Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Berbicara dari lapangan, bukan ...

Departemen agama mengadakan seminar penelitian agama & masyarakat di jkt. tulisan yang merupakan hasil penelitian plpa & plpis mengemukakan topik: kepercayaan, tasauf, agama suku dan sinkretisme. (ag)

18 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA puluh dua tulisan ilmiah diperbincangkan di Departemen Agama. Acara ini, berlangsung empat hari di awal Pebruari, mengambil nama Seminar Penelitian Agama & Masyarakat. Sebuah kabar baik: kegiatan ini bisa dipandang sebagai salan-satu langkah Departemen Agama yang dulu hampir tak pernah ada. Obyek penelitian itu adalah berbagai lingkungan sosial agama, atau yang ada hubungannya dengan agama. Ini merupakan hasil para peserta Proyek Latinan Penelitian Agama (PLPA) Angkatan I (18 naskah) dan para dosen IAIN yang mengikuti Program Laihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial di Aceh dan Ujung Pandang (4 naskah). PLPA sendiri, yang sekarang sudah memulai programnya untuk angkatan ke-II, didirikan di Ciputat Jakarta tahun 196 untuk melatih para calon peneliti masalah agama dan kemasyarakatan. Terlalu Sederhana Program yang berlangsung sekitar enam bulan ini disertai para sarjana, tenaga-tenaga dari lembaga survai maupun penjabat Departemen Agama. Sedang laporan ilmiah yang dibahas dalam seminar ini akan merupakan bahan-bahan yang selanjutnya, setelah disempurnakan, diterbitkan dalam sed monografi Agama dan Perubahan Sosial di Indonesia. Beberapa yang bagus kemudian akan dikembangkan bagi promosi doktor - dengan tim promotor Prof. Dr. H.A. Mukti Ali, Prof. Dr. H.M. Rasjidi, Dr. Taufik Abdullah, Dr. Muljanto Sumardi. Topik yang dipilih, yang sebelumnya dimintakan persetujuan dan kemudian dibimbing para ahli (terbaca nama-nama seperti Prof. Dr. Tjan Tjoe Sim, Dr. Melly G. Tan, Taufik Abdullah, misalnya) memang tidak semuanya "besar". Bahkan meskipun Muljanto Sumardi yang juga Ketua Badan Litbang Departemen Agama yang membawahi proyek-proyek penelitian--menganjurkan agar "jangan terlalu ambisius memilih subyek", ada terdapat topik-topik yang bisa dikira terlalu sederhana. Fungsi Pembimbing Masyarakat Katolik Di Daerah Yogyakarta, misalnya, karya drs. Ign. Djonowasono PR dari Seminari Agung Mertoyudan, Magelang (dan satu-satunya naskah dengan topik yang tidak ada hubungannya dengan agama Islam), terkesan sebagai tak lebih dari laporan tahunan sebuah lembaga pemerintah. Lebih-lebih naskah seperti Ikatan Masjid Mushalla Indonesia Muttahidah Di Kotamadya Ujung Pandang. Kepercayaan Meski begitu terdapat juga topik menarik, seperti Keanekaragaman Peradilan Agama dan Perkembangannya di Indonesia dari A. Gani SH, penjabat Peradilan Agama--meskipun masih hanya menitikberatkan pada berbagai peraturan sejak zaman Belanda. Atau juga usaha penyidikan sejarah dua kesultanan: Ternate dan Palembang, dari IAIN Ujung Pandang dan IAIN Palembang. Lebih-lebih topik seperti Cina Islam di Jakarta: Suatu Studi Tentang Perkembangan PITI dari Salamuddin, Badan Litbang Departemen Agama. Keragaman topik yang dibahas bisa ditunjukkan oleh juduljudul lain: Naskah Mir-atut Thullab Karya Abdurrauf Singkel (Peunoh Daly, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Madrasah Jam'iyah Mahmudiah ... Langkat, Studi Mengenai Kepemimpinan (Farid Nasution, IA IN Medan). Perguruan Diniyah Puteri Padangpanjang... Kedudukan Kaum Wanita (Aminuddin Rasyad, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Studi tentang Pendidikan Agama Islam di IKIP Bandung (Ahtnad Supardi, IAIN Sunan Gunung Jati Bandung). Keragaman Praktek Menjalankan Ibadah pada Masyarakat Islam Kecamatan Blega (Madura) (Abd. Syukur Hasyim, IAIN Sunan Atnpel, Surabaya). Kaum Tua dan Kaum Muda, Kasus Upacara Kematian di Dusun . . . Sumatera Selatan (Mal-an Abdullah, Mahkamah Syari'ah, Palembang). Pelaksanaan Program Keluarga Berencana . . . (Hanafiah Sabil, IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh). Suatu Studi Wiraswasta Wajo, Tahun 1966-19 76 (Darwi Abdullah, UNHAS, Ujung Pandang). Tetapi yang paling menarik ialah kenyataan bahwa: persentase terbesar di berikan kepada topik sekitar kepercayaan, tasauf, agama suku, dan sinkretisme. Zainal bidin SH dari UII Yogya, menampilkan upacara perkawinan orang aliran Sapta Darma di Bantul, Yogya, sementara drs. Mansyur dari IAIN Lampung merekam upacara kematian pada masyarakat transmigran di Lampung Utara. Percampuran ajaran Islam formil dengan adat setempat, lengkap dengan magi dan ritus tradisionil juga ditunjukkan justru oleh peranan ulama sendiri di masyarakat Banjar, seperti dicatat Alfani Daud dari IAIN Banjarmasin. Perkembangan kerohanian sebuah suku "terasing", yakni Suku Anak Dlam (d/h Kubu) - dengan kepercayaan animistis yang ternyata menerima pengaruh keislaman, dipelajari oleh drs Faisol A. Z. dari IAIN Jambi. Sementara itu drs. Tayar Yusuf dari IAIN Lampung merekam upacara 'Basafa' di makam Wali Syekh Burhanuddin dari Tarekat Syattariah. Kehidupan sufisme Islam sendiri dewasa ini, dilukiskan dengan memikat oleh Moeslim Abdurrahman, Jakarta, dengan mengambil Kediri sebagai lapangan. Dan akhirnya dua naskah yang bagus tentang dua karya lama: Serat Wirid Hidayat Jati Ronggowarsito (meskipun dalam seminar ini baru pengantarnya, sejarah hidup pujangga tersebut) dan Kitab Ma-ul Hayat li Ahlil Mamat (Air Hidup Untuk Orang Mati), anggahan Syekh Nuruddin Ar-Raniri terhadap aliran wujudiah (union mistique) Hamzah Fansuri, oleh Ahmad Daudy MA, Rektor IAIN Banda Aceh. Sebuah lapangan yang luas sedikit demi sedikit diterangi. Menteri Agama sendiri, dalarn pembukaan seminar menyatakan anggapannya tentang dimensi baru dunia keilmuan di Indonesia: makin terjalinnya pengetahuan sosial dan pengetahuan agama. Di segi lain, para ahli agama sendiri dihadapkan pada kenyataan bahwa pemakaian metode deduktif alias dalil-dalil semata (tanpa metode empiris yang menuntut penguasaan disiplin pengetahuan sosial), sering menimbulkan keke cewaan: "karena orang menganggap bahwa jalannya masyarakat tidak sesuai dengan keyakinan agama yang ia yakini. Ini berakibat bahwa orang itu akan mengutuk masyarakat" .... Barangkali saja kesimpulan-kesimpulan yang lugu, yang ditarik dari lapangan --dan diharap akan ada pengaruhnya pada misalnya kurikulum lembaga pendidikan Islam khususnya - akan merobah beberapa gambaran, dan memberikan landasan yang memang berpijak di bumi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus