Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Biar Indra Tidur Siang

Rektor UI Prof. Mahar Mardjono menskors 2 mahasiswa sehubungan dengan pernyataan sikap mahasiswa UI.Akan diselenggarakan referendum apakah mayoritas mahasiswa UI menyetujui kembali ke AD/ART IKM UI'76. (pdk)

19 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ACARA Lenggang Irama Kampus di Rawamangun, Jakarta, 6 Mei dua pekan lalu, ternyata berekor tak enak. Terhitung 9 Mei, Rektor UI Prof. Mahar Mardjono menjatuhkan skorsing pada penanggungjawab acara itu. Tito Sulistio, mahasiswa Ekonomi dan Indra K. Budenani, mahasiwa Ilmu-ilmu Sosial, masing-masing diskors sampai 31 Juli dan akhir tahun ini. Tidak disebut alasan skorsing tadi dijatuhkan. Tapi diduga keduanya telah melampaui kelonggaran yang diberikan Rektor UI. Sementara di ITB muncul DM baru pimpinan Ausie Gautama, sejauh ini pula, Ketua Rektorium ITB Dr. Sudjana Sapi'ie masih belum mengambil tindakan. Dalam kemelut menata kembali kehidupan kampus, tindakan Prof. Mahar terasa cukup mengejutkan. Meskipun hakikatnya, Rektor UI tadi dihadapkan pada pilihan yang sulit. Seperti disadari Indra K. Budenani -- Ketua Unit Drum Band UI pada acara itu: "Saya kira Prof. Mahar cukup bijaksana," katanya. Rendra Tiga hari sebelum surat skorsing dijatuhkan, di tengah acara Lenggang Irama Kampus, sesuatu di luar atraksi hiburan tiba-tiba muncul. Selain Rendra yang membaca sajak, yang terpenting ialah tampilnya para fungsionaris mahasiswa UI membacakan Pernyataan Sikap Mahasiswa UI: Kembali ke AD/ART Ikatan Keluarga Mahasiswa (IKM) UI '76. Yang tidak mengakui perangkat lembaga kemahasiswaan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) berdasar konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) (TEMPO 12 Mei). Pernyataan sikap itu selain memojokkan Prof. Mahar, juga dianggap telah melampaui kelonggaran yang diberikan kepada panitia. Pada Indra, lewat surat resmi 3 Mei sebelumnya Mahar wanti-wanti, untuk mencegah salah tafsir pada acara itu, "tidak diperlukan pidato-pidato dan pernyataan," katanya. Bahkan Pembantu Rektor bidang Kemahasisaan dr. Dadang Hawari menyediakan dana Rp 150 ribu, yang diambil dari anggaran proyek NKK UI. Dengan niat turut menunjang perkenalan Unit Drum Band UI. Tapi ada juga yang mengecam kebijaksanaan Prof. Mahar. Seperti kata Ghazi H. Yoesoef -- ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UI yang dibekukan, juga senada dengan Tito. "Tindakan rektor itu tidak mendidik," kata mereka. "Seharusnya rektor mengeluarkan SK untuk seluruh pimpinan mahasiswa. Sebab yang dilakukn Indra dan Tito hanyalah melaksanakan apa yang kita gariskan selama ini," tambah Ghazi. Dalam pertimbangan lahirnya skorsing itu, SK Rektor hanya menyebut, "dalam rangka penataan kehidupan kampus UI perlu ditingkatkan disiplin di antara civitas academica." Bagi yang melanggar, bisa dikenakan sanksi akademis ataupun administratif. Tapi benarkah hanya itu alasan skorsing? Prof. Mahar menolak memberikan jawaban. Ia menganjurkan semua pertanyaan diajukan ke Dirjen Pendidikan Tinggi. "Ini soal sensitif, harap saudara maklum," katanya kepada Slamet Djabarudi dari TEMPO. Referendum Betapapun pahitnya skorsing sudah jatuh. Indra, 29 tahun, yang seharusnya tahun ini menyelesaikan kuliah dan sudah menyiapkan skripsi, terpaksa mengendorkan otot. Wakil Ketua DM UI yang dibekukan ini akan memanfaatkan waktu skorsing untuk istirahat. "Soalnya saya sudah lama nggak tidur siang," kata Indra yang telah menikah tahun lalu. Tito sendiri kini sibuk memperhitungkan uang masuk hasil acara itu. Diperkirakan panitia memperoleh laba cukup. Sehingga kelak panitia bisa mengembalikan uang pinjaman Rp 150 ribu dari proyek NKK UI. Sebab konon, tidak enak rasanya menyerang P&K dengan uang pinjaman (pemerintah) itu. Ketika ditanya Pembantu Rektor dr. Dadang Hawari tidak menjawab tegas. "Tanyakan saja pada yang bersangkutan," katanya. Setelah mendengarkan diskusi dengan beberapa Senat Mahasiswa, dan mendapat kritik tajam dari para mahasiswa, para fungsionaris mahasiswa berniat menyelenggarakan referendum. Pertanyaan pokok akan diajukan kepada para mahasiswa UI. Apakah mereka akan memilih BKK atau kembali ke AD/ART IKM UI '76? Masihkah Prof. Mahar akan memberi kelonggaran, sulit diketahui. Tapi agaknya sesudah peristiwa Lenggang Kampus itu, sang Rektor menjadi kaya pengalaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus