Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Kepala Dinas Pertanian Sumatera Selatan (Sumsel), Bambang Pramono, mengatakan lembaganya sedang menyiapkan pengembangan cetak sawah. Saat ini Sumsel ditetapkan sebagai lokasi pengembangan lahan rawa lebak mineral dan lahan pasang surut mineral oleh Kementerian Pertanian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tahun ini, Sumsel ditargetkan akan mencetak sawah seluas seribu hektare. Jajaran dinas pertanian telah menyiapkan itu, dan pada saatnya akan terlaksanakan," katanya di sela kegiatan sensus pertanian di Palembang, Senin, 28 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Bambang, Sumsel berada di urutan ke-5 dalam daftar daerah utama penghasil gabah dan beras nasional. Hingga akhir 2023, Sumsel memiliki luas baku sawah 470.602 Hektare (Ha). Luasnya bertambah menjadi 519.880 Ha pada Mei 2024, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS).
“Lahan-lahan yang sebelumnya belum tercatat sebagai sawah, kini bisa menambah produksi kita," tutur Bambang.
Dia menambahkan, Sumsel ditargetkan ikut menyumbang produksi beras nasional. Volume produksi beras nasional ditargetkan mencapai 37 juta ton per tahun. Namun, kini angkanya masih berkisar 31-32 juta ton atau terpaut 5-6 juta ton dari target.
Jumlah produksi beras di Sumsel sendiri sudah mencapai 1,67 juta ton per tahun. Provinsi ini memiliki lahan produktif di tiga daerah, yakni Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin dan Ogan Komering Ulu Timur (OKUT). Konsumsi beras masyarakat Sumsel setiap tahunnya berkisar 780 ribu ton. Dalam konteks produksi lokal, Sumsel dikalim mengalami surplus beras hingga 800 ribu ton.
Bambang juga menyebut kontribusi sektor pertanian (pangan, holtikultural, perkebunan) untuk Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB Sumsel mencapai 46 persen, melebihi sektor perdagangan, industri dan sebagainya. Meski begitu, dia mengingatkan masih banyak penduduk kategori miskin dari sektor pertanian. “Ini yang betul-betul harus diwaspadai. Maka, data-data memang harus menjadi rujukan,” ujarnya.