Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Loncatan anak pekalongan

Soegeng sarjadi,48, akan berkampanye untuk pdi. i- ngin melihat pdi dan ppp dapat berkoalisi, agar - dominasi golkar sedikit banyak bisa terimbangi.

18 Mei 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Soegeng Sarjadi siap berkampanye untuk PDI, dan ingin melihat partainya yang baru bergandeng tangan dengan PPP. SOEGENG Sarjadi, 48 tahun, boleh jadi sudah merasa plong sekarang. Pekan lalu, setelah berpikir cukup lama, pengusaha beken dan tokoh Angkatan '66 itu ternyata melaksanakan niatnya: pindah dari Golkar dan bergabung dengan PDI. Banyak yang terkejut, tentunya. Anak Pekalongan, yang bersama 14 pengusaha muda pada awal Maret 1984 resmi masuk Golkar -- dan dilantik oleh Ketua Umum Golkar Sudharmono dalam suatu upacara khusus di kantor Menteri/Sekretaris Negara waktu itu -- rupanya belum pamit kepada pimpinan "partainya". Itu sebabnya Sekjen Golkar Rachmat Witoelar merasa belum bisa bicara banyak. "Saya baru tahu soal pengunduran diri Soegeng. Saya juga belum bertemu langsung dengan dia," kata Rachmat kepada Bambang Sujatmoko dari TEMPO. "Tapi kalau dia mau pindah, itu haknya." Namun, setahu Rachmat, selama ini tak ada masalah antara Soegeng dan DPP Golkar. Rachmat benar. Pindahnya Soegeng ke PDI tentu bukan karena dia, misalnya, tak masuk dalam daftar calon Golkar untuk pemilu mendatang. Tapi, "saya ingin memperjuangkan sesuatu sesuai dengan nurani saya," kata Soegeng. Apa itu? "Agar kelak bisa terwujud suatu kehidupan politik yang lebih berimbang," katanya. Dia mengakui, Golkar sebagai suatu kekuatan yang besar sudah berhasil berperan sebagai penyokong pembangunan di Indonesia hingga mencapai kemajuan ekonomi seperti sekarang. Namun, ia menilai sukses ekonomi itu perlu diimbangi dengan "pembangunan politik yang konstitusional". Itu sebabnya Soegeng, yang aktif dalam Korps Alumni HMI (KAHMI), menilai perlu ada kerja sama erat antara dua partai pesaing Golkar, misalnya melalui kampanye bersama. Ia bahkan bercita-cita agar PDI dan PPP bisa berkoalisi. "Agar dominasi Golkar sedikit banyak bisa terimbangi," katanya. Untuk memperjuangkan cita-citanya itu, Komisaris Utama Grup Kodel ini bersedia menyandang dana. Dia ingin melihat dalam DPR yang baru nanti, kursi Golkar yang 299 bisa dikurangi menjadi 200 saja. Lalu PPP dan PDI masing-masing bisa merebut 100 kursi, dan sisanya yang 100 adalah jatah tetap untuk Fraksi ABRI. "Dengan komposisi seperti itu, lembaga legislatif akan lebih bisa berperan," kata Soegeng. Gagasan besar Soegeng, barangkali, baru bisa digelindingkan dalam dua pemilu lagi, siapa tahu. Sebab, saat ini, calon kontestan sudah keburu dibagi dalam tiga kekuatan politik. Itu sebabnya Ketua Umum PDI, Soerjadi, beranggapan usul koalisi dari Soegeng membutuhkan pemikiran yang tidak sebentar. Soerjadi, yang dahulu juga aktif sebagai eksponen '66, tidak kaget mendapat anggota baru. "Kami memang sudah lama bicara, sejak peringatan 25 tahun Tritura," katanya. "Pembicaraan lebih serius berlangsung satu setengah bulan lalu. Hasilnya, ya itulah, Soegeng akan berkampanye untuk PDI." Sudah benarkah langkah Soegeng? Fahmi Idris, rekan seusahanya yang bersama Soegeng masuk Golkar, enggan berkomentar. Tapi Jacob Tobing berpendapat "tesis Soegeng secara prinsip keliru". Menurut Ketua Harian Badan Pengendali Pemenangan Pemilu Golkar ini, partai yang dominan justru memungkinkan melakukan berbagai terobosan. "Jangan lupa, segala pikiran kritis yang ada kini timbul di permukaan karena sistem ini cukup sehat," kata Jacob. Padahal, kalau mau, menurut dia, Golkar bisa saja meredam suara-suara kritis tadi. "Tapi kami malah memanfaatkan suara-suara itu, sebagai unsur dinamis yang mendorong kita untuk bisa menggulir ke depan," katanya. Diah Purnomowati, Didi Prambadi, Wahyu Muryadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus