Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

<font face=arial size=2 color=brown>Nasr Hamid Abu Zayd:</font><br />Hidup Seperti Zaman Nabi Adalah Utopis

10 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FRONT ulama Al-Azhar, Mesir, mencap pemikir Islam terkemuka ini murtad. Pemerintah diminta turun tangan: Nasr Hamid Abu Zayd disuruh bertobat atau—kalau tak mau—ia harus dihukum mati. Pengadilan kasasi juga memerintahkan agar istrinya, Dr Ebtehal Yunis, menceraikannya. Universitas Kairo, tempat dia mengajar sejak 1972, pernah pula didesak agar memecat profesor ahli sastra Arab dan hermeneutik ini lantaran dikhawatirkan meracuni mahasiswa dengan pemikirannya yang sesat.

Abu Zayd akhirnya hijrah ke Belanda pada 1995. Lembaga Franklin dan Eleanor Roosevelt, Juni 2002, menganugerahkan The Freedom of Worship Medal karena pemikirannya yang dinilai berani dan bebas, serta sikapnya yang apresiatif terhadap tradisi falsafah Kristen, modernisme, dan humanisme Eropa.

Kedatangannya di Indonesia tiga pekan lalu disambut dengan pencekalan ketika akan tampil di Universitas Islam Malang, Jawa Timur. Yang membuat Abu Zayd gusar, pembatalan disampaikan melalui pesan pendek pejabat Departemen Agama begitu ia tiba di Indonesia. ”Ini sungguh tidak sopan. Saya akan memperkarakannya, karena mereka telah membuang waktu saya,” kata dosen Universitas Utrecht dan Leiden ini.

Abu Zayd terkenal dengan metode hermeneutik, yaitu penafsiran Quran dengan pendekatan linguistik, yang biasa digunakan untuk menginterpretasi Injil dengan menganalisis kondisi pengarangnya. Akibatnya, Nasr dinilai memposisikan Muhammad sebagai pengarang, padahal sebagian besar umat Islam menganggap Quran adalah wahyu.

Menjelang kepulangannya ke Belanda pada akhir bulan lalu itu, pria kelahiran Tantra berumur 64 tahun ini menerima Yudono dan M. Nafi dari Tempo untuk wawancara di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, selama 40 menit. Berikut petikannya:

Sejumlah pemuka Islam di Indonesia menuduh Anda sebagai agen orientalis dan liberal.

Tuduhan sebagai agen orientalis ini sangat bodoh dan merupakan fitnah. Tapi saya kira setiap orang akan bangga bisa menjadi liberal. Saya akan selalu memperjuangkan kebebasan berpikir, kebebasan berpendapat, dan semua kebebasan yang lain.

Tapi konsep hermeneutik yang Anda kembangkan banyak ditentang di sini.

Apakah hadis Nabi bertentangan dengan hermeneutik? Hermeneutik dalam bahasa Arab adalah takwil. Takwil adalah metode yang sangat-sangat Islami untuk memahami Al-Quran. Tidak peduli Anda Sunni, Syiah, atau apa, Anda perlu menginterpretasi Al-Quran. Hermeneutik adalah teori untuk menginterpretasi Al-Quran. Jadi, siapa pun yang mengharamkan hermeneutik, ia keliru, ia tidak memahami hermeneutik. Ia tidak mengetahui sejarah penerjemahan Al-Quran.

Bukankah hermeneutik itu hanya relevan sebagai alat bantu untuk menerjemahkan Injil?

Katakan pada orang itu bahwa takwil digunakan untuk menerjemahkan Al-Quran, dan hermeneutik adalah takwil. Mereka tidak bisa membedakan antara takwil dan Injil. Saya belajar takwil, tidak ada hubungannya dengan orientalisme. Takwil tidak meminjam apa pun dari Injil. Takwil konsep klasik, hermeneutik adalah konsep filosofi modern. Tidak ada salahnya bagi intelektual muslim untuk belajar dari filosofi modern. Masih banyak orang yang menutup mata dan pikirannya, dan hidup seperti pada abad kedelapan.

Mungkin karena Al-Quran adalah wahyu dari Allah, jadi tidak perlu interpretasi berupa takwil yang kelewat berani ini.

Apakah kita akan minta Tuhan menginterpretasinya untuk kita. Al-Quran adalah wahyu Allah untuk manusia, dan Tuhan berharap kita mengerti. Bagaimana kita mengerti? Itu bergantung pada pengetahuan manusia. Tidak mungkin saya minta Tuhan datang pada saya atau Malaikat Jibril mengajari saya. Memang Al-Quran dari Tuhan untuk manusia, dan manusia harus mengerti Al-Quran. Manusia hanya bisa mengerti Al-Quran berdasarkan pengetahuannya, tapi mereka harus mencoba meningkatkan pengetahuannya. Anda tidak akan tahu maksud Tuhan jika Anda tidak berilmu.

Kelompok ahlussunnah menafsirkan Al-Quran dikaitkan dengan zaman Rasul, sehingga mereka tidak akan mendukung pembaruan penafsiran.

Konsep ahlussunnah adalah konsep ideologi yang harus diubah. Tidak ada seseorang atau satu kelompok yang mengklaim sunah sebagai milik pribadi. Ini sangat penting. Kelompok yang mengklaim sebagai ahlussunnah yang eksklusif biasanya paling konservatif dan radikal. Mereka ingin membentuk kehidupan masyarakat seperti di zaman Nabi. Ini utopis dan tidak pernah bisa terjadi. Itu hanya khayalan orang sakit. Mereka membatasi penafsiran keagamaan untuk memperkuat hegemoni kekuasaan.

Kenapa interpretasi terhadap Al-Quran itu begitu penting?

Tentu saja Tuhan mempunyai standar sendiri, dan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi Tuhan ingin kita mengerti apa yang Dia katakan, dan Dia mengerti kapasitas kita. Itu sebabnya Dia berbicara kepada kita. Jika orang tidak mengerti apa yang Dia maksud, orang bisa menginterpretasinya berdasarkan kapasitas sebagai manusia, tidak ada kaitannya dengan konservatif atau fundamentalis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus