Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bustanil minta empat mata

Ka bulog bustanil arifin sh di depan anggota komisi iii dan vii dpr mengakui kelemahan administrasi instansinya. pertanyaan r.o.tambunan yang menyangkut budiaji akan dijawab terpisah. (nas)

27 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ka Bulog Bustanil Arifin SH tampil dengan penjelasan setebal 40 halaman. Ia menjawab pertanyaan-pertanyaan anggota Komisi III & VII DPR dalam acara dengar-pendapat 13 Agustus. Selain menangkis (yang kadang emosionil), ia juga mengakui beberapa kesalahan. Tapi acara terpaksa istirahat ketika mendadak listrik padam selama 17 menit. Bustanil mengakui kelemahan administrasi instansi yang dipimpinnya. Juga soal agen tunggal Dolog Kaltim, Winardi Utomo. "Itu kesalahan saya," katanya. Di Dolog lain tak ada keagenan semacam itu. Mengaku baru sekali saja ke Kaltim, sebelum kasus Budiaji terbongkar, pasaran beras di sana selalu stabil - apalagi administrasinya kelihatan rapih dan sempurna maka ia pun tidak curiga. Ka Bulog bahkan memberi penghargaan kepada Budiaji. Ia mengaku tak tahu banyak tentang Budiaji yang pola hidupnya mewah, yang punya perusahaan-perusahaan swasta. "Sangat ideal bahwa pimpinan tahu keadaan bawahan. Tapi kebetulan saya tidak ideal. Barangkali saudara Tambunan yang ideal," katanya. Anggota R.O. Tambunan, ketika itu memang bertanya mengapa Budiaji yang mewah itu sampai tak diketahui pimpinan. Mengapa setelah tiga tahun baru terbongkar". Apa jawaban Bustanil? "Syukurlah hanya tiga tahun sudah terbongkar," katanya. Dan tentang pemalsuan Bustanil berkata: "Apa yang sekarang tidak dipalsukan? Paspor, surat kewarganegaraan dan lain-lain, semua mulai dipalsukan." Upeti Tapi Ka Bulog keberatan hicara tentang pejabat Bulog yang menerima upeti, seperti diminta oleh anggota Amin Iskandar. "Saya fikir kurang tepat. Sebagai pimpinan saya tak ingin mereka diinterogasi di sini, kata Bustanil. Sebelum rapat dimulai. Bustanil mempersilahkan TEMPO bicara dengan mereka. Dan ketika itu memang ada beberapa pejabat Bulog yang ikut hadir. "Saya sengaja bawa orang-orang yang disebut di koran-koran," katanya. Bahkan ketika Hasibuan, pimpinan rapat, menyatakan rapat diselenggarakan secara terbuka. Bustanil berkata: "Dua kali terbuka juga boleh. Silakan supaya semua orang tahu bahwa kita bersih." Karena itu ia membantah anggapan seakan ia menutupi penyelewengan. Tapi ia ada mengakui pernah berusaha menyelamatkan inventaris Bulog dengan cara membujuk isteri Budiaji. "Saya ajak ke rumah. Itu taktik saya, agar barang Bulog selamat," katanya. Tapi anggota R.O. Tambunan pernah mendengar usaha Bulog mendatangi instansi pengusut agar menyetop pengusutan. Tentang hal ini. Bustanil berjanji akan bicara empat mata dengan Tambunan Tampaknya masih ada saja hal-hal yang belum diumumkan. Dan hanya Ka Bulog saja yang tahu. Apakah dalam pembicaraan empat mata nanti juga akan dibicarakan perihal bungkamnya Budiaji di pengadilan tempo hari" Anggota Oka Mahendra bahkan bertanya, apakah bungkamnya Budiaji karena perintah atasan? Menurut Bustanil. Budiaji tak punya wewenang menjawab. Dan tentang Budiaji itu sendiri, tampaknya Bustanil sudah bersikap a priori. "Saya tidak bertemu lagi dengan dia. Dan tidak bakal bertemu. Saya tidak ingin menyebut namanya," katanya. Selama rapat itu. Bustanil memang hanya menyebut 'dia' atau 'Ka Dolog Kaltim' saja. Meski begitu, kalau pun ia tahu bawahannya bersalah, ia tidak mau segera memecatnya. Karena, "kalau setiap orang bersalah dipecat, habis Bulog," ujarnya. Tapi salahkah Bulog? Bagi anggota Sulaeman Cakrawiguna, bukan hanya Bulog saja yang bersalah melainkan juga akuntan yang memeriksanya. Ia mempersoalkan apakah akuntan tidak disyaratkan mengetahui pemalsuan. Pertanyaan itu langsung mengenai drs. Sugandhi. Dirjen Pengawas Keuangan Negara, yang hari itu juga menghadiri acara dengar pendapat. Ia harus mengakui kelemahan instansinya, termasuk Badan Pemeriksa Keuangan dan akuntan-akuntan negara lainya. Susahnya, kata sugandhi, "jangankan mengetahui pemalsuan, pemeriksaan fisik saja tidak disyaratkan. Lalu ia bercerita tentang proses pemeriksaan, akuntan menyatakan pendapatnya. Tapi khusus dalam kasusu Dolog Kaltim laporan akuntan ditutup dengan kalimat: "Kewajaran dari posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan tersebut, tergantung pada hasil rekonsiliasi rekening koran dengan Bolog." Kalimat tersebut dicantumkan karena memang belum ada rekonsiliasi. "Tapi hal itu belum berarti harus ada tindakan polisionil. Yang diragukan, apakah perhitungan itu sudah dikwalifikasikan secara benar. Ini bukan curiga tapi hanya belum yakin. Kalau curiga, akuntan harus lapor," katanya. Sugandhi juga mengungkapkan kurangnya jumlah akuntan yang dewasa ini cuma 400 orang sedang yang dibutuhkan sekitar 600 orang. "Makin maju perekonomian, makin banyak Perusahaan Negara, makin banyak akuntan dibutuhkan," tambahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus