Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Siasati Musim Kering akibat El Nino, Petani Jabar Tanam Padi Inpari 36 dan 37

Sebagian petani yang tersebar di wilayah Jawa Barat menanam padi varietas unggul Inpari 36 dan 37.

20 Juli 2023 | 15.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian petani yang tersebar di wilayah Jawa Barat menanam padi varietas unggul Inpari 36 dan 37. Menurut Kepala Badan Standarisasi Instrumen Pertanian Jabar Rustan Massinai, penanaman padi jenis itu untuk menghadapi El Nino pada 2023. ”Jawa Barat sampai sekarang 700 ribu ton masih surplus beras,” katanya di acara webinar Hari Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Provinsi Jawa Barat, Kamis 20 Juli 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Inpari singkatan dari inbrida padi sawah irigasi yang dikembangkan melalui penyerbukan sendiri sehingga tingkat kemurnian tanamannya tinggi. Pun hasil panen dari Inpari 36 dan 37, menurut Rustan, masing-masing sebanyak 10 dan 9,6 ton per hektar. “Menjelang El Nino, sejak April 2022 sudah ditanam di 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun rata-rata hasil panen padi di Jawa Barat sekarang ini menurutnya masih berkisar 5,2 ton per hektar. Selain itu kata Rustan, ada beberapa jenis lain seperti Inpari 39 dan 42 yang toleran terhadap kekeringan dan umur panennya kurang dari 110 hari. Ada juga Inpari 43 dan Cisaat yang juga toleran pada kekeringan. Hasil ujicoba di Majalengka, benih padi Cisaat panen pada umur 110 hari.

Rustan mengatakan, Inpari 36 dan 37 tergolong kembar. Berumur kurang dari 114 hari, tinggi tanaman padinya sekitar 113 sentimeter dengan jumlah gabah per untai atau malai sebanyak 111 butir. Panen padi itu sejauh ini sudah 24 dari 27 kota dan kabupaten di Jawa Barat.

Hasil panen di Indramayu menurutnya diperkirakan mencapai 13,3 ton per hektar. Sementara di Karawang hasilnya 12,5 ton per hektar. Inpari 36 dan 37 cocok ditanam di sawah irigasi yang ketinggiannya kurang dari 600 meter dari permukaan laut (mdpl).

El Nino bisa membuat padi puso

El Nino yang bisa membuat kemarau menjadi lebih kering dan panjang, menurutnya bisa membuat tanaman tercekam, pertumbuhannya terhambat, dan hasilnya menurun. Kekeringan itu pun bisa menyebabkan puso. Namun begitu menurut Rustan, Jawa Barat punya kekuatan lain selain dari hujan. “Sumber air untuk tanaman padi di Jawa Barat dari air pegunungan, waduk, dan air tanah,” ujarnya. 

Petani di Kabupaten Kuningan misalnya mengandalkan sumber air dari Gunung Ciremai. Ketika dua bulan lalu di sana sudah kekurangan hujan kata Rustan, petani bisa panen pada Juni lalu. Begitu pun petani di Pusakanagara Subang yang telah panen dan kebanyakan telah menanam padi kembali. “Petani nggak tahu El Nino, mereka tetap menanam padi agar bisa makan,” kata dia.

Pelaksana tugas Deputi bidang klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan, peringatan dini El Nino sudah disampaikan BMKG sejak Februari lalu agar pemerintah daerah bersiaga. Sementara El Nino mulai terjadi Juni lalu ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur mengalami kenaikan 2-3 derajat Celcius. “Tahun ini El Nino tergolong singkat karena muncul pada pertengahan tahun,” katanya, Kamis 20 Juli 2023.

Waktu puncak intensitas El Nino biasanya pada Desember. Namun puncak dampaknya ke Indonesia menurut dia pada sekitar Agustus-September. Namun begitu menurutnya masih ada kemungkinan turun hujan karena El Nino saat ini tergolong moderat. 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus