PADA menit-menit terakhir pidato kenegaraannya depan DPR Kamis
malam lalu, Presiden Soeharto berbicara pula tentang propinsi
dan kabupaten atau kotamadya yang dinilai mencapai hasil karya
tertinggi dalam melaksanakan Repelita II, seperti halnya pada
akhir Repelita I dulu.
"Setelah diadakan penilaian dan penelitian yang seksama oleh
tim yang di bentuk untuk itu, maka pilihan itu jatuh pada
propinsi Jawa Tengah, yang akan menerima tanda penghargaan dari
negara dalam bentuk Parasmya Purnakarya Nuraha," kata
Presiden.
Ketika itu Gubernur Ja-Teng, Soepardjo Roestam bersama isteri
sedang asyik mengikuti pidato tersebut lewat televisi di lantai
I gedung DPRD Ja-Teng di Semarang. Orang pertama yang
menyampaikan ucapan selamat adalah isterinya sendiri. Disusul
para anggota DPRD yang juga hadir di sana.
Presiden juga mengumumkan, Ja-Tim dalam Repelita I tampil
sebagai nomor satu dan mendapat anugerah Parasamya, dalam
Repelita II "telah dapat mempertahankan prestasinya sebagai
propinsi nomor dua terbaik." Untuk itu, Ja-Tim berhak mendapat
pita prestasi Prayojana Kriya Pata.
Menurut rencana penganugerahan tersebut--baik kepada Ja-Teng
maupun Ja-Tim--akan disampaikan sendiri oleh Presiden Kamis 30
Agustus minggu ini di lapangan Pancasila, Semarang. Sedang
anugerah Parasamya tingkat kabupaten/kotamadya akan disampaikan
bulan depan oleh para menteri yang ditunjuk kemudian. Anugerah
yang ditetapkan dalam Keppres No. 045/TK/ 1979 ini dimenangkan
oleh 25 daerah.
Maka setelah berhias dengan gemerlapnya MTQ Nasional ke IX tempo
hari, kini lapangan Pancasila berdandan lagi. Dan tak kurang
dari 40 kompi pasukan--yang mewakili 35 kabupaten/kotamadya se
Ja-Teng--ikut memeriahkan penganugerahan tersebut. Tak
ketinggalan: kompi gabungan ABRI, wanita, KNPI dan karyawan
Pemda Ja-Teng.
Piagam Parasamya sendiri akan dikawal oleh sebarisan mahasiswa
APDN diiringi satu peleton korps musik Kodak X dan Kodam VII.
Dan seperti biasanya, tak lupa iringan tari massal oleh hampir
500 penari. Tapi apa sebenarnya yang menonjol dari Ja-Teng
hingga propinsi ini berhasil melompat dari kelasempat langsung
ke kelas satu?
Maka penilaian Brigjen (Purn) Widarto, 54 tahun, ketua DPRD
tingkat 1 lTeng yang juga ketua DPD Golkar itu bolehlah
diperhatikan. Widarto menganggap, Ja-Teng memang pantas mencrima
Parasamya Beberapa alasan:
Ja-Teng cukup efisien dalam pengeluaran APBD. Apalagi dengan
APBD yang kecil, proyek pembangunan di Ja-Teng lebih tampak.
Bukan besar secara fisik, tapi manfaatnya yang langsung bisa
dirasakan oleh rakyat.
Kepemimpinan Soepardjo juga dianggap memungkinkan berhasilnya
proyek-proyek nasional seperti bendungan Gajah Mungkur,
Wonogiri, juga waduk Wadaslintang, Wonosobo, dan bendungan
Maong, Banjarnegara.
Sok Kuasa
Itulah antara lain yang menonjol. Tapi BrigJen (Purn.) Widarto,
54 tahun, Ketua DPRD TK I Jawa Tengah, juga menyebut
kelemahannya. Katanya "Pak Pardjo harus lebih banyak merobah
mental pejabat bawahann a agar lebih komunikatif." Widarto juga
menyebut banyak bawahan .ubernur yang "sok kuasa" dan kurang
tanggap pada beberapa kasus. Tapi ia tidak menyebut siapa dan
apa contohnya.
Penilaian terhadap daerah-daerah ternyata cukup ketat. Selain
dinilai oleh tim setiap departemen (dalam bidang yang sesuai)
juga dinilai oleh Departemen Dalam Negeri dan sebuah panitia
antar departemen. Baik masing-masing departemen maupun
Departemen Dalam Negeri juga merasa perlu meninjau ke daerah.
Penyaringan selanjutny dilakukan oleh sebuah panitia antar
departen en yang diketuai oleh Sekjen Departemen Dalam Negeri,
R. Soeprapto. Panitia ini akhirnya meluluskan "10 besar". Yaitu
Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI, Sumatera Barat, Bali,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, DIY dan Kalimantan Barat.
Untuk menilai lebih intensif, sekali lagi diadakan peninjauan ke
daerah, selama 10 hari. Dan untuk itu panitia antar departemen
tersebut dibagi 4 kelompok. Tapi setelah proses penilaian
selesai, penentuan final ada di tangan Presiden. Begitu pula
pengumuman dan penyampalan anugerahnya.
Menurut jurubicara Departemen Dalam Negeri, Feisal Tamin, yang
menarik ialah: ke sepuluh daerah yang muncul dalam semi final
sebagai "10 besar" tersebut perbedaan nilainya sangat tipis.
"Dan kalau Presiden hanya menentukan J awa Tengah dan Jawa Timur
sebagai juara pertama dan kedua, maka 8 daerah lainnya boleh
dikatakan bisa dianggap sebagai juara ketiga," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini