Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Cerita Korban Bom Bali setelah 15 Tahun Peristiwa Tragis Itu

Puluhan orang bergantian meletakkan bunga di Tugu Peringatan Bom Bali saat memperingati 15 tahun peristiwa itu terjadi.

13 Oktober 2017 | 15.14 WIB

Para korban terorisme (berpakaian hitam) saat berkumpul di Tugu Peringatan Bom Bali atau juga disebut Monumen Ground Zero di Kuta. Pada, Kamis, 12 Oktober 2017, adalah peringatan 15 tahun peristiwa bom Bali/BRAM SETIAWAN
material-symbols:fullscreenPerbesar
Para korban terorisme (berpakaian hitam) saat berkumpul di Tugu Peringatan Bom Bali atau juga disebut Monumen Ground Zero di Kuta. Pada, Kamis, 12 Oktober 2017, adalah peringatan 15 tahun peristiwa bom Bali/BRAM SETIAWAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Kuta - Puluhan orang bergantian meletakkan bunga di Tugu Peringatan Bom Bali, atau Monumen Ground Zero, di Kuta. Pada Kamis, 12 Oktober 2017, tepat 15 tahun peristiwa bom Bali yang menewaskan 202 orang itu terjadi.

Sore itu, Chusnul Chotimah mendatangi tugu tersebut. Perempuan berusia 47 tahun itu tak kuasa menahan tangis. Telapak tangannya menutupi mulutnya sambil menangis. "Mungkin saya sempat pingsan. Ketika sadar, saya melihat kobaran api besar," tuturnya saat ditemui di lokasi.

Baca juga: 15 Tahun Bom Bali, ICJR: Banyak Korban Belum Dapat Bantuan

Ia mengalami cacat permanen di wajah dan tangannya. Bekas luka menonjol atau keloid setiap malam mengganggu tidurnya karena menimbulkan rasa gatal. Sudah 15 tahun berlalu, harapan Chusnul masih sama, yakni perhatian dari pemerintah untuk pengobatan dirinya. Selain itu, ia merasa kesulitan menyambung kehidupannya.

"Kalau pemerintah sudah memberikan lapangan pekerjaan para bekas teroris, tolong kami juga yang sulit mencari kerja," ujarnya. Chusnul menambahkan, untuk biaya pengobatan selama ini ia menggunakan biaya pribadi yang mencapai Rp 133 juta.

Untuk biaya pengobatan itu, Chusnul terpaksa harus berutang. "Saya terpuruk utang dari 2004. Kalau saya mau berobat, harus pinjam ke rentenir," katanya.

Simak pula: Siapa Hambali, Perancang Bom Bali 2002?

Gubernur Bali Made Mangku Pastika hadir dalam peringatan 15 tahun bom Bali. Dalam sambutannya, ia menyampaikan peringatan tersebut bukan untuk menumbuhkan dendam. "Banyak kontroversi tidak perlu (diperingati), tapi harus (diperingati)," tuturnya.

Ia menjelaskan, melalui peringatan ini, orang lain akan memahami kondisi para korban. "Tidak mungkin kita melupakannya (teroris), tapi maafkan. Kita belajar dari sini, perdamaian bukan jatuh dari langit," ujarnya. "Tapi harus ada upaya untuk berdamai dari dalam diri sendiri."

Acara peringatan 15 tahun bom Bali itu juga diisi dengan peluncuran buku berjudul Luka Bom Bali. Buku tersebut menceritakan kisah para korban terorisme bom Bali yang menjalani hidup dan upaya melepaskan diri dari kesulitan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus