ANAK sekolah bisa menjadi sumber modal usaha rupanya. Ini dicoba
oleh sebuah perusahaan asuransi di biangan Jatinegara, Jakarta.
Sejak tahun ajaran baru yang lalu, Juli, PT Asuransi Jiwa Bumi
Asih Jaya menyebarkan polis kepada para siswa SMP dan SMA Negeri
di DKI Jakarta. Hasilnya lumayan. Sekitar sebelas ribu orang
masuk asuransi, menurut Kanwil Dep P&K DKI.
Memang, itu seizin pihak Kanwil sendiri. "Sebenarnya perusahaan
asuransi yang meminta rekomendasi kepada kami banyak," tutur Ir.
Barmawi, Sekretaris Kanwil. Lalu, berdasar pertimbangan besarnya
premi per tahun dan imbalannya, akhirnya yang dipilih PT Bumi
Asih itu.
Tentu tak hanya dari segi perasuransian, kalau kemudian pihak
Kanwil P&K mendukung ide itu. Menurut Barmawi pula, itu semua
ada gunanya. Kecuali lalu-lintas makin ramai dan kecelakaan
makin sering terdengar, asuransi mendidik "anak memikirkan masa
depan." Maksud Barmawi: dengan masuk asuransi anak-anak telah
berjagajaga sewaktu-waktu ada kesulitan terjadi. "Memang kita
tak berharap ada kecelakaan," sambungnya sambil tertawa. "Tapi
nasib, siapa tahu."
Kecuali itu, sepengeuhuan Kanwil P&K, apabila pihak asuransi
"berbuat yang tidak-tidak ketika ada tuntutan ganti rugi,
Kanwil-lah yang akan turun tangan," kata sekretaris itu pula.
Lalu baiklah didengar suara lain. Menurut seorang kepala sekolah
SMAN di Jakarta, tahun lalu pun ada perusahaan yang menawarkan
polis ke sekolahnya. Dia tolak. Kini, karena ada rekomendasi
Kanwil P&K, ia terima. "Perusahaan asuransi itu benar-benar
pinur," komentar kepala sekolah itu. "Dari sekolah saya ini saja
sudah setengah juta lebih dikantunginya. Bayangkan: bila selama
setahun ini tak ada kecelakaan menimpa anak sekolah, berapa
besar uang dikantungi perusahaan itu?"
Uang premi asuransi ini memang tidak begitu besar--apalagi untuk
Jakarta. Untuk SMP ada tiga tingkat Rp 1.000 Rp 1.500 dan Rp
2.000. Untuk SMA Rp 1.500, Rp 2.000 dan Rp 3.000. Imbalan atau
uang penggantian tiga macam pula. Bila si pemegang polis
meninggal dalam kecelakaan lalu-lintas, uang pengganti berjumlah
200 kali uang premi. Jika meninggal di luar kecelakaan
lalu-lintas, hanya 100 kali. Dan jika pemegang polis masuk rumah
sakit karena kecelakaan, 10 kali per bulan selama dirawat --
maksimum 10 bulan. Untuk yang kemudian menderita cacat,
kehilangan tangan misalnya, ada aturannya sendiri. Yang jelas
tak lebih dari 100 kali uang premi.
Membeli Lotere
Maka komentar seorang wakil kepala sekolah sebuah SMPN di
Jakarta: "Asuransi jiwa itu memang wajar. Tapi yang untuk anak
sekolah ini akal-akalan pihak asuransi agaknya." Lanjutnya:
"Jangan dilihat jumlah preminya. Tapi berapa banyak yang ikut,
bandingkan dengan berapa besar kecelakaan menimpa anak sekolah."
Dari sekolahnya saja, dari sekitar 500 siswa kelas I, sekitar
300 membeli polis.
Anak-anak yang membeli asuransi itu sendiri, baik anak SMP
maupun SMA, yang diwawancara TEMPO, seperti membeli lotere saja.
Mereka rata-rata hanya melihat uang lebih. Dan bila tak ada
apa-apa selama setahun, bagi mereka rupanya tak soal benar uang
sebesar itu hilang.
Dari lokakarya penanggulangan kecelakaan lalu-lintas 7 November
lalu, ketahuan jumlah kendaraan di Jakarta yang memang semakin
banyak. Tercatat 835 ribu lebih kendaraan bermotor--sepeda
motor, mobil sedan, jip truk maupun bis. Tercatat jumlah korban
selama 1980 sekitar 970 kali. Dan, dari jumlah itu, menurut guru
SMPN yang telah disebut, "kecelakaan yang menimpa anak sekolah
hanya 1%-nya."
Jadi bisa dihitung uang yang dikantungi pihak asuransi bila,
misalnya, hanya ada 10 anak sekolah yang ditimpa musibah
lalu-lintas. Soalnya, di luar kecelakaan lalu-lintas, kematian
para murid sekolah toh diperkirakan jarang.
Sebenarnya, berdasar Undang-undang No. 33/1964 dan No. 34/1964,
korban kecelakaan lalu-lintas dijamin mendapatkan uang dana
kecelakaan lalu-lintas dari Perum Jasa Raharja. Besarnya tak
jauh berbeda dengan santunan dari asuransi Jiwa tersebut.
Memang undang-undang itu pun mengatur yang tak berhak mendapat
uang dana kecelakaan itu. Ialah, antara lain, yang tertimpa
kecelakaan karena mabuk, bunuh diri, atau sedang berbuat
kejahatan. Tapi, dari anak sekolah yang mendapat
kecelakaan--yang sedikit itu - berapa yang mabuk, bunuh diri
atau berbuat kejahatan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini