Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Difabel

Alasan SLB Tetap Jadi Rujukan Anak Berkebutuhan Khusus

Sekolah luar biasa adalah jembatan anak berkebutuhan khusus sebelum mengikuti program inklusi di sekolah umum

14 Juli 2018 | 10.01 WIB

Pelajar sekolah dasar berkebutuhan khusus mengikuti ujian nasional di sekolahnya Sekoloah Luar Biasa Bagian Tuna Netra Surakarta, Jawa Tengah, 15 Mei 2017. TEMPO/Bram Selo Agung
Perbesar
Pelajar sekolah dasar berkebutuhan khusus mengikuti ujian nasional di sekolahnya Sekoloah Luar Biasa Bagian Tuna Netra Surakarta, Jawa Tengah, 15 Mei 2017. TEMPO/Bram Selo Agung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum anak berkebutuhan khusus mengikuti program inklusi di sekolah umum, mereka sebaiknya memiliki 'bekal' yang cukup dari sekolah luar biasa yang dijalani sebelumnya. "Sekolah luar biasa adalah jembatan seorang anak untuk mengikuti program inklusi di sekolah umum," ujar Handono yang pernah mengajar di Sekolah Luar Biasa atau SLB A dari SLB pembina di wilayah Jakarta Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sayangnya, menurut Handono, sekolah luar biasa selama ini dianggap sebagai sekolah dengan keterbelakangan pendidikan dan memiliki metode belajar yang tertinggal dibanding sekolah umum. Kenyataannya, Handono menjelaskan, sekolah luar biasa mengajarkan anak mengenai berbagai keterampilan dan kemampuan dasar agar dapat mengikuti kurikulum pendidikan di sekolah umum. Misalnya, pada SLB A yang mengajar anak anak Tunanetra, memiliki metode belajar sendiri untuk memperkenalkan mata pelajaran matematika kepada anak - anak Tunanetra.

Metode khusus perkenalan matematika ini perlu diajarkan karena anak - anak Tunanetra tidak dapat melihat konsep simbol pada mata pelajaran ini. Jika guru matematika di sekolah umum tidak memiliki kompetensi dalam menangani anak berkebutuhan khusus, maka pelajaran ini akan sulit disampaikan kepada anak tersebut.

Selain mengajarkan matematika, SLB juga diperlukan untuk memperkuat kemampuan berkomunikasi. Pada SLB B yang mengajarkan anak anak Tunarungu, kemampuan bahasa isyarat mulai diajarkan, meskipun anak - anak berkebutuhan khusus dari kalangan Tunarungu sudah ada yang berbicara secara verbal. SLB B, juga mengajarkan anak - anak Tunarungu bagaimana menyampaikan aspirasi.

"Kalau ada yang bilang di SLB fasilitasnya ketinggalan, itu salah besar. Justru di SLB, anak saya memperoleh berbagai macam fasilitas pendukung pendidikan yang dapat memperkuat kemampuan belajarnya di sekolah umum," ujar Nining, orang tua dari anak berkebutuhan khusus yang menyekolahkan anaknya dari sekolah luar biasa ke sekolah umum.

Menurut Nining, SLB tidak hanya menggiatkan pendidikan mata pelajaran melainkan pula pendidikan keterampilan yang cocok dengan kebutuhan khusus masing - masing anak. Dia mencontohkan, SLB A bagi anak Tunanetra memiliki banyak peralatan musik yang tidak murah dan jarang dimiliki oleh sekolah musik, misalnya piano kuno dengan orgel.

Begitupula dengan SLB B yang menyediakan peralatan melukis bagi anak - anak Tunarungu. "Fasilitas pendukung yang juga banyak dimiliki SLB tapi tidak dimiliki sekolah umum adalah alat peraga, mulai dari alat peraga biologi sampai keterampilan di luar mata pelajaran," ujar Nining.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus