DUA puluh dua tulisan ilmiah diperbincangkan di Departemen
Agama. Acara ini, berlangsung empat hari di awal Pebruari,
mengambil nama Seminar Penelitian Agama & Masyarakat. Sebuah
kabar baik: kegiatan ini bisa dipandang sebagai salan-satu
langkah Departemen Agama yang dulu hampir tak pernah ada.
Obyek penelitian itu adalah berbagai lingkungan sosial agama,
atau yang ada hubungannya dengan agama. Ini merupakan hasil para
peserta Proyek Latinan Penelitian Agama (PLPA) Angkatan I (18
naskah) dan para dosen IAIN yang mengikuti Program Laihan
Penelitian Ilmu-ilmu Sosial di Aceh dan Ujung Pandang (4
naskah).
PLPA sendiri, yang sekarang sudah memulai programnya untuk
angkatan ke-II, didirikan di Ciputat Jakarta tahun 196 untuk
melatih para calon peneliti masalah agama dan kemasyarakatan.
Terlalu Sederhana
Program yang berlangsung sekitar enam bulan ini disertai para
sarjana, tenaga-tenaga dari lembaga survai maupun penjabat
Departemen Agama. Sedang laporan ilmiah yang dibahas dalam
seminar ini akan merupakan bahan-bahan yang selanjutnya, setelah
disempurnakan, diterbitkan dalam sed monografi Agama dan
Perubahan Sosial di Indonesia. Beberapa yang bagus kemudian akan
dikembangkan bagi promosi doktor - dengan tim promotor Prof. Dr.
H.A. Mukti Ali, Prof. Dr. H.M. Rasjidi, Dr. Taufik Abdullah, Dr.
Muljanto Sumardi.
Topik yang dipilih, yang sebelumnya dimintakan persetujuan dan
kemudian dibimbing para ahli (terbaca nama-nama seperti Prof.
Dr. Tjan Tjoe Sim, Dr. Melly G. Tan, Taufik Abdullah, misalnya)
memang tidak semuanya "besar". Bahkan meskipun Muljanto Sumardi
yang juga Ketua Badan Litbang Departemen Agama yang membawahi
proyek-proyek penelitian--menganjurkan agar "jangan terlalu
ambisius memilih subyek", ada terdapat topik-topik yang bisa
dikira terlalu sederhana. Fungsi Pembimbing Masyarakat Katolik
Di Daerah Yogyakarta, misalnya, karya drs. Ign. Djonowasono PR
dari Seminari Agung Mertoyudan, Magelang (dan satu-satunya
naskah dengan topik yang tidak ada hubungannya dengan agama
Islam), terkesan sebagai tak lebih dari laporan tahunan sebuah
lembaga pemerintah. Lebih-lebih naskah seperti Ikatan Masjid
Mushalla Indonesia Muttahidah Di Kotamadya Ujung Pandang.
Kepercayaan
Meski begitu terdapat juga topik menarik, seperti Keanekaragaman
Peradilan Agama dan Perkembangannya di Indonesia dari A. Gani
SH, penjabat Peradilan Agama--meskipun masih hanya
menitikberatkan pada berbagai peraturan sejak zaman Belanda.
Atau juga usaha penyidikan sejarah dua kesultanan:
Ternate dan Palembang, dari IAIN Ujung Pandang dan IAIN
Palembang. Lebih-lebih topik seperti Cina Islam di Jakarta:
Suatu Studi Tentang Perkembangan PITI dari Salamuddin, Badan
Litbang Departemen Agama.
Keragaman topik yang dibahas bisa ditunjukkan oleh juduljudul
lain: Naskah Mir-atut Thullab Karya Abdurrauf Singkel (Peunoh
Daly, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Madrasah Jam'iyah
Mahmudiah ... Langkat, Studi Mengenai Kepemimpinan (Farid
Nasution, IA IN Medan). Perguruan Diniyah Puteri
Padangpanjang... Kedudukan Kaum Wanita (Aminuddin Rasyad, IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta). Studi tentang Pendidikan Agama
Islam di IKIP Bandung (Ahtnad Supardi, IAIN Sunan Gunung Jati
Bandung). Keragaman Praktek Menjalankan Ibadah pada Masyarakat
Islam Kecamatan Blega (Madura) (Abd. Syukur Hasyim, IAIN Sunan
Atnpel, Surabaya). Kaum Tua dan Kaum Muda, Kasus Upacara
Kematian di Dusun . . . Sumatera Selatan (Mal-an Abdullah,
Mahkamah Syari'ah, Palembang). Pelaksanaan Program Keluarga
Berencana . . . (Hanafiah Sabil, IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh).
Suatu Studi Wiraswasta Wajo, Tahun 1966-19 76 (Darwi Abdullah,
UNHAS, Ujung Pandang).
Tetapi yang paling menarik ialah kenyataan bahwa: persentase
terbesar di berikan kepada topik sekitar kepercayaan, tasauf,
agama suku, dan sinkretisme. Zainal bidin SH dari UII Yogya,
menampilkan upacara perkawinan orang aliran Sapta Darma di
Bantul, Yogya, sementara drs. Mansyur dari IAIN Lampung merekam
upacara kematian pada masyarakat transmigran di Lampung Utara.
Percampuran ajaran Islam formil dengan adat setempat, lengkap
dengan magi dan ritus tradisionil juga ditunjukkan justru oleh
peranan ulama sendiri di masyarakat Banjar, seperti dicatat
Alfani Daud dari IAIN Banjarmasin. Perkembangan kerohanian
sebuah suku "terasing", yakni Suku Anak Dlam (d/h Kubu) -
dengan kepercayaan animistis yang ternyata menerima pengaruh
keislaman, dipelajari oleh drs Faisol A. Z. dari IAIN Jambi.
Sementara itu drs. Tayar Yusuf dari IAIN Lampung merekam upacara
'Basafa' di makam Wali Syekh Burhanuddin dari Tarekat
Syattariah.
Kehidupan sufisme Islam sendiri dewasa ini, dilukiskan dengan
memikat oleh Moeslim Abdurrahman, Jakarta, dengan mengambil
Kediri sebagai lapangan. Dan akhirnya dua naskah yang bagus
tentang dua karya lama: Serat Wirid Hidayat Jati Ronggowarsito
(meskipun dalam seminar ini baru pengantarnya, sejarah hidup
pujangga tersebut) dan Kitab Ma-ul Hayat li Ahlil Mamat (Air
Hidup Untuk Orang Mati), anggahan Syekh Nuruddin Ar-Raniri
terhadap aliran wujudiah (union mistique) Hamzah Fansuri, oleh
Ahmad Daudy MA, Rektor IAIN Banda Aceh.
Sebuah lapangan yang luas sedikit demi sedikit diterangi.
Menteri Agama sendiri, dalarn pembukaan seminar menyatakan
anggapannya tentang dimensi baru dunia keilmuan di Indonesia:
makin terjalinnya pengetahuan sosial dan pengetahuan agama.
Di segi lain, para ahli agama sendiri dihadapkan pada kenyataan
bahwa pemakaian metode deduktif alias dalil-dalil semata (tanpa
metode empiris yang menuntut penguasaan disiplin pengetahuan
sosial), sering menimbulkan keke cewaan: "karena orang
menganggap bahwa jalannya masyarakat tidak sesuai dengan
keyakinan agama yang ia yakini. Ini berakibat bahwa orang itu
akan mengutuk masyarakat" ....
Barangkali saja kesimpulan-kesimpulan yang lugu, yang ditarik
dari lapangan --dan diharap akan ada pengaruhnya pada misalnya
kurikulum lembaga pendidikan Islam khususnya - akan merobah
beberapa gambaran, dan memberikan landasan yang memang berpijak
di bumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini