CARA lain memanipulasikan pensiunan kini sedang diusahakan dibongkar di - Pemda Jawa Barat. Memasukkan nama-nama fiktif dalam daftar pensiunan tampaknya sudah dianggap kuno. Cara baru lebih susah dicium. Dilihat hanya dari administrasi pembukuan di Pemda, penyelewengan ini tak bakal ketahuan - tak ada angka yang diubah, tak ada hal yang dipalsukan. Tapi, bak kata pepatah, barang busuk akhirnya pun tercium baunya. Dan "bau" itu sebenarnya sudah ketahuan pada Desember tahun lalu. Yakni, ketika Pemda Tingkat I Jawa Barat berusaha memperbesar anggaran pembangunan antara lain dengan cara intensifikasi penggalian sumber dana dan Inventarisasi pemasukan subsidi dari pusat. Maka, di ketahuilah bahwa ada dana-dana pusat yang belum sampai, atau belum dimasukkan ke kas Pemda. H. Aang Kunaefi, Gubernur Jawa Barat waktu itu, menugasi antara lain Wakil Gubernur Soehoed W.P. dan Itwilprop Jawa Barat agar meneliti dana yang belum masuk itu. Tapi, dalam waktu sekitar lima bulan kemudian, hingga habisnya masa jabatan Aang Kunaefi, Mei 1985, belum juga ketahuan dana yang masih berada di luar. Ini membuktikan modus baru memanipulasi uang Pemda memang rapi. Yogie S. Memed, gubernur baru yang menggantikan Aang, yang berniat menjalankan pemenntahan yang bersih, melanjutkan pengusutan dana yang hilang. Entah dari mana datangnya ilham, bekas Pangdam Siliwangi itu meminta copy Wesel Pemerintah yang dikirimkan oleh Departemen Keuangan untuk Pemda Jawa Barat - tak tanggung-tanggung dalam waktu lima tahun terakhir. Lewat bantuan Menteri Dalam Negeri, 2 Oktober lalu, dalam satu upacara resmi di Jakarta, salinan Wesel Pemerintah diserahkan kepada Pemda Jawa Barat. Wesel ini adalah bukti pengiriman uang dari Departemen Keuangan kepada Pemda Jawa Barat, yakni sebagai ganti uang Pemda yang dibayarkan kepada pegawai di daerah yang dipensiunkan. Seperti diketahui, seorang pensiunan pegawai negeri untuk beberapa bulan masih menerima pensiun sebesar gajinya semula. Baru kemudian, pihak Departemen Keuangan memotong pensiun mereka tiap bulan hingga kelebihan uang yang mereka terima terbayar kembali. Uang potongan pensiun itulah yang dikirimkan oleh Departemen Keuangan dengan yang disebut Wesel Pemerintah. Maka, diketahuilah hampir separuh jumlah Wesel Pemerintah yang ternyata belum dimasukkan ke dalam Kas Daerah. Lima tahun terakhir ini seharusnya uang dari Wesel itu berjumlah hampir Rp 1,9 milyar. Yang tercatat dalam pembukuan hanya lebih dari 940 juta. Artinya ada sekitar Rp 930 juta yang belum diuangkan, atau sudah diuangkan tapi tak dimasukkan ke kas. Kini pengusutan dana yang hilang jelas arahnya. Sebab, satu-satunya orang yang berhak menguangkan Wesel Pemerintah hanyalah bendahara Pemda. "Dan sekarang Bendahara itu sudah dinonaktifkan," kata Soehoed. Selain itu, Soehoed juga menyebut Asisten IV Sekwilda Jawa Barat sebelum yang sekarang - yang dimutasikan menjadi Residen Purwakarta di zaman Gubernur Aang Kunaefi - juga akan dimintai keterangan. "Sebab, bendahara Pemda berada langsung di bawah tanggung jawab Asisten IV Sekwilda," kata Soehoed pula. Hingga Senin pekan ini pengusutan oleh pihak pemda memang belum tuntas benar. "Maklum, berkasnya banyak, karena manipulasi ini berlangsung dari 1981 sampai 1985," kata H. Ukman Sutaryan, Kepala Inspektorat Jawa Barat. Yang jelas, bila benar kata Ernesto Barcelona, Wakil Sekretaris FPP DPRD Jawa Barat, itu berarti pada tahun anggaran 1984-1985, di Pemda Jawa Barat tercatat manipulasi lebih dari Rp 5 milyar. Sebab, kata Ernesto. "Dari 39 kasus korupsi yang ditangani Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi Jawa Barat, dua kasus bernilai lebih dari Rp 2,9 milyar." Padahal, kasus korupsi di Dispenda Bogor tempo hari, yang melibatkan Kepala Dispendanya beserta hampir semua bawahannya, hanya menyangkut uang Rp 2,3 milyar. Dan jangan-jangan kasus di Pemda Jawa Barat hanyalah satu dari sekian manipulasi - juga di provinsi-provinsi lain - yang kebetulan tercium baunya. Prosedur atau peraturan peralihan gaji dari masa aktif ke masa pensiun itu, misalnya, sudah terbukti membuka peluang buat menyimpan uang negara masuk kantung sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini