Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BANDARLAMPUNG
SETELAH mengamuk di Bengkulu, gempa bumi juga mengguncang Lampung pekan lalu. Marhani, 10 tahun, siswa kelas 5 SDN Soponyono, Desa Sripurnomo, Tanggamus, tertimpa dinding tembok rumahnya dan meninggal dalam dekapan orang tuanya pada saat akan menyelamatkan diri.
Gempa berkekuatan 4 MMI (modified marcalli intensity) memorakporandakan 14 rumah penduduk. Guncangan terasa di hampir semua daerah di Lampung, dengan intensitas yang berbeda-beda. Di Lampung Barat dan Lampung Selatan, misalnya, kekuatan guncangan mencapai 4 MMI, sedangkan di Lampung Utara hanya 3 MMI. Di ibu kota Provinsi Lampung, Bandarlampung, kantor DPRD dan bangunan kantor lainnya retak-retak akibat gempa itu.
BEKASI
SUKO Martono tentu bukan sinterklas. Meskipun demikian, bekas bupati Bekasi ini mengaku telah membagi-bagikan bekas tanah garapan kepada 247 pejabat sipil dan militer saat ia berkuasa 17 tahun yang lalu. Pengakuan itu disampaikannya Rabu pekan lalu di hadapan panitia khusus DPRD Bekasi.
Tanah 150 hektare yang dibagi-bagikan Suko berada di Desa Telukpucung, Bekasi Utara. Tanah garapan rakyat setempat hanya diganti Rp 15 per meter persegi. Karena murahnya ganti rugi, 108 petani menolaknya, sedangkan 142 petani lain bersedia menerima ganti rugi setelah diintimidasi dan dipaksa.
Belakangan, aksi meminta penambahan ganti rugi terus dilakukan para petani. Tuntutan semakin keras setelah era pemerintahan Soeharto yang otoriter tak lagi berlaku, dan Suko yang bekas komandan kodim itu tak lagi punya gigi. Akhirnya, tuntutan petani Telukpucung itu dikabulkan DPRD Bekasi, yang segera membentuk panitia khusus persoalan ini. Suko dan para pejabat sipil serta militer yang menerima tanah itu kini diperiksa para wakil rakyat Bekasi.
BANDUNG
SAMPAI Jumat pekan lalu suasana duka masih menyelimuti sal-sal di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, terutama di sal tempat korban kecelakaan bus milik Akademi Keperawatan Padjadjaran, Bandung, dirawat. Dari 18 korban yang selamat itu, dua di antaranya—Mieke dan Yusriati Ambokasih—harus diamputasi kedua tangan dan kakinya. Sementara itu, Selasa pekan lalu, jasad korban yang tewas (12 orang), 11 di antaranya sudah sampai di Manado. Kecelakaan terjadi di Cikole, Lembang, Bandung, minggu dua pekan lalu.
Para korban kebanyakan mahasiswa akademi keperawatan Matuari Waya, Manado, yang akan melakukan praktek keterampilan klinik, kuliah kerja lapangan, dan studi banding di RSHS Bandung. Menurut Pembantu Direktur II Akper Matuari Waya Manado, Femy Lumi, 54 mahasiswa semester VI dan 3 dosen pembimbing itu akan praktek di RSHS Bandung selama sebulan. Rencananya, kegiatan akan dimulai pada Senin awal Juni. Nah, sehari sebelumnya mereka piknik ke kawah Gunung Tangkubanperahu.
Saat pulang menuju Bandung, salah satu bus yang ditumpangi 40 orang itu meluncur cepat ke jalan yang menukik tajam. Pohon-pohon besar di tepi jalan ditabrak, bus terpelanting jungkir balik. Menurut Kepala Polisi Wilayah Priangan, Kolonel Soedibyo, kecelakaan itu disebabkan jalan yang sangat curam, rem blong, dan kelalaian manusia. Akibat kecelakaan itu, untuk sementara waktu kuliah kerja lapangan mahasiswa Akper Matuari Waya ke Bandung dihentikan.
TEMANGGUNG
SEBUAH modus penipuan baru merebak di Jawa Tengah. Yang paling akhir terjadi di Temanggung, Jumat pekan lalu. Korbannya Marina, istri mantan pejabat setempat. Ceritanya, usai menabung uangnya Rp 8 juta di BNI, Marina bertemu dengan seorang lelaki yang menanyakan sebuah Panti Asuhan di daerah Parakan. Belum menjawab pertanyaan lelaki itu, tiba-tiba datang dua orang lelaki yang mengaku mengenal panti itu, namun belum tahu persis tempatnya. Mereka lalu meminta korban untuk mengantarkannya.
Setelah korban berada dalam satu mobil, salah seorang tersangka turun ke bank berpura-pura menukarkan uang Brasil dengan rupiah, karena akan disumbangkan ke panti asuhan tersebut. Tersangka kemudian memamerkan uang jutaan rupiah yang baru saja ditukar dengan uang Brasil 1.000 mil crusadoz. Ujung-ujungnya, komplotan itu membujuk Marina agar mau menukarkan uang dengan iming-iming akan diberikan harga murah sehingga bisa untung besar.
Korban yang sudah tergoda tanpa pikir panjang langsung kembali ke Bank BNI dan mengambil uang Rp 8 juta yang baru saja ditabung. Karena dianggap kurang, korban rela melepas perhiasannya senilai Rp 12 juta, untuk ditukar uang Brasil. Siapa sangka, ketika uang Brasil 1.000 mil crusadoz itu disetor, bank menolaknya. Uang Brasil itu tak bisa ditukar dengan rupiah.
BANYUMAS
KETUA DPRD Banyumas, Jawa Tengah, Dokter Tri Waluyo Basuki, akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Menurut Kepala Polisi Resor Banyumas, Letnan Kolonel Imam Basuki, Tri disangka menghina dan menista Soeprowo di muka umum. Padahal, panitera Pengadilan Negeri Purwokerto itu sedang menjalankan tugas mengeksekusi sebuah rumah di Jalan A. Yani. ”Rabu pekan lalu surat panggilan untuk diperiksa sudah kami sampaikan kepada Ketua DPRD Banyumas itu,’’ kata Kapolres.
Jumat pekan lalu Dokter Tri juga diperiksa sebagai tersangka dengan tuduhan melakukan ancaman, atau membiarkan terjadinya penganiayaan dan pencemaran nama baik yang menimpa Soeprowo.
Sebelumnya, Tri hanya dinyatakan sebagai saksi dalam kasus penganiayaan yang dilakukan Suratman kepada Soeprowo. Saat Soeprowo bersitegang dengan Dokter Tri, Suratman melemparkan asbak ke muka panitera pengadilan itu hingga luka. Dokter Tri mengaku tak kenal pelaku. Namun, setelah disidik polisi, Suratman ternyata buruh di rumah dinas Ketua DPRD itu. Ia mengaku melempar asbak ke muka Soeprowo untuk membela majikannya.
BANYUWANGI
MUSIBAH datang lagi, kali ini di Selat Bali. Rabu malam pekan lalu, Kapal Motor Penumpang Citra Mandala Bhakti (CMB) milik PT Jembatan Madura kandas dan tenggelam sebelum memasuki Pelabuhan Gilimanuk. Kapal tersebut melayani rute penyeberangan Ketapang, Banyuwangi, ke Gilimanuk, Bali.
Kapal yang mengangkut 9 mobil pikap, 4 truk, 2 tronton, dan puluhan sepeda motor itu terkena ombak besar dan terseret arus. Saat kapal oleng karena air masuk ke kapal, 86 penumpang berlompatan terjun ke laut. Akibatnya, 4 orang tewas, 31 orang hilang, dan selebihnya selamat dan kini masih dirawat di Rumah Sakit Jembrana, Bali.
Sebenarnya, kapal feri CMB ini tak laik jalan. Pada 3 Juni, kapal bocor dan terjadi kerusakan pada kendalinya. Bagian kapal yang bocor ditambal 15 sak semen. Namun, tambalan itu tak mampu menahan tekanan air laut. Akibatnya, musibah yang tak harus terjadi itu memakan korban manusia. Kejadian di Selat Bali ini adalah peristiwa ketiga. Pada 1993, kapal penyeberangan Kaltim Mas II tenggelam, yang mengakibatkan 23 orang tewas dan 25 hilang. Kejadian serupa terulang pada Agustus 1995, saat kapal Trisila Pratama tenggelam dan menewaskan 4 orang, selain 7 orang yang hilang.
BERAU
PARTAI Golkar memecat kadernya. Itulah yang terjadi pekan lalu di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Adapun korbannya Syukri Hasan, Ketua DPRD Berau. Sebelumnya, beberapa bulan lalu, Syukri juga digeser dari jabatan sebagai Ketua Pimpinan Daerah Partai Golkar Berau.
Pemecatan ini diduga akibat Syukri dianggap terlalu bersemangat memperjuangkan Bupati Berau Masdjuni agar kembali memimpin kabupaten daerah penghasil telur penyu itu. Padahal, sikap itu dianggap berlawanan dengan garis kebijakan Partai Beringin. Selain itu, Syukri dianggap oleh Ketua Pimpinan Daerah Partai Golkar Berau yang baru, Kamrani Umar, tidak bisa mempertanggungjawabkan selisih keuangan Rp 15 juta saat memimpin Golkar di Berau. Syukri juga dituduh menilap dana bantuan organisasi untuk 80 komisariat desa sebesar Rp 40 juta.
Syukri membantah tuduhan Kamrani. ”Tuduhan itu tak benar. Keputusan pemecatan itu juga sepihak,’’ katanya. Karena itu, Syukri akan melaporkan persoalan ini ke pimpinan pusat Golkar di Jakarta.
Wicaksono, Ahmad Taufik (laporan dari daerah-daerah)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo