya melalui gerakan memanen air hujan.
Selain itu, tindakan antisipatif juga diperlukan di wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau yang lebih basah dari biasanya, terutama untuk tanaman pertanian atau hortikultura yang sensitif terhadap curah hujan tinggi.
SUKMA KANTHI NURANI | RADEN PUTRI