Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

10 tahun tanpa majikan

Perjalanan majalah tempo diusianya yang ke-10. diterbitkan untuk dikelola dengan konsep perusahaan pers yang modern, tapi dengan pemilikan bersama. (kd)

7 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APAKAH yang bisa kami pertahankan selama 10 tahun ini? Entahlah. Tapi bila ada yang tetap terpelihara, ialah rasa syukur, bahwa TEMPO bukan perusahaan perorangan. Tak ada pemilik saham yang cukup besar di sini untuk mengeruk kekayaan sendiri dan mempengaruhi isi majalah. Sejak pertama kali terbit, 6 Maret 1971, oleh Yayasan Jaya Raya -- lewat Badan Usaha Jaya Pers -- ia sudah dimaksud untuk dikelola dengan konsep perusahaan pers yang modern, tapi dengan pemilikan bersama. Jaya Raya sendiri juga bukan yayasan perorangan, adalah yayasan yang tidak mencari untung, (non-profit) yang banyak bergerak dalam bidang sosial: bantuan kepada atletik, sepakbola, kesenian atau lainnya. Maksud memakaikan konsep pemilikan bersama, dalam tempo tak terlalu lama dilaksanakan. Pertengahan 1973 dianjurkan agar para pengasuh TEMPO membentuk wadah yang akan menjadi salah satu dari dua komponen yang menerbitkan majalah ini. Maka berdirilah PT Pikatan, 1974, yang bersama dengan yayasan kemudian membentuk PT Grafiti Pers -- penerbit TEMPO. Itulah jalan memberikan separuh saham kepada orang-orang TEMPO. Dan dari sini pula semua karyawan kemudian berhak atas dividen -- dari separuh keuntungan Grafiti, sementara separuhnya lagi untuk membiayai usaha-usaha sosial Jaya Raya. Dua puluh dua orang yang sudah bekarja untuk TEMPO pertama kali (termasuk lima orang yang dihargai sebagai pendiri) mendapat saham pribadi. Satu orang, dengan kategori 'sangat berjasa', kemudian mendapat pula saham. Sementara sebagian saham dicadangkan, sisanya diserahkan kepada yayasan karyawan -- yang untuk sementara dibagikan dalam wujud bonus. Teoritis, semua karyawan memiliki perusahaan. Dan dalam praktek semua mendapat bagian keuntungan, sejauh yang bisa diusahakan lewat peraturan yang ada. Itu berarti, tentu saja bila Grafiti berkembang, tak ada majikan yang makin kaya. Memang itulah cita-cita kami: sebuah perusahaan pers agaknya memang pantas ditumbuhkan sejauh-jauhnya menjadi pers kuat -- dengan tetap bersandar pada asas pemerataan kepada karyawannya. Tak banyak manfaatnya pers lemah menjadi kuat bila tak memasang pemerataan ke dalam tubuhnya terlebih dulu. Grafiti kemudian menerbitkan Medika, media farmasi dan kedokteran, dan Zaman, majalah keluarga. Ada hasil lain: percetakan, secara kecil-kecilan. Itulah percetakan Temprint. Dibuka tahun 1978 pada pameran grafika 1979, yang diselenggarakan oleh Persatuan Grafika Indonesia, hasil Temprint dinilai sebagai yang terbaik. Toh kisah TEMPO belum seluruhnya kisah perkembangan. Oplah baru 80.000. Dibandingkan dengan beberapa majalah lain, ini oplah yang tak terlalu besar. Tentu saja wibawa majalah tidak hanya dinilai dari jumlah oplah, tapi juga dari kualitas pembacanya. Namun oplah tersebut masih berada di bawah persentase yang wajar dari khalayak Indonesia yang terdidik. Betapa pun, itu menyebabkan rasa syukur 10 tahun tidak melepaskan kami dari kesadaran akan kesempatan baru, juga keterbatasan -- bahkan ancaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus