Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman khawatir tren penurunan luas lahan tanam padi imbas El Nino akan berlanjut tahun ini. Amran mengatakan, musim kemarau di Indonesia akan berlangsung dalam dua bulan ke depan dengan puncaknya pada Agustus 2024.
"Perlu antisipasi dampak El Nino terhadap kinerja produksi pangan dalam negeri. Terlebih El Nino tahun 2023 dampaknya masih berlanjut hingga tahun 2024," kata Amran saat menghadiri rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Kamis, 20 Juni 2024.
Mengutip data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Amran bilang terjadi penurunan luas lahan tanam padi sebesar 36,90 persen. Penurunan luas tanam tersebut dikhawatirkan berdampak pada turunnya produksi padi dibanding tahun sebelumnya. Berikut beberapa pernyataan Amran soal penurunan produksi padi.
1. Penurunan luas lahan tanam padi
Amran merinci, luas tanam padi pada periode tanam Oktober 2023 hingga April 2024 seluas 6,55 juta hektar. Luasan tersebut merosot 3,83 juta hektar dibandingkan rata-rata luas lahan tanam periode yang sama pada 2015-2019, yang mencapai 10,49 juta hektar.
"Penurunan luas lahan tanam ini akhirnya berimbas kepada produksi padi yang dihasilkan," ujarnya.
Amran bilang akan ada sejumlah langkah yang akan diambil untuk mencegah penurunan luas tanam padi imbas musim kemarau mendatang. Kebijakan tersebut di antaranya perbaikan jaringan irigasi tersier dan mengoptimalkan lahan rawa.
2. Fenomena cuaca ekstrem El Nino
Ia memprediksi hasil produksi komoditas itu pada tahun ini lebih rendah dibandingkan periode 2019 hingga 2023 lalu. Apalagi harga beras telah melonjak 56 persen akibat pasokan merosot. Menurut dia, hal itu terjadi lantaran fenomena cuaca ekstrem El Nino mengganggu hasil panen di Tanah Air.
"Sehingga kami anggap ini menjadi darurat pangan yang harus segera dicarikan solusi," ujar Amran dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Rabu, 13 Maret 2024.
Tahun ini, Kementerian Pertanian menargetkan produksi beras ditargetkan sebesar 32 juta ton. Untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pertanian akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 7,74 triliun untuk mendukung program akselerasi peningkatan produksi padi dan jagung.
Kementerian Pertanian juga akan mengembalikan alokasi pupuk subsidi sebanyak 9,55 juta ton. Pengambilan pupuk subsidi ini, kata dia, boleh menggunakan kartu tanda penduduk (KTP).
3. Sistem dan izin pengambilan pupuk subsidi
Dilansir dari laman Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Amran menyatakan salah satu penyebab menurunnya produksi padi adalah sistem dan izin pengambilan pupuk subsidi. Menurutnya, ada 20 persen petani terutama di Papua dan Kalimantan yang tidak bisa mengambil pupuk subsidi.
Untuk mengatasi penurunan produksi, Amran pun mengatakan solusi cepat yang pihaknya lakukan adalah dengan memompa air sungai ke sawah. Selain itu, Kementerian Pertanian juga menggelontorkan Rp5,8 triliun untuk membeli pompa.
Ia mengatakan pompanisasi merupakan solusi cepat dibanding cetak sawah yang baru bisa panen dua hingga tiga tahun kemudian.
"Kalau pompanisasi satu minggu kemudian bisa menghasilkan pangan," katanya, pada Senin, 1 April 2024, dikutip dari distanbun.acehprov.go.id.
Amran Genjot Produksi Padi di NTB Melalui Pompanisasi
Pada Kamis, 2 Mei 2024, Amran mendorong Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk segera memasang pompanisasi di lahan pertaniannya secara masif. Ini merupakan bagian dari langkah strategis yang dilakukan pemerintah dalam mengantisipasi el nino yang dampaknya telah membuat produksi padi nasional mengalami penurunan.
"Kekeringan El Nino ini sudah overlap dan kita harus waspada. Karena itu kita harus memasang pompa semaksimal mungkin agar pesawahan bisa teraliri sehingga kita bisa mempercepat masa tanam," ujar Mentan usai menghadiri rapat koordinasi peningkatan produksi padi Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kamis, 2 Mei 2024.
Sejauh ini ada lebih dari 4000 pompa yang disiapkan untuk NTB. Namun, ribuan pompa tersebut masih bisa ditambah hingga menjadi 6000 pompa apabila air di sungai-sungai yang ada terus basah alias tidak kering
"Untuk NTB 4000 pompa, tapi kalau mau ditambah nanti kami tambah jadi 6000 pompa. Kenapa? Karena September, Oktober dan November ini adalah yang paling kritis. Ini yang perlu kita buatkan solusi cepatnya melalui pompa," katanya.
Ia menambahkan pemerintah saat ini sudah menambah alokasi pupuk subsidi menjadi 2 kali lipat alias bertambah secara 100 persen. Oleh Karena itu, mau tidak mau produksi nasional harus meningkat untuk mencapai Indonesia swasembada dan menjadi lumbung pangan dunia.
"Pupuk sudah meningkat 100 persen dari yang 4,5 juta menjadi 9,5 juta. Insyaallah produksi meningkat dan kita bisa mencapai swasembada dalam beberapa tahun yang akan datang," katanya.
MICHELLE GABRIELA | NANDITO PUTRA | RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan Editor: Cuaca Panas Ancam Produksi Beras
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini