Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengatakan pemerintah perlu mengantisipasi lebih tinggi potensi kebakaran hutan dan lahan tahun ini. Alasannya, "Pada 2023 ini Indonesia menjadi Ketua ASEAN dan mendapat mandat untuk memimpin KTT ASEAN," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencananya KTT tersebut akan dilaksanakan pada Mei. Ini memang masih berjarak dari prediksi puncak musim kemarau 2023 pada September, tapi bukan berarti ancaman potensi kebakaran hutan dan lahan yang mungkin untuk menebar bencana asap bisa dipandang sama seperti tiga tahun terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mahfud merujuk kepada pernyataan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati bahwa musim kemarau sudah akan dimasuki per April-Mei nanti. Saat itu, curah hujan bulanan diperkirakan sudah akan jauh berkurang jika dibandingkan kondisi 2020 sampai dengan 2022. "Sehingga dikhawatirkan dapat terjadi peningkatan potensi kebakaran hutan dan lahan seperti pada 2019," kata Dwikorita.
Dwikorita menuturkan, sepanjang tiga tahun terakhir yakni 2020, 2021, 2022 terjadi La Nina yang berdampak curah hujan di atas normal untuk sebagian besar wilayah Indonesia. Namun, seperti yang juga telah diprediksi sejak awal musim hujan pada Oktober lalu, kondisi La Nina semakin lemah dan transisi menuju kondisi netral.
"Pemerintah Daerah harus bersiap, masyarakat pun perlu diedukasi dan diberikan sosialisasi, agar juga melakukan pencegahan dan antisipasi dengan tidak melakukan pembakaran secara sembarangan," katanya.
Peringatan terutama ditujukan kepada daerah-daerah yang yang memiliki kawasan hutan dan lahan gambut. Curah hujan bulanan di wilayah Indonesia akan didominasi kategori normal sampai enam bulan ke depan. Curah hujan bahkan bisa berpeluang turun lebih dalam hingga di bawah normal.
Yang terakhir itu diprediksikan terjadi di sebagian Sumatera bagian tengah, sebagian Kalimantan bagian tengah, sebagian Sulawesi bagian tengah dan sebagian kecil Papua pada Februari-Maret 2023. Sebagian besar Sumatera dan Jawa diperkirakan mengalami sama pada Mei-Juni 2023.
Selain itu, perlu dicermati bahwa pada Maret-April-Mei 2023 beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau. Ini artinya, Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan, perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrim yang sering muncul.
"Seperti hujan lebat, angin puting beliung, dan angin kencang yang meskipun periodenya singkat namun sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi," kata dia.
Keterangan dari Mahfud, Dwikorita dan Ardhasena dikutip dari keterangan tertulis yang dibagikan BMKG. Keterangan dibagikan setelah Mahfud bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya berkunjung ke ruang monitoring Climate Early Warning BMKG di Jakarta, Rabu, 25 Januari 2023.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.