Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Peneliti Pernah Serukan Waspadai Cacar Monyet Sebelum Covid-19

Tahukah Anda, infeksi virus cacar monyet pertama pada manusia terjadi pada seorang bayi?

25 Mei 2022 | 19.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah makalah yang dipublikasi dalam jurnal ilmiah pada September 2018 lalu, sekitar setahun sebelum kemunculan SARS-CoV-2, telah menyerukan kewaspadaan terhadap kemunculan cacar monyet (monkeypox) sebagai penyakit asal hewan yang melompat ke manusia atau zoonotik. Dideteksi pertama pada seorang bayi, cacar monyet dipandang sebagai ancaman terbesar infeksi genus orthopoxvirus pada manusia di era dunia yang sudah dideklarasikan bebas dari cacar (small pox).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Makalah ditulis oleh dua peneliti dari Laboratorium Virologi Klinis, Departemen Mikrobiologi dan Imunologi, Institut Rega untuk Riset Medis di KU Leuve, Belgia, yakni Nikola Sklenovska dan Marc Van Ranst. "Munculnya cacar monyet sebagai sebuah patogen yang signifikan pada manusia adalah sebuah skenario realistis dan tak bisa dibantah," kata mereka dalam makalahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nikola dan Marc merujuk kepada data kasus yang pernah tercatat yang menunjukkan peningkatan jumlah kejadian dan sebaran geografis kasus-kasus cacar monyet. Padahal penyakit yang ditemukan pada 1958 dan diketahui pertama mampu melompat ke manusia pada 1970 itu pernah diyakini tak mampu ke luar dari daerah endemiknya yakni Afrika Tengah dan Barat.

Data yang ada sekaligus menunjukkan betapa informasi epidemiologi cacar monyet masih sangat terbatas dan terfragmentasi, yang membimbing kepada potensi menganggap remeh terhadap besar dan parahnya wabah infeksi MPX--akronim dari monkeypox. Data pengawasan ketat yang aktif oleh Rimoin dkk sepanjang 2005-2007, misalnya, menyimpulkan lonjakan kejadian kasus cacar monyet hingga 20 kali lipat dibandingkan datanya 1981-1986.

Makalah menyerukan kepada komunitas peneliti untuk memberi perhatian lebih kepada MPX. Dua alasannya. Pertama, virusnya, MPXV, meskipun memiliki tingkat mutasi rendah menunjukkan kemampuan untuk cepat beradaptasi melawan imun tubuh inangnya. Kedua, banyak negara diproyeksi mempunyai kecocokan lingkungan untuk MPXV menurut pemodelan ekologi--seperti pembukaan hutan yang membuat peluang manusia terpapar kepada satwa yang menjadi inang virus ini bertambah besar.

"Monkeypox adalah isu kesehatan yang sangat penting bukan hanya bagi orang-orang yang tinggal di daerah endemik seperti Republik Demokratik Kongo (dulu Zaire) dan negara-negara Afrika lainnya dimana penularan infeksi virus itu sudah terkonfirmasi, tapi juga global."

Dalam makalahnya, Nikola dan Marc masih menyebut infeksi virus cacar monyet sebatas menyeberang ke Amerika Serikat pada 2003. Tapi setelahnya, pada 2018-2019, kasusnya juga muncul di Singapura, Israel dan Inggris--yang belakangan diketahui importasi dari Nigeria.

Negara-negara yang melaporkan kasus infeksi virus cacar monyet pada manusia. (A) Antara Agustus 1970 dan Mei 2018 (574 bulan), (B) antara Januari 2017 dan Mei 2018 (17 bulan). Dok. Frontiersin

Dan tahun ini, per 21 Mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sudah ada 92 kasus terkonfirmasi dan 28 yang masih diduga di 12 negara di Eropa, Amerika Utara dan Australia. Selain bukan asal negara endemik, sebagian besar kasus juga tak memiliki hubungan atau riwayat bepergian ke wilayah endemik.

Kasus cacar monyet pertama di Afrika

Infeksi virus cacar monyet pertama pada manusia dilaporkan dari Bokenda, sebuah desa terpencil di Provinsi Equatorial di Republik Demokratik Kongo (dulu Zaire) pada Agustus 1970. Saat itu seorang bayi berusia 9 bulan dilarikan ke Rumah Sakit Basankusu dengan dugaan penyakit cacar (smallpox) dan sampel darinya, yang dikirim ke Pusat Rujukan Penyakit Cacar WHO di Moskow, mengungkap virus cacar monyet.

Ilustrasi Virus Monkeypox atau Cacar Monyet. newscientist.com

Keluarga menyebut mereka mengkonsumsi daging monyet tapi tidak ingat apakah dilakukan tak lama sebelum si anak sakit atau apakah si anak pernah kontak dengan seekor monyet sebelumnya. Pemeriksaan mendapati hanya bayi itu satu-satunya anggota keluarga yang belum menerima vaksin cacar.

Sebaran cacar monyet 1970-2018

1970-1990

Republik Demokratik Kongo: 388-391 (386 terkonfirmasi)
Republik Afrika Tengah: (6) 
Kamerun: (2)
Nigeria: 10 (3 terkonfirmasi)
Pantai Gading: 2 (terkonfirmasi)
Liberia: 4 (terkonfirmasi)
Sierra Leone: 1 (terkonfirmasi)
Gabon: 1-10 (1 terkonfirmasi)


1991-1999

Republik Demokratik Kongo: (511)
Kamerun: 4 (1 terkonfirmasi)

Laki-laki, 38 tahun, asal Nigeria, positif menderita penyakit monkeypox. Sumber: The Straits Times

2000-2009

Republik Demokratik Kongo: tak dapat dihitung secara pasti
Republik Afrika Tengah: (4)
Amerika Serikat: 47 (37 terkonfirmasi)
Republik Kongo: 12 (3 terkonfirmasi)
Sudan Selatan: 49 (10 terkonfirmasi)


2010-2018

Republik Demokratik Kongo: tak dapat dihitung secara pasti
Republik Afrika Tengah: sedikitnya 68 (sedikitnya 29 terkonfirmasi)
Kamerun: 16 (1 terkonfirmasi)
Nigeria: 244 (101 terkonfirmasi)
Liberia: (2)
Sierra Leone: sedikitnya 2 (2 terkonfirmasi)
Republik Kongo: 98 (9 terkonfirmasi)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus