Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Semarang - Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah menebus ijazah 174 siswa di SMK Pelita Bangsa, Kabupaten Sragen. Ijazah tersebut merupakan milik siswa yang sudah lulus sejak tahun 2014 hingga 2019, namun tak kunjung diambil. Dikutip dari portal resmi Provinsi Jawa Tengah, total jumlah tunggakan dikabarkan mencapai ratusan juta rupiah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kini, kata Ganjar, persoalan tersebut sudah selesai. Seluruh ijazah tersebut sudah diambil oleh 174 siswa SMK Pelita Bangsa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini ada fotonya, ini barusan selesai. Jadi yang kemarin tidak bisa di Sragen, SMK Pelita Bangsa, per hari ini di Kantor Kecamatan Sumberlawang telah diserahkan 174 ijazah kepada perwakilan siswa,” kata Ganjar seperti dikutip dari laman resmi Pemprov Jateng, Kamis 25 Maret 2021.
Tindakan Ganjar ini bermula dari beredarnya berita bahwa banyak siswa SMK Pelita Bangsa yang belum melunasi biaya administrasi, sehingga tidak mengambil ijazahnya.
Nilai tunggakan sebesar Rp 174.445.000. Ia langsung memerintahkan jajarannya untuk menindaklanjuti. Pihak sekolah pun menyambut baik niat Ganjar, ijazah para siswa yang menunggak pun diserahkan.
“Ijazahnya gratis, lulusan tidak dibebani biaya apapun. Ini saya sudah dikirimi gambarnya,” ucapnya sembari menunjukkan foto proses pembagian ijazah di gawainya.
Terkait hal ini, Ganjar meminta seluruh sekolah di Jawa Tengah mendata siswanya, khususnya pada sekolah swasta. Jika ada siswa yang tidak mampu, menurutnya wajib diupayakan untuk mendapatkan bantuan.
Ganjar juga mengatakan bahwa pihaknya sudah memberikan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (Bosda) untuk SMK Pelita Bangsa. Namun, bantuan diberikan kepada siswa, bukan kepada sekolah. Sebab, bantuan untuk sekolah biasanya berupa sarana dan prasarana.
“Maka sebenarnya, setiap sekolah ditantang betul-betul untuk bisa mengelola sekolah dengan baik,” ujarnya.
Mengelola sekolah dengan baik, diakui Ganjar memang tidak mudah. Sebelumnya, ia telah menemui kejadian serupa beberapa kali, di mana siswa sekolah swasta menunggak biaya sekolah. Akibatnya, terpaksa harus dibantu untuk menebus ijazahnya.
“Beberapa kali pengalaman saya, saya nebusi ijazah, bayari tunggakan-tunggakan itu. Ada beberapa sekolah yang kompromi, dikasih diskon 50 persen. Tapi, ada sekolah yang bayar sepenuhnya. Ya saya kumpulkan. Itu dari saya kepada mereka,” ucap Ganjar Pranowo.
ANNISA FEBIOLA