Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

"lebih senang ketimbang Vietnam"

Sekitar 1.000 pengungsi vietnam menghuni 10 barak berdinding kayu & beratap seng gelombang di pusat penampungan di pulau galang. sungai merupakan sumber air untuk minum, mandi dan cuci pakaian. (nas)

1 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR 1000 pengungsi saatini mendiami pusat penampungan di pulau Galang. Mereka menghuni 10 barak berdinding kayu, beratap seng gelombang yang selesai dibangun akhir Juni lalu. Mereka segera akan ditemani sekitar 11.000 pengungsi lain yang sekarang ditampung di pulau Bintan, kalau saja 100 barak lain selesai September mendatang. Pembangunan barak, dilakukan oleh kontraktor PT Karya Titan yang mendatangkan alat-alat besar untuk membabat hutan dan meratakan tanah. Dari mana biayanya? "Semula kita menyediakan modal dan tenaga. Sekarang biaya ditanggung UNHCR," kata Laksma Kunto Wibisono. Kabarnya pihak kontraktor mengajukan harga Rp 7,5 juta untuk tiap barak termasuk pematangan tanah. UHCR kemudian meminta beberapa tambahan, seperti lantai agar diplester, kamar mandi dan kakus serta batas dinding untuk tiap keluarga. Sampai pertengahan Agustus lalu baru 14 barak selesai. Sebuah tempat penampungan air sedang dibangun di atas bukit tengah pulau itu. Rencananya air sungai akan disedot, disaring dan kemudian disalurkan ke barak-barak untuk air minum. Air sumur arteris mengarami kesulitan rupanya, karena harus digali dalam sekali di pulau yang kering itu Maka para pengungsi kini memakal sungai itu untuk minum, mandi, dan cuci pakaian sekaligus. Tampaknya pulau ini terlalu buru-buru dihuni. Belum semua perlengkapan yang layak tersedia. Semua kebutuhan pangan dan sebagainya harus diangkut dengan perahu dari Tanjung Pinang. Rencananya para pedagang Tg. Pinang akan diijinkan masuk untuk membuka usaha di pulau ini. Tapi terbatasnya prasarana yang tersedia tampaknya tidak membuat kecil hati para pengungsi. "Yang penting kita bisa keluar dari Vietnam," kata Tran ba Phuoe, 35 tahun, bekas letnan laut yang menakhodai kapal yang mengangkut 262 rekannya, dan tiba di pulau Mapua akhir Juni lalu. Kapal ukuran 22 ton ini sempat mampir di Malaysia. Hanya semalam mereka diusir para petugas keamanan Malaysia yang juga merampas semua peta mereka. Untuk mengurus kesehatan, 2 dokter yang ikut mengungsi, dr. Nguyen Xuan Mai dan dr. Trang Bach Lien bertugas hampir sepanjang hari. "Sakit perut dan gatal-gatal banyak sekali," kata dr. Trang Bach Lien. Di atas kertas sobekan buku yang harus disediakan pasien sendiri, dokter menulis resep untuk ditukar obat yang dikirim ke tempat itu seminggu sekali. Walau bekerja berat, kedua dokter itu tampak gembira. "Hidup di sini lebih senang ketimbang Vietnam," kata mereka. Yang mereka keluhkan ada juga. "Air bersih kurang dan para pengungsi sendiri tldak disiplin," kata dr. Lien. Kekurangan pusat penampung pengungsi Galang -- yang terletak 2 km dari rencana lokasi pusat pemrosesan--diakui Kunto Wibisono. Tempat itu akan layak bagi pengungsi bila semua barak serta kantor tim negara penerima dan peralatan pemrosesan lain selesai dibangun. Termasuk ai minum. Keterbatasan kemampuan angkutan juga belum memungkinkan segera dipindahkannya para pengungsi yang terserak di 14 tempat penampungan ke Galang. Sekitar 100 pengungsi yang ada di Galang dipindahkan sejak opstar mulai berfungsi 1 Juli lalu. Opstar tampaknya berhasil menghadang mengalirnya lebih banyak peng ungsi ke Riau. Di samping tentu saja tindakan tegas pemerintah Vietnam yang menyetop membanirnya peng ungsi keluar. Banjir pengungsi terbesar terjadi antara 11-30 Juni. Sekitar 14.000 orang masuk Riau selama 3 minggu itu. Sedang sejak Juli hanya 3.500 orang yang berhasil masuk. Kapal pengungsi yang dipergoki armala opstar segera diusir keluar. Tampaknya para pejabat Riau sudah cukup lama menderita kepusingan berkat kedatangan pengungsi ini. "Kalau bisa, masalah ini segera selesai agar kita dapat memusatkan perhatian pada tugas sehari-hari," kata Wibisono. Laksamana yang tinggi tegap itu mengharapkan agar pusat pemrosesan itu segera bisa berfungsi. "Supaya tenaga hsa dihemat," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus