Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

10 Zona Perang, TPNPB-OPM Imbau Pendatang Tinggalkan Papua

Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan, tidak menutup kemungkinan seluruh wilayah Kodap di Papua mulai berperang.

14 April 2025 | 21.53 WIB

TPNPB-OPM Kodap Yahukimo pimpinan Semut B. Sobolim di Yahukimo, Papua Pegunungan, 9 April 2025. Dok. TPNPB-OPM
material-symbols:fullscreenPerbesar
TPNPB-OPM Kodap Yahukimo pimpinan Semut B. Sobolim di Yahukimo, Papua Pegunungan, 9 April 2025. Dok. TPNPB-OPM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta --Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menyebutkan, 10 dari total 36 komando wilayah daerah pertahanan (Kodap) di Papua mulai berperang. Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mewanti-wanti pendatang dari luar Papua agar meninggalkan wilayah konflik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Sebby, imbauan bagi warga sipil untuk menghargai fungsi hukum humaniter internasional. "Untuk warga non Papua dari Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Bali yang berada di wilayah perang, tinggalkan Papua," ujar dia saat wawancara daring bersama Tempo pada Ahad, 13 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sejumlah wilayah yang dinyatakan masuk ke zona konflik di Papua di antaranya Yahukimo, Pegunungan Bintang, Nduga, Puncak Jaya, Intan Jaya, Maybrat, Dogiyai, Paniai, dan Deiyai. Sebby menyatakan, kelompoknya menyebut kondisi itu sebagai perang tahapan.

Sebby mengatakan, tidak menutup kemungkinan seluruh wilayah Kodap akan mulai berperang. Menurut dia, hal itu belum bisa diprediksi lantaran mayoritas Kodap belum memiliki senjata.

Sebby mengatakan, tindakan kelompoknya yang berperang ini membahayakan warga sipil. Namun, menurut dia, perang itu harus tetap dilakukan. Dia menganalogikan perjuangan kelompoknya itu bak bara api. "Perang itu bagian dari menunggu bara api. Supaya tempat buang api itu jangan padam," ujarnya.

Adapun Markas Besar Tentara Nasiona Indonesia (TNI) menyatakan telah bersiaga menghadapi peningkatan konflik kekerasan di Papua. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mayor Jenderal TNI Kristomei Sianturi mengatakan, TNI melakukan pendekatan teritorial berbasis kultural dalam menangani konflik di Papua. "Babinsa dan aparat teritorial lainnya membangun komunikasi dengan tokoh masyarakat, agama, dan adat guna meredam potensi konflik dan mendorong penyelesaian masalah secara dialog," katanya.

Dia mengatakan, penggunaan kekuatan senjata akan dilakukan secara selektif serta terukur untuk merespons tindakan TPNPB-OPM. Menurut dia, penggunaan senjata itu sebagai upaya terakhir. "Hanya dilakukan pada wilayah yang teridentifikasi sebagai kantong-kantong OPM," ucapnya.

Novali Panji Nugroho

Lulus dari Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bergabung dengan Tempo pada September 2023. Kini menulis untuk desk Nasional, mencakup isu seputar politik maupun pertahanan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus