Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

"saya akan berani bertindak ..."

Daoed joeseof, 52, menteri p dan k nampak memberi aksentuasi baru di bidang tugasnya. wawancara tempo dengan daoed joesoef mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan dijalankan departemen p dan k. (pdk)

8 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH lukisan yang menggambarkan peperangan Pangeran Diponegoro tergantung di sebelah ruang kerjanya. "Lihat, banyak serdadu Belanda yang mati terpanah oleh orang ini," katanya menjelaskan gambar yang dilukisnya di Siantar, Sumatera Utara, tahun 1946. Siapakah orang itu? Pertanyaan itu dijawab sendiri oleh pelukisnya: "Daoed Joesoef". ' Tampangnya mirip saya, bukan? Itulah enaknya jadi seniman. Bisa membikin dirinya sebagai apa saja. Waktu itu saya berpangkat Letnan. Nah, sebagai tentara itulah saya menggambarkan diri saya sebagai pemanah yang membunuh banyak serdadu Belanda dalam lukisan peperangan Diponegoro. Dalam gambar itu saya memang hampir mati ditebas pedang seorang serdadu Belanda, Tapi saya bisa mengelak," katanya lebih menjelaskan. Doed Joesoef ini - yang melukis di waktu senggang -- adalah Direktur Centre For Strategic And International Studies (CSIS) yang kini Mentrri P&K, menggantikan Sjarif Thajeb. Sarjana lulusan FEUI yang menjdi Doktor dalam llmu Keuangan Internasional dan hubungan Internasional dari Universitas de Paris dan Doktor untuk Ilmu Ekonomi dari Sorbonne itu memang banyak berkecimpung dalam organisasi kebudayaan. Ketika pelukis Soedjojono di awal Indonesia Muda (SIM), Daoed menjadi ketuanya untuk cabang Yogyakarta. Bahkan ketika di Sumatera Utara cendekiawan kelahiran Medan ini duduk juga dalam kepengurusan organisasi yang sejenis. Kini Menteri P&K ini, 52 tahun, nampak memberi suatu aksentuasi baru di bidang tugasnya ketika ia berkata: "Seharusnya seniman jadi seniman, bukan seperti saya, yang melanjutkan sekolah." Ia diskors Soedjojono karena melanjutkan pendidikan sekolahnya. Tapi bagi banyak orang, Daoed Joesoef masih nampak "nyeniman". Berpakaian model safari berwarna khaki dril dan hanya bersepatu sandal, menteri baru yang berperawakan sedang ini ketika ditanyai TEMPO menerangkan denBan lancar konsep-konsep yang akan diaksanakannya, Sudah siap? Agaknya. Daoed sampai pengangkatannya sebagai menteri masih jadi anggota staf ahli Menteri P&K. Karena itu masalah yang dihadapi departemennya bukan barang baru. Apakah akan dilakukan perubahan-perubahan baru terhadap kebijaksanaan yang selama ini dijalankan Departemen P&K? Kalau perubahan itu dimaksudkan untuk tahun mendatang ini, tentu sulit buat saya. Saya masuk pada tahun terakhir Pelita II yang juga tahun anggarannya sudah ditetapkan. Tapi saya akan siapkan kondisi yang memungkinkan perubahan agar pikiran saya bisa berjalan. Apakah berarti akan ada perubahan organisasi atau personalia di P&K? Tidak. Tapi saya ingin mendefinir secara lebih tepat bidang-bidang yang harus digarap. Misalnya harus lebih dijelaskan hubungan antara kebudayaan dan pendidikan. Dijelaskan bagaimana Jangan lupa titik tolak saya dari kebudayaan. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Sedangkan selama ini yang terasa baru bahwa antara kebudayaan dan pendidikan ada kaitan. Tapi mana yang lebih luas? Menurut saya kebudayaan lebih luas. Juga bidang ekonomi misalnya. Dalam sejarah perkembangan ekonomi suatu bangsa yang menentukan bukan faktor ekonominya, tapi perkembangan kebudayaannya. Apakah akan terjadi perubahan prioritas antara kebudayaan dan bidang pendidikan ? Secara berangsur-angsur, ya. Tingkat aktivitas pendidikan akan saya pertahankan dulu seperti sekarang ini. Tapi tingkat aktivitas kebudayaan yang selama ini terbengkalai akan saya tingkatkan. Bagaimana cara meningkatkan aktivitas kebudayaan itu? Terbengkalainya kebudayaan selama ini juga karena belum adanya Undang-Undang Pokok Kebudayaan. Tak mungkin suatu departemen dari suatu negara hukum menjalankan aksinya tanpa ada Undang-Undang Pokoknya. Waktu saya masih staf ahli Menteri P&K sudah saya usulkan ramuan-ramuan undang-undang untuk kebudayaan itu. Tapi kalau undang-undang untuk kebudayaan harus dicetuskan, Undang-Undang Pokok Pendidikan juga harus disesuaikan. Dan itu sudah saya siapkan, yaitu Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengembangan Kebudayaan. Tapi tentu harus disetujui Presiden dulu karena beliaulah yang bertanggungjawab. Jadi tentu bakal ada perubahan besar di bidang pendidikan dan kebudayaan. Betulkah? Kalau di bidang kebudayaan, betul. Namun di bidang pendidikan, hanya perbaikan di beberapa tempat. Tapi melalui konsep saya itu ingin saya tunjukkan bahwa kebudayaan itu bukan sesuatu yang mewah. Kebudayaan itu bukan mendengar musik Mozart atau musik kucing modern. Saya katakan musik kucing karena musik pop sekarang bunyinya kayak kucing yang tak bisa dibedakan apakah sedang bercintaan atau berkelahi. Perubahan di bidang pendidikan yang akan dilakukan di beberapa tempat itu misalnya di mana? Misalnya pengajaran di SD. Seorang guru harus merupakan animator yang bertindak seperti pamong. Guru menggambarkan misalnya bukan hanya mengajar teknik melukis, tapi dia juga animator. Di bidang pendidikan ini saya akan titik beratkan pada empat penguasaan bahasa. Yaitu bahasa ibu yang bisa memupuk spontanitas si anak--jadi saya termasuk orang yang tak setuju bahasa daerah dihapuskan--bahasa Indonesia, bahasa matematik agar si anak menyadari bobot dan ketepatan pembicaraan,serta bahasa internasional. Banyak Menteri P&K 'tidak populer' di kalangan masyarakat. Apakah anda tidak khawatir menghadapi hal itu? Kepada masyarakat saya akan berani bertindak tidak populer. Saya akan mengatakan kepada masyarakat bahwa pendidikan dan kebudayaan itu mahal. Jangan mengharapkan hasil yang cepat. Dan kalaupun ada faktor yang merusak pendidikan anak-anak kita, itu adalah masyarakat sendiri. Pembentukan manusia kan tak cuma di sekolah atau di rumah saja. Tapi antara rumah dan sekolah ada dunia yang tak diketahui, yang begitu banyak faktor perusaknya. Misalnya film-film yang tak mendidik sama sekali. Judulnya saja sudah seram, misalnya film Tante Sex. Soal 'tidak populernya' seorang Menteri P&K sering juga datang dari kalangan mahasiswa. Bagaimana peran mahasiswa menurut konsep anda? Saya tak sepakat dengan orang yang mengatakan mahasiswa itu merupakan kekuatan moral. Karena peran itu tak menyinggung intinya. Itu hanya menymggung aspek yang marginal. Intinya adalah mahasiswa sebagai manusia penganalisa. Bukan kekuatan moral. Tapi the individual power of tbe reason (kekuatan pemikiran individuil). Untuk itulah negara mencurahkan dana dan fasilitas yang begitu besar untuk lapisan masyarakat yang begitu kecil. Secara umum Menteri P&K yang baru ini menyebut tekad untuk mentransformir kebudayaan menjadi peradaban. Katanya, peradaban adalah setiap kebudayaan yang di dalam tubuhnya dimasukkan beberapa elemen baru. Elemen itu antara lain perkembangan tradisi tulisan. Menurut Daoed Joesoef, di masyarakat kita dulu sebenarnya sudah ada tradisi itu. Tapi terbatas pada kalangan bangsawan untuk membuat traktat di antara mereka atau untuk membuat silsilah. Sekarang, sekalipun sudah dilakukan alfabetisasi latin, toh tradisi tersebut belum berkembang subur. Daoed menunjuk para pemimpin negara. "Begitu tak aktif lagi memegang jabatan, bukannya menulis memoar, malah cerita ke sana ke mari," katanya, "itulah sebabnya saya termasuk orang yang tidak setuju dihapuskannya skripsi."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus