LAHIR di Sampang (Madura) 13 Januari 1918, Haji Raden Panji
Mohammad Noer adalah putera ke-5 (dari 12 bersaudara) seorang
pegawai bagian keuangan pemerintah Hindia Belanda. Begitu
tamat dari MOSVIA Magelang tahun 1939, dia langsung bekerja di
lingkungan kepamong-prajaan di Bangkalan. Meskipun di jaman
Jepang dia sempat menjadi anggota PETA sebagai tyodantyo dan
mencapai pangkat kapten selama aksi militer Belanda I dan II,
namun bidang kepamong-prajaan ditempuhnya mulai jenjang terbawah
dari A.I.B mantri, asisten wedana, patih, bupati (kesemuanya
di Bangkalan), residen (di Pamekasan) hingga Pejabat Gubernur
dan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Timur. Dikaruniai 4
orang puteri dan 4 orang putera Mohammad Noer akan mengakhiri
masa jabatannya sebagai Gubernur Kepala Daerah pada 23 Januari
1976 nanti.
Baik kawan maupun pihak yang sering disebut sebagai "kurang
menyenanginya" sama berpendapat bahwa paling sedikit Mohammad
Noer telah berbuat banyak bagi 27,4 juta penduduk Jawa Timur.
Untuk lebih mengenal pemegan 4 tanda jasa/penghargaan dari
negara dan pemerintah RI ini, berikut ini adalah sekedar tanya
jawab TEM PO dengan cak Noer.
Tanya: Kalau sama disepakati bahwa bapak sudah cukup berhasil
membangun Propinsi Jawa Timur, di mana letak kuncinya?
jawab: Approach, pendekatan Rata-rata setiap 10 hari dari waktu
sebulan saya pergunakan untuk mengunjungi desa-desa. Saya
selalu berusaha mendekatkan diri dengan rakyat terutama yang
80% ada di pedesaan itu. Dengan demikian kita mengetahui apa
yang diinginkan mereka dan sebaliknya kita dapat menjelaskan apa
yang kita harapkan dari mereka. Rakyat Indonesia ini pendiam,
mereka tak menyuarakan keinginan, karena itu kita harus mendekat
agar dapat merabanya. Tak ada kesulitan vang tidak dapat
dipecahkan kalau dilakukan dengan pendekatan. Saya buktikan
dengan Peristiwa Muncar, di mana dapat dikatakan di akhir tahun
1974 itu para nelayan di sana berontak, melakukan pengrusakan.
Saya datang ke sana beberapa hari setelah kejadian, sendirian.
Saya kumpulkan mereka. Saya ungkapkan hidup mereka yang
pahit, sampai-sampai mereka menangis. Kemudian saya tanyakan,
apa keinginan mereka. Saya penuhi keinginan itu berikut
syarat-syarat yang mereka min ta. Dan hasilnya, sejak itu hidup
mereka mulai berangsur-angsur baik.
T: Umur bapak sudah 57, tapi tampaknya masih gesit dan kuat
berkunjung ke seluruh pelosok, apakah rahasianya?
J: Setiap pagi saya minum madu. Bukankah di dalam Al-Qur'an
ada disebutkan bahwa madu obat segala penyakit?
T: Bapak senang berolahraga
J: Kadang-kadang berenang. Tetapi setiap pagi saya berjalan
kaki-sepagian 5 km. Olahraga ini murah dan mudah,
T: Mungkin warga Jawa Timur ini tahu, acara rutin gubernur
mereka setiap hari.
J: Saya bangun jam 04.00. Sehabs bersembahyang subuh, jalan
kaki selama 1 jam. Kembali ke rumah sarapan, membaca koran
Jawa Timur lalu menyelesaikan sisa kerja (sebab surat-surat
harus sudah ada di tangan Sekretaris Daerah jam 06.00).
Sesudah ini menerima tamu-tamu dan berangkat ke kantor jam
07.30 Pukul 14.00 atau 15.00 pulang kerumah. Sehabis makan
siang, tidur dulu selama 1 jam, lalu melanjutkan pekerjaan yang
dibawa dari kantor, menerima tamu dan lalu membaca
koran-koran Jakarta. Sehabis Magrib bekerja lagi, makan malam
bersama seluruh keluarga dan mendengarkan cerita-cerita mereka
sambil memberi petunjuk seperlunya). Selesai ini nonton tv.
Kalau acara terakhirnya bagus sampai selesai kalau tidak
terus tidur setelah warta berita jam 22.00.
T: Apakah bapak ingin anak-anak bapak menjadi pamong juga?
J: Tidak, tidak, anak-anak saya larang jadi pamong, cukup saya
saja.
T: Mengapa?
J: (Agak lama diam). Ya, karena saya tahu tak seorang pun
diantara mereka yang akan jadi pamong.
T: Apakah bapak tidak mengecat rambut bapak yang putih semua
itu?
J: (Tertawa) Tidak. Sebab ini sudah jadi ciri. Dari jauh
tukang becak setelah mengenali rambut saya. O, itu cak Noer
datang, kata mereka.
T: Apakah benar pak Noer sendiri yang minta berhenti dari
jabatan gubernur kepada Presiden'?
J: Benar. Jelasnya saya mengajukan permohonan berhenti dari
jabatan ini pada saat prestasi kerja saya belum menurun. Sebab
umur selalu membawa pengaruh pada prestasi. Dan karena
saya ingin meninggalkan kesan yang baik, maka lebih baik saya
mundur dari pada kemudian mendapat cela. Kita tidak tahu apa
yang akan terjadi pada diri kita besok lusa
T: Sejak permulaan masa jabatan hingga hampir berakhir ini,
adakah usaha penting yang belum sempat pak Noer selesaikan?
J: Banyak sekali. antara lain pemecahan masalah penduduk dan
mengatasi banjir Bengawan Solo dan kali Brantas yang rutin
setiap tahun itu.
T: Demikian juga. apakah pak Noer punya gagasan-gagasan yang
belum sempat terlaksana.
J: Yang terpenting ialah membuat jalan di bagian selatan,
antara Pacitan, dan Banyuwangi. Ini penting. Sebab Cilacap
di selatan Jawa Tengah akan menjadi pelabuhan samudera yang
sangat penting dan ini perlu dihubungkan dengan daerah-daerah
pantai selatan JawaTimur. Begitu pula saya punya gagasan:
bagaimana kita memanfaatkan kekuatan, gunung barapi yang
luar biasa itu sebelum dia meletus untuk menjadikannya
sumber tenaga, misalnya listrik atau apa. Itu lho, gunung
Kelud yang selalu ingin meletus, bukankah lebih baik kalau
kita lebih dahulu memanfaatkan tenaganya sebelum dia sempat
membunuh dan merusak.
T: Kalau Sudah pensiun nanti, apa yang akan pak Noer lakukan'
J: Saya ingin mendirikan industri, kalau mungkin di kampung
kelahiran, di Madura. Tetapi industri kecil atau sedang
saja.
Hari-hari terakhir menjelang ujung masa jabatannya sebagai
guber nur, ternyata merupakan saat-saat yang tak kurang
sibuknya pula bagi cak Noer. Dalam waktu lebih dari sebulan,
hingga 20 Januari 1976 kelak -- tiga hari sebelum dia
menyerahkan jabatan kepada penggantinya--hampir setiap hari
dipergunakannya untuk mengunjungi ke-37 Kabupaten/kotamadya
di kawsan propinsi ini secara bergiliran. Seluruh aparat
pemerintahan daerah dari lurah hingga bupati hadir pada
kesempatan ini. Sudah pasti pak Noer pamitan sambil menyisipkan
pesan-pesan alakadarnya. Tapi tak hanya sekedar itu. Laki-laki
berusia 57 tahun yang sewaktu-waktu dapat selembut Bengawan Solo
di musim kemarau dan galak hak banjir sungai itu di kala
penghujan, rupanya ingin kembali menarik kesan bagi dirinya dari
pertemuan-pertemuan terakhir itu. "Pertemuan dengan penduduk
pedesaan selalu memberi semangat baru ke dalam diri saya",
ucapnya. Tetapi dari balik semua ini, perjalanan menjelajah
propinsi Jawa Timur di saat-saat terakhir ini mungkin juga
merupakan tugas terakhir bagi ajudannya - untuk mencatat setiap
lubang di jalan raya yang dilalui. Hal itu selama ini selalu
dilakukannya dalam perjalanan seperti ini. Selanjutnya daftar
lubang itu dikirim kepada Dinas PU, agar "tidak ada lagi dalam
kunjungan saya berikutnya".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini