Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Novel Baswedan: Mamah dan Abah Menanamkan Nilai Kejujuran

Penyidik senior KPK Novel Baswedan menceritakan bagaimana orang tua mendidiknya, terutama nilai kejujuran, disiplin dan empati sejak ia kanak-kanak.

12 Mei 2021 | 07.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Novel Baswedan mengenakan topi sebagai pelindung matanya dari cahaya saat menyapa awak media usai berlangsungnya rekonstruksi penyiraman air keras di kediamannya, Jakarta, Jumat, 7 Februari 2020. Novel mengatakan dia tidak ingin penglihatan mata kanannya memburuk karena lampu sorot yang digunakan saat reka adegan. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan disebut menjadi salah satu dari 75 orang yang tak lolos tes wawasan kebangssan untuk status alih menjadi ASN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Novel Baswedan menjadi salah satu pimpinan satgas KPK yang melakukan OTT Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. 25 November 2020, lalu. Dan, Sebelumnya, ia terlibat dalam proses penangkapan mantan Sekretaris MA Nurhadi yang buron karena kasus suap pengurusan perkara perdata di Mahkamah Agung senilai Rp 46 miliar. Meskipun kondisi mata kiri penyidik senior KPK itu yang tak sempurna lagi akibat disiram air keras, 11 April 2017, tapi gebrakannya dalam menangani kasus-kasus korupsi tak berkurang sedikitpun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anak kedua dari empat bersaudara pasangan Salim Baswedan dan Fatimah ini, dalam segala keterbatasan fisik karena perilaku aniaya terhadapnya, mampu membuat gentar para koruptor. Dedikasinya terhadap pemberantasan korupsi di tengah berbagai upaya pelemahan KPK, tak menyurutkan sedikitputn langkahnya.

Pria kelahiran Semarang, 22 Juni 1977 yang dikenal dengan kalimat, “Berani itu tidak mengurangi umur, takut juga tidak menambah umur. Jadi, kita tidak boleh menyerah. Jangan memilih takut, karena Anda akan menjadi orang yang tidak berguna,” ini menceritakan nilai-nilai yang ditanamkan orangtuanya sejak ia kanak-kanak, yang membekas hingga saat ini. Berikut petikannya:

Nilai-nilai apakah yang diperoleh dari lingkungan pada masa kecil Anda?
Saya hidup di lingkungan yang saat itu banyak kekurangan, tapi banyak  yang bisa dipelajari terkait rasa  peduli, mengenali dan saling memahami.  Soal kepedulian, bagaimana orang bisa peduli kalau dia tidak mengenal dan tidak paham. Selain peduli itu, ada empati, keakraban dan tentunya saling tolong menolong gotong royong. Juga karena faktor keadaan keluarga saat itu yang kekurangan, maka hal yang kemudian dipelajari adalah nilai perjuangan, mengetahui kondisi sedang di bawah artinya harus berjuang untuk bisa bertahan dan naik.

Selain itu?
Ya, kemudian hal iru menjadi pelajaran tersendiri, juga terkait bekerja keras, karena kondisi saat itu orangtua saya sedang banyak kesulitan membuat mereka harus bekerja keras memenuhi kebutuhan anak dan keluarga. Kerja keras itu terbawa kepada kami, sampai hari ini untuk fokus, kerja keras dan melakukan sesuatu dengan tuntas.

Ini sangat mempengaruhi dalam perjalan hidup selanjutnya?
Itu mempengaruhi dalam cara pandang dan sikap untuk kehidupan kami berikutnya, ketika saya menjadi polisi dan di KPK. Selain itu, kalau dari keluarga, orangtua saya terutama ibu saya itu sangat disiplin, Apalagi berkaitan dengan tanggung jawab dan disiplin, Ibu saya sangat keras. Akan jadi masalah serius kalau kami mengabaikannya.

Dan paling mendasar adalah Ibu saya paling benci kalau ada anaknya yang berbohong. Jadi, kalau ada anaknya yang berbohong itu akan jadi problem luar biasa.

Didikan untuk tidak berbohong dari Ibu itu sangat membekas ya?
Ya, nilai kejujuran menjadi pelajaran dalam hidup saya. Pendidikan utama yang saya pahami dari keluarga adalah kejujuran. Bapak dan Ibu saya mengajarkan soal tanggung jawab, disiplin, mengerjakan sesuatu dengan tuntas serta mau berjuang, kerja keras dan tentu saja paling utama adalah hidup harus jujur.

Pelajaran lingkungan keluarga yang juga saya serap adalah mengenai optimisme. Orangtua saya selalu bilang “kamu pasti bisa”. Mamah dan Abah doakan selalu hal demikian. Alhamdulillah, itu saya ingat selalu.

Ada cerita soal optimisme ini?
Ha-ha-ha, iya dalam banyak hal masa SMP dan SMA, saya kadang dalam beberapa hal malah kelewat  optimisme. Contohnya, ketika ujian karena saya pasti bisa, saya tidak belajar, tapi memang saya bisa mengerjalan soal-soal itu dengan baik. Tapi, kalau belajar ya pasti hasilnya akan lebih bagus lagi. Kenapa saya  tidak punya waktu belajar? Karena di usia itu saya sudah bekerja, sehari-hari saya ke sekolah jam 6 pagi, kalau ada PR belum beres saya selesaikan di sekolah, nanti jam 13.00 sesudah pulang sekolah, saya langsung kerja di toko material milik paman.

Didikan dari orangtua mengenai kejujuran, disiplin, tanggungjawab, kerja keras, dan optimisme mempengaruhi sikap Anda saat ini?
Alhamdulillah menjadi bekal medasar untuk karir atau ketika saya (Novel Baswedan) melakukan aktivitas kerja sampai saat ini, mengambil porsi keterlibatan untuk kepentingan umum. Memperjuangkan kepentingan orang banyak.

S. DIAN ANDRYANTO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus