KALAU penduduk Jakarta yang supersibuk sering menolak bila ditunjuk jadi panitia, di Lombok terjadi bentrokan selama lima hari hanya karena seorang guru di pesantren tidak dimasukkan dalam kepanitiaan. Tuan Guru, begitu ia disebut, tidak dijadikan panitia dalam ulang tahun Pondok Pesantren Unwanul Fallah, Suralaga, Lombok Timur. Akibatnya, pengamanan swakarsa (pamswakarsa) pendukungnya mengamuk dan menyerang tiga dusun di Desa Tebaban.
Lalu terjadi perlawanan dari pamswakarsa lain dari pesantren yang sama. Korbannya, seorang tewas dan puluhan luka-luka dalam bentrokan yang baru mereda Senin pekan lalu itu. Nanti dulu, pamswakarsa dari pesantren yang sama? Tidak perlu heran. Rupanya, sejak meninggalnya pemimpin besar Pondok Pesantren Unwanul Falah, Maulana Syekh, beberapa tahun lalu, pesantren terbelah dalam dua kubu yang berseteru. Masing-masing punya pamswakarsa sendiri yang loyal pada pemimpinnya. "Kepanitiaan ulang tahun itu hanya pemicu," kata Muchlis Ibrahim, Ketua Forum Komunikasi Pamswakarsa Nusatenggara Barat.
Keributan mereda setelah pemimpin kedua kelompok berdamai di Kantor Camat Suralaga. "Kami mengharapkan perdamaian ini permanen," kata Kepala Polisi Resor Lombok Timur, Ajun Komisaris Besar Wiguna.
Prasidono L., Agung R., Zed A., dan Tempo News Room
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini