SEBUAH lukisan yang menggambarkan peperangan Pangeran
Diponegoro tergantung di sebelah ruang kerjanya. "Lihat, banyak
serdadu Belanda yang mati terpanah oleh orang ini," katanya
menjelaskan gambar yang dilukisnya di Siantar, Sumatera Utara,
tahun 1946.
Siapakah orang itu? Pertanyaan itu dijawab sendiri oleh
pelukisnya: "Daoed Joesoef". ' Tampangnya mirip saya, bukan?
Itulah enaknya jadi seniman. Bisa membikin dirinya sebagai apa
saja. Waktu itu saya berpangkat Letnan. Nah, sebagai tentara
itulah saya menggambarkan diri saya sebagai pemanah yang
membunuh banyak serdadu Belanda dalam lukisan peperangan
Diponegoro. Dalam gambar itu saya memang hampir mati ditebas
pedang seorang serdadu Belanda, Tapi saya bisa mengelak,"
katanya lebih menjelaskan.
Doed Joesoef ini - yang melukis di waktu senggang -- adalah
Direktur Centre For Strategic And International Studies (CSIS)
yang kini Mentrri P&K, menggantikan Sjarif Thajeb. Sarjana
lulusan FEUI yang menjdi Doktor dalam llmu Keuangan
Internasional dan hubungan Internasional dari Universitas de
Paris dan Doktor untuk Ilmu Ekonomi dari Sorbonne itu memang
banyak berkecimpung dalam organisasi kebudayaan. Ketika pelukis
Soedjojono di awal Indonesia Muda (SIM), Daoed menjadi ketuanya
untuk cabang Yogyakarta. Bahkan ketika di Sumatera Utara
cendekiawan kelahiran Medan ini duduk juga dalam kepengurusan
organisasi yang sejenis.
Kini Menteri P&K ini, 52 tahun, nampak memberi suatu aksentuasi
baru di bidang tugasnya ketika ia berkata: "Seharusnya seniman
jadi seniman, bukan seperti saya, yang melanjutkan sekolah." Ia
diskors Soedjojono karena melanjutkan pendidikan sekolahnya.
Tapi bagi banyak orang, Daoed Joesoef masih nampak "nyeniman".
Berpakaian model safari berwarna khaki dril dan hanya bersepatu
sandal, menteri baru yang berperawakan sedang ini ketika
ditanyai TEMPO menerangkan denBan lancar konsep-konsep yang akan
diaksanakannya, Sudah siap? Agaknya. Daoed sampai
pengangkatannya sebagai menteri masih jadi anggota staf ahli
Menteri P&K. Karena itu masalah yang dihadapi departemennya
bukan barang baru.
Apakah akan dilakukan perubahan-perubahan baru terhadap
kebijaksanaan yang selama ini dijalankan Departemen P&K?
Kalau perubahan itu dimaksudkan untuk tahun mendatang ini,
tentu sulit buat saya. Saya masuk pada tahun terakhir Pelita II
yang juga tahun anggarannya sudah ditetapkan. Tapi saya akan
siapkan kondisi yang memungkinkan perubahan agar pikiran saya
bisa berjalan.
Apakah berarti akan ada perubahan organisasi atau personalia di
P&K?
Tidak. Tapi saya ingin mendefinir secara lebih tepat
bidang-bidang yang harus digarap. Misalnya harus lebih
dijelaskan hubungan antara kebudayaan dan pendidikan.
Dijelaskan bagaimana
Jangan lupa titik tolak saya dari kebudayaan. Pendidikan adalah
bagian dari kebudayaan. Sedangkan selama ini yang terasa baru
bahwa antara kebudayaan dan pendidikan ada kaitan. Tapi mana
yang lebih luas? Menurut saya kebudayaan lebih luas. Juga bidang
ekonomi misalnya. Dalam sejarah perkembangan ekonomi suatu
bangsa yang menentukan bukan faktor ekonominya, tapi
perkembangan kebudayaannya.
Apakah akan terjadi perubahan prioritas antara kebudayaan dan
bidang pendidikan ?
Secara berangsur-angsur, ya. Tingkat aktivitas pendidikan akan
saya pertahankan dulu seperti sekarang ini. Tapi tingkat
aktivitas kebudayaan yang selama ini terbengkalai akan saya
tingkatkan.
Bagaimana cara meningkatkan aktivitas kebudayaan itu?
Terbengkalainya kebudayaan selama ini juga karena belum adanya
Undang-Undang Pokok Kebudayaan. Tak mungkin suatu departemen
dari suatu negara hukum menjalankan aksinya tanpa ada
Undang-Undang Pokoknya. Waktu saya masih staf ahli Menteri P&K
sudah saya usulkan ramuan-ramuan undang-undang untuk kebudayaan
itu. Tapi kalau undang-undang untuk kebudayaan harus dicetuskan,
Undang-Undang Pokok Pendidikan juga harus disesuaikan. Dan itu
sudah saya siapkan, yaitu Undang-Undang Pokok Pendidikan dan
Pengembangan Kebudayaan. Tapi tentu harus disetujui Presiden
dulu karena beliaulah yang bertanggungjawab.
Jadi tentu bakal ada perubahan besar di bidang pendidikan dan
kebudayaan. Betulkah?
Kalau di bidang kebudayaan, betul. Namun di bidang pendidikan,
hanya perbaikan di beberapa tempat. Tapi melalui konsep saya itu
ingin saya tunjukkan bahwa kebudayaan itu bukan sesuatu yang
mewah. Kebudayaan itu bukan mendengar musik Mozart atau musik
kucing modern. Saya katakan musik kucing karena musik pop
sekarang bunyinya kayak kucing yang tak bisa dibedakan apakah
sedang bercintaan atau berkelahi.
Perubahan di bidang pendidikan yang akan dilakukan di beberapa
tempat itu misalnya di mana?
Misalnya pengajaran di SD. Seorang guru harus merupakan
animator yang bertindak seperti pamong. Guru menggambarkan
misalnya bukan hanya mengajar teknik melukis, tapi dia juga
animator. Di bidang pendidikan ini saya akan titik beratkan pada
empat penguasaan bahasa. Yaitu bahasa ibu yang bisa memupuk
spontanitas si anak--jadi saya termasuk orang yang tak setuju
bahasa daerah dihapuskan--bahasa Indonesia, bahasa matematik
agar si anak menyadari bobot dan ketepatan pembicaraan,serta
bahasa internasional.
Banyak Menteri P&K 'tidak populer' di kalangan masyarakat.
Apakah anda tidak khawatir menghadapi hal itu?
Kepada masyarakat saya akan berani bertindak tidak populer. Saya
akan mengatakan kepada masyarakat bahwa pendidikan dan
kebudayaan itu mahal. Jangan mengharapkan hasil yang cepat. Dan
kalaupun ada faktor yang merusak pendidikan anak-anak kita, itu
adalah masyarakat sendiri. Pembentukan manusia kan tak cuma di
sekolah atau di rumah saja. Tapi antara rumah dan sekolah ada
dunia yang tak diketahui, yang begitu banyak faktor perusaknya.
Misalnya film-film yang tak mendidik sama sekali. Judulnya saja
sudah seram, misalnya film Tante Sex.
Soal 'tidak populernya' seorang Menteri P&K sering juga datang
dari kalangan mahasiswa. Bagaimana peran mahasiswa menurut
konsep anda?
Saya tak sepakat dengan orang yang mengatakan mahasiswa itu
merupakan kekuatan moral. Karena peran itu tak menyinggung
intinya. Itu hanya menymggung aspek yang marginal. Intinya
adalah mahasiswa sebagai manusia penganalisa. Bukan kekuatan
moral. Tapi the individual power of tbe reason (kekuatan
pemikiran individuil). Untuk itulah negara mencurahkan dana dan
fasilitas yang begitu besar untuk lapisan masyarakat yang begitu
kecil.
Secara umum Menteri P&K yang baru ini menyebut tekad untuk
mentransformir kebudayaan menjadi peradaban. Katanya, peradaban
adalah setiap kebudayaan yang di dalam tubuhnya dimasukkan
beberapa elemen baru. Elemen itu antara lain perkembangan
tradisi tulisan. Menurut Daoed Joesoef, di masyarakat kita dulu
sebenarnya sudah ada tradisi itu. Tapi terbatas pada kalangan
bangsawan untuk membuat traktat di antara mereka atau untuk
membuat silsilah.
Sekarang, sekalipun sudah dilakukan alfabetisasi latin, toh
tradisi tersebut belum berkembang subur. Daoed menunjuk para
pemimpin negara. "Begitu tak aktif lagi memegang jabatan,
bukannya menulis memoar, malah cerita ke sana ke mari," katanya,
"itulah sebabnya saya termasuk orang yang tidak setuju
dihapuskannya skripsi."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini