Jembatan Kali Krasak putus, akibat meledaknya truk tangki yang mengangkut bahan bakar premix. Biaya perbaikan hampir tiga milyar rupiah. FILM Bridge to Hell baru saja akan diputar di gedung bioskop Chandra II ketika sebuah ledakan menggelegar sore itu, Jumat pekan lalu. Sekitar 30 penonton di dalam gedung bioskop -- yang letaknya persis di pangkal selatan jembatan Kali Krasak -- berhamburan keluar. Mereka menyaksikan "neraka" betul-betul telah terjadi di atas jembatan yang menghubungkan Desa Salam dan Tempel. Malapetaka itu bersumber dari truk tangki (gandengan) R 9357 CB. Sore itu, pukul 15.15, truk yang dikemudikan Iman Suryadi, 31 tahun, mengangkut premix dari Semarang dengan tujuan Yogya akan memasuki jembatan Krasak. Sekitar seratus meter menjelang masuk jembatan truk tangki memuat 16.000 liter premix (dua tangki) menyiap bis Ramayana yang berhenti menurunkan penumpang. Tapi, mendadak Iman banting setir ke kiri begitu dari arah berlawanan tiba-tiba muncul kendaraan Colt station. Akibatnya tangki gandengan oleng. Untuk mengembalikan tangki yang oleng ke posisi semula, Iman banting setir ke kanan. Tapi, yang terjadi justru tangki gandengan terguling di tubuh jalan. Keadaan menjadi fatal, tutup tangki yang terguling itu terbuka, minyak tumpah ke jalan. Bunga-bunga api akibat gesekan tangki dengan badan jalan pun menjilat tumpahan mudah terbakar itu. Truk itu baru berhenti setelah menyeret tangki sejauh hampir 150 meter, di atas jembatan. "Saya tahu tangki gandengan terguling, tapi saya baru diberi tahu bahwa tangki terbakar, oleh Ridwan (kenek), setelah masuk jembatan," ujar Iman Suryadi kepada TEMPO. Iman Suryadi mengaku tidak segera menghentikan kendaraan begitu dia tahu tangki gandengan terguling. Waktu itu, menurut Iman, mobilnya melaju dengan kecepatan 60 km per jam, kecepatan yang cukup tinggi untuk mobil gandengan. Dalam kecepatan sekian itu, menurut Iman Suryadi, amat berbahaya bila mobil mendadak dihentikan. Bisa fatal. Maka, pelan-pelan dia mengurangi kecepatan dan baru berhenti di atas jembatan Krasak itu. Pada saat mobil tangki berhenti, api sudah sulit dikuasai. Iman dan Ridwan menyelamatkan diri ke Polsek Tempel, Yogya. Tak lama setelah keduanya meninggalkan kendaraan itulah ledakan dahsyat pertama terjadi. Lalu, menyusul ledakan kedua 20 menit kemudian. Tak seorang pun berusaha memadamkan api yang berkobar itu, dan tak seorang pun berusaha minta bantuan pemadam kebakaran. Semuanya terpana. Tidak kurang dari satu setengah jam api melahap tumpahan premix dari dua tangki masing-masing 8.000 liter, menjilat tubuh dan rangka jembatan, membuat konstruksi Calender Hamilton eks Inggris ltu menjadi luluh, dan akhirnya pelan-pelan mencium dasar sungai. Besi rangka jembatan meleot-leot membuat kedua ujung jembatan terpisah dari fondasinya. Menteri PU Radinal Mochtar ketika meninjau jembatan ini Ahad, 12 Mei 1991, memerintahkan supaya jembatan ini segera dipulihkan. Menteri memberi batas waktu paling lama empat bulan. Makin lama jembatan ini menderita, makin besar kerugian yang dialami masyarakat. Perbaikan jembatan yang telah dimulai sejak Senin pekan ini ditaksir akan makan biaya Rp 2,75 milyar. Sementara itu, sebelah ke hulu, dibangun jembatan darurat dengan menggunakan bentuk jembatan Transpanel Australia. Jembatan darurat yang disebut juga jembatan Bailey akan selesai sebelum akhir Mei ini. Kalau jembatan darurat ini selesai, persoalan lalu lintas, terutama lalu lintas pariwisata yang akan menghadiri Festival Borobudur 2-5 Juni 1991 mendatang, tidak terganggu. Syahril Chili dan M. Ajie Surya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini