Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Anugerah untuk Jawa Tengah

Propinsi jawa tengah dinilai mencapai hasil karya tertinggi dalam melaksanakan repelita dan mendapat anugerah parasamya purnakarya nugraha dari pemerintah. (nas)

1 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA menit-menit terakhir pidato kenegaraannya depan DPR Kamis malam lalu, Presiden Soeharto berbicara pula tentang propinsi dan kabupaten atau kotamadya yang dinilai mencapai hasil karya tertinggi dalam melaksanakan Repelita II, seperti halnya pada akhir Repelita I dulu. "Setelah diadakan penilaian dan penelitian yang seksama oleh tim yang di bentuk untuk itu, maka pilihan itu jatuh pada propinsi Jawa Tengah, yang akan menerima tanda penghargaan dari negara dalam bentuk Parasmya Purnakarya Nuraha," kata Presiden. Ketika itu Gubernur Ja-Teng, Soepardjo Roestam bersama isteri sedang asyik mengikuti pidato tersebut lewat televisi di lantai I gedung DPRD Ja-Teng di Semarang. Orang pertama yang menyampaikan ucapan selamat adalah isterinya sendiri. Disusul para anggota DPRD yang juga hadir di sana. Presiden juga mengumumkan, Ja-Tim dalam Repelita I tampil sebagai nomor satu dan mendapat anugerah Parasamya, dalam Repelita II "telah dapat mempertahankan prestasinya sebagai propinsi nomor dua terbaik." Untuk itu, Ja-Tim berhak mendapat pita prestasi Prayojana Kriya Pata. Menurut rencana penganugerahan tersebut--baik kepada Ja-Teng maupun Ja-Tim--akan disampaikan sendiri oleh Presiden Kamis 30 Agustus minggu ini di lapangan Pancasila, Semarang. Sedang anugerah Parasamya tingkat kabupaten/kotamadya akan disampaikan bulan depan oleh para menteri yang ditunjuk kemudian. Anugerah yang ditetapkan dalam Keppres No. 045/TK/ 1979 ini dimenangkan oleh 25 daerah. Maka setelah berhias dengan gemerlapnya MTQ Nasional ke IX tempo hari, kini lapangan Pancasila berdandan lagi. Dan tak kurang dari 40 kompi pasukan--yang mewakili 35 kabupaten/kotamadya se Ja-Teng--ikut memeriahkan penganugerahan tersebut. Tak ketinggalan: kompi gabungan ABRI, wanita, KNPI dan karyawan Pemda Ja-Teng. Piagam Parasamya sendiri akan dikawal oleh sebarisan mahasiswa APDN diiringi satu peleton korps musik Kodak X dan Kodam VII. Dan seperti biasanya, tak lupa iringan tari massal oleh hampir 500 penari. Tapi apa sebenarnya yang menonjol dari Ja-Teng hingga propinsi ini berhasil melompat dari kelasempat langsung ke kelas satu? Maka penilaian Brigjen (Purn) Widarto, 54 tahun, ketua DPRD tingkat 1 lTeng yang juga ketua DPD Golkar itu bolehlah diperhatikan. Widarto menganggap, Ja-Teng memang pantas mencrima Parasamya Beberapa alasan:  Ja-Teng cukup efisien dalam pengeluaran APBD. Apalagi dengan APBD yang kecil, proyek pembangunan di Ja-Teng lebih tampak. Bukan besar secara fisik, tapi manfaatnya yang langsung bisa dirasakan oleh rakyat.  Kepemimpinan Soepardjo juga dianggap memungkinkan berhasilnya proyek-proyek nasional seperti bendungan Gajah Mungkur, Wonogiri, juga waduk Wadaslintang, Wonosobo, dan bendungan Maong, Banjarnegara. Sok Kuasa Itulah antara lain yang menonjol. Tapi BrigJen (Purn.) Widarto, 54 tahun, Ketua DPRD TK I Jawa Tengah, juga menyebut kelemahannya. Katanya "Pak Pardjo harus lebih banyak merobah mental pejabat bawahann a agar lebih komunikatif." Widarto juga menyebut banyak bawahan .ubernur yang "sok kuasa" dan kurang tanggap pada beberapa kasus. Tapi ia tidak menyebut siapa dan apa contohnya. Penilaian terhadap daerah-daerah ternyata cukup ketat. Selain dinilai oleh tim setiap departemen (dalam bidang yang sesuai) juga dinilai oleh Departemen Dalam Negeri dan sebuah panitia antar departemen. Baik masing-masing departemen maupun Departemen Dalam Negeri juga merasa perlu meninjau ke daerah. Penyaringan selanjutny dilakukan oleh sebuah panitia antar departen en yang diketuai oleh Sekjen Departemen Dalam Negeri, R. Soeprapto. Panitia ini akhirnya meluluskan "10 besar". Yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI, Sumatera Barat, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, DIY dan Kalimantan Barat. Untuk menilai lebih intensif, sekali lagi diadakan peninjauan ke daerah, selama 10 hari. Dan untuk itu panitia antar departemen tersebut dibagi 4 kelompok. Tapi setelah proses penilaian selesai, penentuan final ada di tangan Presiden. Begitu pula pengumuman dan penyampalan anugerahnya. Menurut jurubicara Departemen Dalam Negeri, Feisal Tamin, yang menarik ialah: ke sepuluh daerah yang muncul dalam semi final sebagai "10 besar" tersebut perbedaan nilainya sangat tipis. "Dan kalau Presiden hanya menentukan J awa Tengah dan Jawa Timur sebagai juara pertama dan kedua, maka 8 daerah lainnya boleh dikatakan bisa dianggap sebagai juara ketiga," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus