Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bila muhammad ditambah sally

Operasi kelamin di mesir pada masa husni mubarak, banyak mendapat tantangan. pasien pertama: muhammad yang menjadi sally. dikeluarkan dari sekolahnya dan dipaksa wajib militer.

17 Desember 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUHAMMAD Abdullah, warga negara Mesir, mungkin ingin menjadi Ratu Cleopatra. Melalui operasi kelamin, ia mengubah diri jadi kaum hawa. Sayangnya, Mesir di masa Husni Mubarak adalah negeri yang kental bernapaskan Islam, dan karena itu operasi ini berbuntut panjang -- sampai sekarang, hampir setahun setelah Muhammad menambahkan nama Sally di depan namanya sejak ia menjadi cewek. Dan Sally-lah cowok pertama yang menjadi cewek di Mesir. Ulah Sally Muhammad Abdullah untuk membahagiakan diri itu ternyata menyebabkan sejumlah derita -- bukan cuma terhadap diri sendiri, tapi juga orang lain. Ia ditendang dari sekolah kedokteran yang bernaung di bawah perguruan tinggi terkenal, Al Azhar, dengan alasan tak jelas. Kemungkinan besar karena ia tetap dianggap lelaki, sementara Sally, 24 tahun kini, maunya dianggap perempuan. Yang juga tak mau tahu bahwa Muhammad sekarang mempunyai nama Sally adalah pihak tentara. Sally tetap harus menjalani wajib militer sebagaimana tiap pria Mesir. Dokter Ezzat Gibrail, yang mengoperasi Sally, pun kena getahnya. Izin praktek sang dokter dicabut oleh persatuan dokter Mesir. Alasannya, dr. Gibrail sudah melakukan operasi tanpa sebab. "Operasi itu melanggar nilai-nilai agama dan tradisi masyarakat Islam dan Mesir. Karena itu juga melanggar etika medis," kata Salem Negim, wakil ketua persatuan dokter Mesir. Pihak ulama mengatakan bahwa Sally tak mempunyai kelainan fisik dan tak perlu dioperasi. Menurut ajaran Islam, operasi semacam itu diperkenankan jika orang itu memiliki alat kelamin pria (atau wanita) yang tersembunyi. Sally sendiri mengaku sudah 7 tahun mencari pertolongan ke dokter. Tiga tahun pertama ia menjalani terapi kejiwaan. Lalu beralih ke terapi hormon pria maupun wanita. Semuanya gagal. Kini, katanya, "Sebagai cewek, saya merasa bahagia," meski ia ditendang dari sekolahnya, dan dipaksa ikut wajib militer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus