Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bencana jumat kelabu

Sebagian korban banjir semarang terkena stres. 128 orang tewas. Longsor di Temanggung menelan 30 jiwa tewas. Banjir di beberapa kota menelan korban dan kerugian materi. Bantuan dermawan terus mengalir.

10 Februari 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH banjir bandang, kini datanglah banjir stres. Ini terlihat di beberapa pos penampungan korban banjir Semarang akhir bulan lalu. Mereka ada yang merenungi anggota keluarganya yang tewas, rumahnya yang hancur, harta benda yang hanyut, dan masa depannya yang tak jelas. Untuk mengatasi banjir stres itu, Wali Kota Semarang Soetrisno Soeharto menurunkan sejumlah psikolog, psikiater, dan rohaniwan. "Untuk memulihkan semangat para warga yang terkena musibah," ujarnya. Musibah itu bukan cuma membuat sibuk sejumlah dokter dan petugas lapangan yang mengurus langsung para korban. Di tengah kesibukan menanggulangi bencana itu, Gubernur Jawa Tengah Ismail, Selasa pekan lalu, menerima pesan simpati Presiden Soeharto. Dalam pembicaraan telepon itu, "Presiden berpesan agar kita tak perlu mencari kambing hitam di tengah musibah ini," tutur Ismail. Sejumlah pejabat tinggi juga berdatangan. Menko Polkam Sudomo dan Menko Kesra Soepardjo Rustam, yang kebetulan usai menghadiri peresmian Museum Rekor Indonesia di Semarang, menyempatkan diri meninjau lokasi banjir. Bahkan, Ahad lalu, taipan Liem Sioe Liong menemui Gubernur Ismail di kantor perwakilan Jawa Tengah, di Jalan Darmawangsa, Jakarta Selatan. Pengusaha multinasional itu menyumbang Rp 250 juta. Menteri Dalam Negeri Rudini, Sabtu lalu, juga mendarat di Bandara Ahmad Yani Semarang untuk melihat dari dekat musibah beruntun di Jawa Tengah. Gubernur Ismail melaporkan bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di 16 wilayah Daerah Tingkat II di Jawa Tengah. Menurut Ismail, korban yang tewas di Jawa Tengah sebanyak 128 jiwa. Banjir Semarang menelan korban 62 orang meninggal, jalan sepanjang 2 km hancur, 9 buah jembatan rusak berat, 1.060 rumah penduduk berantakan, dan 2.150 warga harus diungsikan. Kerugian materi ditaksir Rp 6,635 milyar. Sementara itu, korban tanah longsor di Kecamatan Kandangan, Temanggung, dalam laporan Gubemur Ismail, telah meminta korban 30 jiwa tewas. Banjir di Kabupaten Batang menghanyutkan sampai mati 20 orang, Cilacap 3 orang, Rembang 1 orang, dan Kabupaten Kendal, Pati, Demak, Banjarnegara masing-masing 4 orang. Bencana di Jawa Tengah kelihatan susul-menyusul. Diawali musibah Jumat Wage, 26 Januari lalu, yakni air bah yang menelan Kota Semarang. Belum genap 24 jam, menyusul tanah longsor di Temanggung dan tempat-tempat lainnya. "Jadi, Jumat Wage kelabu bagi masyarakat Jawa Tengah," kata Ismail dalam laporannya. Jumlah kerugian seluruhnya Rp 18,5 milyar. Lantaran musibah itu, Pemda Kodya Semarang berniat memindahkan rumah-rumah penduduk yang dibangun di kawasan banjir Kali Garang. Pemda telah menyediakan lahan perumahan 3 ha di dua tempat. "Biaya pemindahan ditanggung oleh Pemda," kata Wali Kota Soetrisno. Untuk tahap pertama, 160 kk akan segera ditempatkan di lokasi baru. Rupanya, Jumat kelabu bukan cuma terjadi di Jawa Tengah. Kabupaten Bandung, Jumat lalu, dilanda bah. Banjir memang tak seganas di Kota Semarang. Namun, 11 ribu rumah di 9 kecamatan, 68 masjid, 25 gedung SD, sempat terendam sedalam 25-185 cm. Jawa Barat juga terlanda musibah tanah longsor, di Kampung Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Jumat lalu. Tiga orang tewas tertimbun, dan 9 rumah harus dipindahkan karena terancam longsoran. Musibah apa pun sering mengundang banjir simpati. Pengusaha Probosutedjo dan Astra Group menyumbang masing-masing Rp 50 dan Rp 100 juta untuk korban bencana alam di Jawa Tengah. Sampai Sabtu pekan lalu, Gubernur Ismail telah menerima sumbangan Rp 437,7 juta. Ini belum termasuk bantuan dari Liem Sioe Liong yang Rp 250 juta dan penyanyi Titiek Puspa Rp 5 juta. Dan, tentunya, penyumbang berikutnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus