KM Lawit dijejali penumpang di luar batas. Akibatnya, nakhoda diberhentikan. Mendapat lampu hijau syahbandar? KESIBUKAN luar biasa terjadi Ahad pekan lalu di Pelabuhan Tanjungmas, Semarang. Pagi itu, ratusan calon penumpang Kapal Motor (KM) Lawit berebut memasuki kapal jurusan Pontianak milik PT Pelni itu. Akibatnya, mereka banyak yang terpelanting, terinjak penumpang lain yang mengarus di belakangnya. "Walkman saya sampai hancur, terinjak-injak," tutur seorang penumpang. Tak seperti biasanya, hari itu KM Lawit memang kebanjiran penumpang. Kapal yang berkapasitas 920 penumpang itu terpaksa diisi tiga kali lipat lebih. "Semua lorong penuh, untuk jalan saja harus melangkahi kepala orang," ujar Sarno, penumpang asal Lamongan. Karena itulah, KM Lawit tergolong baru, tapi pada pelayaran kali ini jalannya terseok-seok. Jarak Semarang-Pontianak, yang biasanya cukup ditempuh 33 jam, hari itu molor dua jam. Sesampainya di Pontianak, menurut administrator pelabuhannya, Eddi Hidayat, kapal itu terlihat miring. Petugas pelabuhan Pontianak mencium ada yang tidak beres. Dugaannya benar, karena setelah dihitung, jumlah penumpangnya mencapai 3.900 orang. Padahal, dalam manifes hanya diperbolehkan maksimal 1.200 penumpang, termasuk 20 persen dispensasi sebagai angkutan Lebaran. Kejadian itu, oleh Eddi Hidayat, segera dilaporkan ke Menteri Perhubungan. Menteri Perhubungan Azwar Anas cepat tanggap. Pada wartawan, usai meresmikan beroperasinya kapal penumpang KM Sirimau di Ambon, Sabtu pekan lalu, ia berjanji segera memeriksa Kakanwil Departemen Perhubungan Jawa Tengah dan Administrator Pelabuhan Semarang. Kepala cabang Pelni Semarang dan nakhoda KM Lawit, terhitung Sabtu pekan lalu, diberhentikan sementara. "Jika terbukti bersalah, tak ada ampun lagi," ujar Azwar. Namun, menurut Suhartono, Kepala Bagian Operasi Traffic Semarang, Pelni benar-benar terpaksa. "Kami sudah tak mampu lagi menolak ledakan penumpang yang ingin kembali dari mudik Lebaran," katanya. "Seandainya menampung sesuai kapasitas, penumpang lain yang ribuan jumlahnya akan dikemanakan?" Keberanian Pelni mengangkut penumpang jauh di atas kapasitas, menurut Suhartono, karena perhitungan jarak tempuhnya yang hanya sehari semalam. Lagi pula, katanya, KM Lawit saat itu sudah dilengkapi berbagai fasilitas keselamatan, seperti sekoci, rakit, baju renang, dengan jumlah yang memadai untuk 3.000 penumpang. Namun diakui, yang dilakukan sangat berbahaya. "Kalau yang dicari siapa yang salah, bagaimanapun Pelni tetap salah," kata Suhartono, seolah pasrah. Sumber TEMPO di PT Pelni Semarang menyebut, pihak Pelni berani berbuat begitu karena mendapat lampu hijau dari Kakanwil Departemen Perhubungan Jawa Tengah dan Syahbandar Pelabuhan Tanjungmas. "Bahkan dua pejabat itu sempat mengecek fasilitas keselamatan sampai saat akhir embarkasi," ujarnya. Kepala Kanwil Departemen Perhubungan Jawa Tengah, Gatot Sujantoko, kepada Jawa Pos membantah telah menjejali KM Lawit. Ketika meninggalkan pelabuhan Semarang, katanya, kapal itu hanya mengangkut 2.200 penumpang. Jumlah ini sesuai dengan petunjuk Dirjen Perhubungan Laut, yang membenarkan adanya kelebihan penumpang sekitar 1.000. Bahwa ternyata jumlah penumpang di atas 2.200 orang, itu di luar pengetahuan Gatot Sujantoko. Tapi agaknya hal itu bisa saja terjadi. Seperti yang dituturkan kepada TEMPO, banyak penumpang gelap bayar karcis di atas. "Malah tiket kelas ekonomi hampir semuanya ganda," tutur Marji, penumpang asal Tegal. Aries M., Heddy Lugito (Semarang), Djunaini K.S. (Pontianak)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini