TANPA pengawalan yang kentara, seperti bukan orang resmi, Datuk Musa Hitam dan rombongan datang ke rumah makan terkemuka Ny. Suharti, Yogyakarta, untuk bersantap ayam goreng. Ia tampak lahap, dan santai mengenakan hem lengan pendek warna muda. Dan ia memilih minuman lokal: es kopyor. Itu terjadi Minggu 2 Desember silam, semalam menjelang pertemuan L.B. Moerdani - Musa Hitam di Hotel Ambarrukmo. Jenderal Moerdani pun kelihatan rileks, ia main bilyar malam itu bersama anak buahnya. Rileks tapi efektif, agaknya, itulah kesan perundingan esoknya, yang membahas perjanjian keamanan daerah perbatasan RI-Malaysia, yang selesai setengah jam lebih cepat dari rencana tiga jam perbincangan. Hasilnya: banyak perubahan penting. Kerja sama keamanan (security arrangement) yang pertama ditandatangani tahun 1972. Perubahan yang penting, menurut Pangab-Pangkopkamtib L.B. Moerdani adalah, "Kerja sama keamanan 1984 ini mencakup seluruh wilayah perbatasan antara kedua negara. Mulai dari perbatasan di Selat Malaka sampai di Kalimantan Timur." Pada 1972, kerja sama itu hanya mengenai daerah perbatasan darat, yakni Serawak dan Sabah di pihak Malaysia serta Kalimantan Timur dan Barat di pihak Indonesia. Perubahan lain adalah ini: Kalau dulu hanya ditangani oleh satuan darat (tentara danpolisi), "Yang sekarang tak menutup kemungkinan kerja sama antara angkatan udara, laut, dan unsur udara dan laut dari instansi sipil," kata Jenderal Moerdani selaku ketua Komisi Umum Perbatasan (GBC) dari Indonesia. Pengertian "musuh bersama" yang dulunya cuma komunisme, kini juga mencakup paham yang lebih luas. Siapa pula yang dimaksudkan, tak dijawab secara jelas oleh Datuk Musa, wakil PM Malaysia, yang datang dalam kedudukannya sebagai menteri dalam negeri. "Itu tidak perlu didefinisikan secara umum atau khusus," kata Datuk Musa menjawab pertanyaan TEMPO tentang ancaman ideologis selain komunisme. "Dalam lingkungan kerja GBC, dan dalam perjanjian 1984 yang ditandatangani ini, bolehlah kita dari masa ke masa mengenal pasti apa saja ancaman-ancaman terhadap keselamatan kedua negara." Menurut ketua GBC dari Malaysia ini, "Narkotik juga merupakan ancaman serius atas keselamatan dalam negeri kami." Adakah Vietnam dipandang sebagai ancaman seperti halnya Cina? Buat Malaysia, "Sukar benar hendak disamakan taraf ancaman itu, dari satu negara dengan negara lain," katanya. "Rating-nya itu barangkali suka saya tak memberitahu. Tiap-tiap ancaman berasas pada potensinya dan militansinya." Bagi Indonesia, Vietnam sekarang, seperti pernah dikatakan Jenderal Moerdani, tak dilihat sebagai ancaman. Begitu pula Uni Soviet. Rating itu pula yang agaknya berbeda antara RI dan Malaysia. Pada awal sidang, Datuk Musa Hitam secara khusus meminta perhatian serius mengenai peningkatan kehadiran Uni Soviet di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Pangab Moerdani sendiri belum menilai kehadiran Soviet mencapai taraf yang mengkhawatirkan. Sekalipun ia sependapat dengan rekannya bahwa kehadiran Soviet kini memang meningkat di kedua perairan yang disebutkan Datuk Musa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini