Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

"Rakyat Indonesia Ini Pendiam"

Kunci keberhasilan mohammad noer membangun propinsi jatim terletak pada kemampuannya mengadakan pendekatan dengan rakyat sampai ke pelosok. Gagasan membuat jalan pacitan-banyuwangi tak terwujud. (dh)

13 Desember 1975 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAHIR di Sampang (Madura) 13 Januari 1918, Haji Raden Panji Mohammad Noer adalah putera ke-5 (dari 12 bersaudara) seorang pegawai bagian keuangan pemerintah Hindia Belanda. Begitu tamat dari MOSVIA Magelang tahun 1939, dia langsung bekerja di lingkungan kepamong-prajaan di Bangkalan. Meskipun di jaman Jepang dia sempat menjadi anggota PETA sebagai tyodantyo dan mencapai pangkat kapten selama aksi militer Belanda I dan II, namun bidang kepamong-prajaan ditempuhnya mulai jenjang terbawah dari A.I.B mantri, asisten wedana, patih, bupati (kesemuanya di Bangkalan), residen (di Pamekasan) hingga Pejabat Gubernur dan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Timur. Dikaruniai 4 orang puteri dan 4 orang putera Mohammad Noer akan mengakhiri masa jabatannya sebagai Gubernur Kepala Daerah pada 23 Januari 1976 nanti. Baik kawan maupun pihak yang sering disebut sebagai "kurang menyenanginya" sama berpendapat bahwa paling sedikit Mohammad Noer telah berbuat banyak bagi 27,4 juta penduduk Jawa Timur. Untuk lebih mengenal pemegan 4 tanda jasa/penghargaan dari negara dan pemerintah RI ini, berikut ini adalah sekedar tanya jawab TEM PO dengan cak Noer. Tanya: Kalau sama disepakati bahwa bapak sudah cukup berhasil membangun Propinsi Jawa Timur, di mana letak kuncinya? jawab: Approach, pendekatan Rata-rata setiap 10 hari dari waktu sebulan saya pergunakan untuk mengunjungi desa-desa. Saya selalu berusaha mendekatkan diri dengan rakyat terutama yang 80% ada di pedesaan itu. Dengan demikian kita mengetahui apa yang diinginkan mereka dan sebaliknya kita dapat menjelaskan apa yang kita harapkan dari mereka. Rakyat Indonesia ini pendiam, mereka tak menyuarakan keinginan, karena itu kita harus mendekat agar dapat merabanya. Tak ada kesulitan vang tidak dapat dipecahkan kalau dilakukan dengan pendekatan. Saya buktikan dengan Peristiwa Muncar, di mana dapat dikatakan di akhir tahun 1974 itu para nelayan di sana berontak, melakukan pengrusakan. Saya datang ke sana beberapa hari setelah kejadian, sendirian. Saya kumpulkan mereka. Saya ungkapkan hidup mereka yang pahit, sampai-sampai mereka menangis. Kemudian saya tanyakan, apa keinginan mereka. Saya penuhi keinginan itu berikut syarat-syarat yang mereka min ta. Dan hasilnya, sejak itu hidup mereka mulai berangsur-angsur baik. T: Umur bapak sudah 57, tapi tampaknya masih gesit dan kuat berkunjung ke seluruh pelosok, apakah rahasianya? J: Setiap pagi saya minum madu. Bukankah di dalam Al-Qur'an ada disebutkan bahwa madu obat segala penyakit? T: Bapak senang berolahraga J: Kadang-kadang berenang. Tetapi setiap pagi saya berjalan kaki-sepagian 5 km. Olahraga ini murah dan mudah, T: Mungkin warga Jawa Timur ini tahu, acara rutin gubernur mereka setiap hari. J: Saya bangun jam 04.00. Sehabs bersembahyang subuh, jalan kaki selama 1 jam. Kembali ke rumah sarapan, membaca koran Jawa Timur lalu menyelesaikan sisa kerja (sebab surat-surat harus sudah ada di tangan Sekretaris Daerah jam 06.00). Sesudah ini menerima tamu-tamu dan berangkat ke kantor jam 07.30 Pukul 14.00 atau 15.00 pulang kerumah. Sehabis makan siang, tidur dulu selama 1 jam, lalu melanjutkan pekerjaan yang dibawa dari kantor, menerima tamu dan lalu membaca koran-koran Jakarta. Sehabis Magrib bekerja lagi, makan malam bersama seluruh keluarga dan mendengarkan cerita-cerita mereka sambil memberi petunjuk seperlunya). Selesai ini nonton tv. Kalau acara terakhirnya bagus sampai selesai kalau tidak terus tidur setelah warta berita jam 22.00. T: Apakah bapak ingin anak-anak bapak menjadi pamong juga? J: Tidak, tidak, anak-anak saya larang jadi pamong, cukup saya saja. T: Mengapa? J: (Agak lama diam). Ya, karena saya tahu tak seorang pun diantara mereka yang akan jadi pamong. T: Apakah bapak tidak mengecat rambut bapak yang putih semua itu? J: (Tertawa) Tidak. Sebab ini sudah jadi ciri. Dari jauh tukang becak setelah mengenali rambut saya. O, itu cak Noer datang, kata mereka. T: Apakah benar pak Noer sendiri yang minta berhenti dari jabatan gubernur kepada Presiden'? J: Benar. Jelasnya saya mengajukan permohonan berhenti dari jabatan ini pada saat prestasi kerja saya belum menurun. Sebab umur selalu membawa pengaruh pada prestasi. Dan karena saya ingin meninggalkan kesan yang baik, maka lebih baik saya mundur dari pada kemudian mendapat cela. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita besok lusa T: Sejak permulaan masa jabatan hingga hampir berakhir ini, adakah usaha penting yang belum sempat pak Noer selesaikan? J: Banyak sekali. antara lain pemecahan masalah penduduk dan mengatasi banjir Bengawan Solo dan kali Brantas yang rutin setiap tahun itu. T: Demikian juga. apakah pak Noer punya gagasan-gagasan yang belum sempat terlaksana. J: Yang terpenting ialah membuat jalan di bagian selatan, antara Pacitan, dan Banyuwangi. Ini penting. Sebab Cilacap di selatan Jawa Tengah akan menjadi pelabuhan samudera yang sangat penting dan ini perlu dihubungkan dengan daerah-daerah pantai selatan JawaTimur. Begitu pula saya punya gagasan: bagaimana kita memanfaatkan kekuatan, gunung barapi yang luar biasa itu sebelum dia meletus untuk menjadikannya sumber tenaga, misalnya listrik atau apa. Itu lho, gunung Kelud yang selalu ingin meletus, bukankah lebih baik kalau kita lebih dahulu memanfaatkan tenaganya sebelum dia sempat membunuh dan merusak. T: Kalau Sudah pensiun nanti, apa yang akan pak Noer lakukan' J: Saya ingin mendirikan industri, kalau mungkin di kampung kelahiran, di Madura. Tetapi industri kecil atau sedang saja. Hari-hari terakhir menjelang ujung masa jabatannya sebagai guber nur, ternyata merupakan saat-saat yang tak kurang sibuknya pula bagi cak Noer. Dalam waktu lebih dari sebulan, hingga 20 Januari 1976 kelak -- tiga hari sebelum dia menyerahkan jabatan kepada penggantinya--hampir setiap hari dipergunakannya untuk mengunjungi ke-37 Kabupaten/kotamadya di kawsan propinsi ini secara bergiliran. Seluruh aparat pemerintahan daerah dari lurah hingga bupati hadir pada kesempatan ini. Sudah pasti pak Noer pamitan sambil menyisipkan pesan-pesan alakadarnya. Tapi tak hanya sekedar itu. Laki-laki berusia 57 tahun yang sewaktu-waktu dapat selembut Bengawan Solo di musim kemarau dan galak hak banjir sungai itu di kala penghujan, rupanya ingin kembali menarik kesan bagi dirinya dari pertemuan-pertemuan terakhir itu. "Pertemuan dengan penduduk pedesaan selalu memberi semangat baru ke dalam diri saya", ucapnya. Tetapi dari balik semua ini, perjalanan menjelajah propinsi Jawa Timur di saat-saat terakhir ini mungkin juga merupakan tugas terakhir bagi ajudannya - untuk mencatat setiap lubang di jalan raya yang dilalui. Hal itu selama ini selalu dilakukannya dalam perjalanan seperti ini. Selanjutnya daftar lubang itu dikirim kepada Dinas PU, agar "tidak ada lagi dalam kunjungan saya berikutnya".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus