Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Daftar Calon ala Manchester City

Penyusunan daftar calon legislator diwarnai ”pembajakan” kader partai lain. Memanfaatkan konflik di partai tetangga.

21 Juli 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Daftar Calon ala Manchester City

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEHADIRAN Yusuf Supendi dalam acara perkenalan calon legislator Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ahad siang pekan lalu, tak mencolok. Pendiri Partai Keadilan-kini bernama Partai Keadilan Sejahtera-itu memilih duduk di barisan belakang sebelum diminta seorang pengurus partai banteng pindah ke posisi terdepan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama Yusuf kemudian disebut Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto, yang memberikan sambutan. "Beliau bilang, 'Di tengah kita hadir seorang tokoh, Ustad Yusuf'," kata anggota Dewan Perwakilan Rakyat 2004-2009 itu menceritakan ucapan Hasto kepada Tempo, Kamis pekan lalu. Hasto sempat meminta Yusuf berdiri menghadap ke hadirin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Itulah pertama kalinya Yusuf diperkenalkan sebagai calon anggota DPR. Menurut Yusuf, proses pencalonannya cukup cepat. Lima hari sebelumnya, Yusuf diminta datang ke kantor PDIP di kawasan Menteng, Jakarta, untuk mengisi berkas pencalonan. Dia sempat diminta menunggu sekitar setengah jam di ruang makan lantai tiga, tempat Ketua Umum Megawati Soekarnoputri berkantor. Hasto kemudian menyerahkan kartu tanda anggota PDIP. "Saya sempat bertanya kepada Hasto, 'Ibu bagaimana?' Dia bilang semua beres."

Yusuf memang berminat menjadi calon anggota parlemen dari PDIP. Pada 12 Mei lalu, dia berjumpa dengan Hasto di kantor PDIP dan mengutarakan maksudnya. Hasto, kata Yusuf, langsung memeluknya. Sebelum pertemuan selama lima menit itu berakhir, Hasto berpesan agar Yusuf tak memberi tahu siapa pun ihwal pencalonannya. "Hanya boleh diketahui oleh Ibu Mega, Mas Hasto, dan saya sendiri."

Selasa pekan lalu, Yusuf ikut mendampingi pengurus partai mengirimkan daftar calon anggota DPR ke Komisi Pemilihan Umum. Mengenakan kemeja merah dan peci hitam, Yusuf mengungkapkan alasannya bergabung dengan PDIP. Lulusan Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud, Riyadh, Arab Saudi, ini merasa cocok dengan partai tersebut. "Lebih dari 70 persen pendukung PDIP itu umat Islam dan santri," ujar Yusuf. "Saya kan santri. Jadi santri ketemu santri cocok."

Munculnya nama Yusuf menjadi salah satu kejutan dari PDIP. Anggota Dewan Syariah PKS tahun 2000-2010 ini salah satu generasi awal gerakan Tarbiyah di Indonesia. Berkonflik dengan PKS, Yusuf bergabung dengan Partai Hanura dan maju sebagai calon anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Barat V, yang meliputi Kota Bogor, pada 2014. Yusuf menyatakan siap berlaga di daerah yang menjadi salah satu basis pemilih PKS tersebut.

Yusuf juga menyatakan siap memenangkan Presiden Joko Widodo dalam pemilihan presiden yang digelar serentak dengan pemilihan anggota legislatif pada 19 April 2019. Menurut dia, kesiapan itu merupakan salah satu perjanjian antara PDIP dan calon anggota parlemen yang ditandatangani di atas meterai. "Saya siap membantu agar 2019 tidak ganti presiden," ujar Yusuf mengacu pada gerakan #2019GantiPresiden yang didengungkan petinggi PKS.

Pada hari yang sama, Hasto juga menyampaikan nama Kapitra Ampera, pengacara pemimpin Front Pembela Islam, Rizieq Syihab, masuk daftar yang diserahkan ke KPU. Kapitra aktif dalam gerakan 212 atau unjuk rasa menuntut pengusutan kasus penodaan agama oleh bekas Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Pada pemilihan Gubernur DKI 2017, PDIP menjadi partai utama pengusung pasangan Ahok-Djarot Saiful Hidayat.

Ditemui Tempo, Kamis pekan lalu, Kapitra mengaku didekati sejumlah pengurus PDIP sejak awal Juni. Salah satu pertemuan diselenggarakan di Hotel Bidakara pada pertengahan bulan lalu. "Saya terkejut dan minta waktu untuk istikharah," ujarnya. Kapitra, yang dicalonkan di daerah pemilihan Riau II, akhirnya menerima tawaran tersebut. Meski mengaku masih menjagokan Rizieq Syihab sebagai calon presiden, Kapitra menyatakan siap membantu Jokowi berdialog dengan para ulama yang selama ini berseberangan dengan pemerintah.

Kapitra menolak menyebut nama tokoh PDIP yang menemuinya. Politikus PDIP yang mengetahui pertemuan tersebut mengatakan pengurus yang ikut mengajak Kapitra bergabung adalah putri Megawati, Puan Maharani, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Puan dan Pramono tak merespons pertanyaan yang dilayangkan Tempo melalui pesan pendek.

Ketua Dewan Pengurus Daerah PDIP Riau, Rokhmin Dahuri, membenarkanadanya peran Puan dan Pramono. PDIP, kata Rokhmin, sengaja mendekati Yusuf Supendi, Kapitra Ampera, dan sejumlah tokoh Islam lain untuk mendongkrak citra partai di kalangan pemilih muslim. Setidaknya ada sembilan tokoh Islam yang bergabung dengan PDIP. "Selama ini ada anggapan bahwa partai kami kurang ramah terhadap aspirasi kelompok muslim," tutur Rokhmin.

Sejumlah pengurus PDIP juga menyebutkan Puan dan Pramono mendekati tokoh-tokoh lain untuk bergabung. Salah satunya juru bicara Presiden Jokowi dan bekas Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Johan Budi Sapto Pribowo. Johan enggan menyebut peran Pramono dan Puan. "Yang menemui saya pengurus pusat partai," ujarnya.

Menurut Johan, petinggi PDIP mulai mengajaknya berbicara tiga bulan lalu. Johan mengaku sudah mendapat restu dari Presiden Jokowi untuk menjadi calon anggota parlemen dari daerah pemilihan Jawa Timur VII, yang meliputi Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Magetan, dan Ngawi. Seperti Yusuf Supendi, Johan hadir dalam acara perkenalan calon legislator pada Ahad pekan lalu. Baik Yusuf, Kapitra, maupun Johan menyatakan tak mendapat dana kampanye dari partai baru mereka.

Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Ahmad Basarah tak membantah bahwa keberadaan figur seperti Yusuf, Johan, dan Kapitra menguntungkan partainya. "Bergabungnya tokoh Islam menunjukkan kami tak anti terhadap ulama. Bergabungnya Johan Budi menjadi bukti kami tak anti terhadap pemberantasan korupsi," kata Basarah mengulangi tausiahnya dalam perkenalan calon legislator.

l l l

BUKAN hanya PDI Perjuangan, partai lain juga gencar mendekati tokoh potensial yang bisa melonjakkan perolehan suara. Termasuk merekrut anggota DPR dari partai lain. Cara ini ditempuh partai besutan Surya Paloh, NasDem. Belasan legislator yang masih duduk di Senayan memilih hengkang dan bergabung dengan NasDem.

Salah satunya Lucky Hakim, anggota DPR dari Partai Amanat Nasional yang mengantongi lebih dari 57 ribu suara di daerah pemilihan Jawa Barat VI, yang meliputi Kota Bekasi dan Kota Depok, pada 2014. Kepada Tempo, Rabu pekan lalu, aktor sinetron ini mengaku pindah dari PAN setelah mendengar rencana pergantian antarwaktu dirinya dengan calon legislator yang mendapat suara terbanyak berikutnya.

Hijrahnya Lucky sempat membuat Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan meradang. Dia menuding Lucky menerima transfer fee Rp 5 miliar sebagai upah kepindahannya. Tapi Lucky membantah. Menurut dia, NasDem tak memberikan duit, tapi menyediakan berbagai fasilitas, seperti kampanye melalui baliho, poster, dan kaus, serta biaya saksi. "Sampai pendaftaran kemarin, saya tak mengeluarkan biaya apa pun, bahkan untuk meterai. Biaya kampanye saya jadi lebih ringan," katanya.

Belakangan, Lucky juga bergerak menggaet selebritas lain. Dia mengklaim berhasil mendatangkan 35 artis untuk mengenakan jaket biru tua, warna bendera NasDem.

NasDem juga mendekati kader partai lain yang sedang berkonflik. Bekas Sekretaris Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat, Dadang Rusdiana, menyatakan, saat perseteruan di Hanura sedang panas-panasnya, Ketua NasDem Jawa Barat Saan Mustopa mengajaknya bergabung. Saat itu, terjadi perselisihan antara kubu Ketua Umum Oesman Sapta Odang dan Sekretaris Jenderal Sarifuddin Sudding. Keduanya mengklaim sebagai pengurus yang sah.

"Konflik ini mengancam posisi saya. Kalau tak pindah, saya tak bisa menjadi caleg lagi," ujar Dadang. Menurut dia, ada lima politikus Hanura yang menyeberang ke NasDem.

Saan Mustopa mengaku mendekati Dadang dan sejumlah politikus lain yang pada 2014 berkompetisi di Jawa Barat. Pendekatan ini, kata Saan, dimulai pada November tahun lalu. "Daripada mereka menghadapi ketidakpastian dicalonkan lagi oleh partainya, lebih baik mereka pindah ke NasDem," ujar Saan. Ihwal duit kampanye untuk calon legislator, Saan menolak menjelaskannya.

Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu NasDem, Willy Aditya, menyatakan pencalonan kader partai lain tak hanya sekali ini dilakukan. Pada Pemilihan Umum 2014, sejumlah politikus, seperti Enggartiasto Lukita dari Golkar dan Akbar Faizal dari Hanura, juga berlabuh di NasDem. Menurut Willy, partainya mendekati calon potensial dengan bekal hasil survei di tiap daerah pemilihan. Ada enam lembaga survei yang diterjunkan untuk mengukur popularitas, tingkat kesukaan, dan elektabilitas semua calon legislator dari berbagai kalangan.

Setelah itu, politikus NasDem melobi mereka agar bergabung. "Kalau dalam sepak bola, kami ini ibarat Manchester City. Kalau mau menang, harus beli pemain berbakat dan mahal," ujar Willy. Manchester City, klub sepak bola asal Inggris yang berjulukan "Citizen", terkenal jorjoran mendatangkan pemain dari klub lain yang dianggap berkemampuan tinggi dengan biaya fantastis.

Willy meyakini cara ini bakal efektif mendongkrak perolehan suara NasDem, sekaligus mementahkan hasil sigi sejumlah lembaga survei yang menyebutkan partainya tak bakal lolos ambang batas parlemen sehingga tak bisa memiliki wakil di DPR. Dia mengacu pada hasil Pemilu 2014, yang menunjukkan 70 persen suara NasDem disumbangkan calon legislator, sementara sisanya berasal dari suara pemilih partai.

Stefanus Pramono, Raymundus Rikang, Budiarti Utami Putri


Bursa Transfer Pendulang Suara

BEBERAPA partai politik menggaet sejumlah figur untuk mengerek perolehan suara pada pemilihan legislatif 2019. Mereka di antaranya selebritas, atlet, ulama, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari partai lain. Hijrah para calon legislator tersebut disertai beredarnya rumor adanya mahar hingga miliaran rupiah sebagai ongkos "transfer".

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Yusuf Supendi
Asal: Partai Keadilan Sejahtera (keluar pada 2013) dan Partai Hanura (keluar pada 2017)
Karier: Anggota DPR 2004-2009 dari PKS
Perolehan suara: 85.000 (Pemilihan Umum 2004)
"Pemilih PDIP itu kaum santri." - Yusuf Supendi

Johan Budi S.P.
Asal: Nonpartai
Karier: Juru bicara presiden
Daerah pemilihan: Jawa Timur VII (Pemilu 2019)
"Keputusan ini saya ambil setelah perenungan dalam enam bulan terakhir." - Johan Budi S.P.

Kapitra Ampera
Asal: Nonpartai
Karier: Pengacara Rizieq Syihab
Daerah pemilihan: Riau II (Pemilu 2019)
"Kalau saya caleg PDI Perjuangan, lalu saya kafir? Saya cebong?" - Kapitra Ampera

Figur lain:
- Krisdayanti (penyanyi)
- Angel Karamoy (selebritas)
- Katon Bagaskara (penyanyi)
- Andre Hehanusa (penyanyi)
- Anton Charliyan (purnawirawan polisi)

Partai NasDem

Lucky Hakim
Asal: Partai Amanat Nasional
Karier: Anggota DPR 2014-2019
Perolehan suara: 57.891 (Pemilu 2014)
"Saya masuk partai ini karena tak ada pungutan." - Lucky Hakim

Wanda Hamidah
Asal: Partai Amanat Nasional
Karier: Anggota DPRD DKI Jakarta 2009-2014
Perolehan suara: 8.768 (Pemilu 2009)
"Pak Surya Paloh sudah seperti bapak saya sendiri." - Wanda Hamidah

Dadang Rusdiana
Asal: Partai Hanura
Karier: Anggota DPR 2014-2019 dari Fraksi Hanura
Perolehan suara: 29.778 (Pemilu 2014)
"Saya dekat dan pernah menjadi bagian dari organisasi kemasyarakatan NasDem." - Dadang Rusdiana

Krisna Mukti
Asal: Partai Kebangkitan Bangsa
Karier: Anggota DPR 2014-2019 dari Fraksi PKB
Perolehan suara: 31.978 (Pemilu 2014)
"Berjuang lagi dari awal bersama NasDem." - Krisna Mukti

Figur lain:
- Tessa Kaunang (selebritas)
- Olla Ramlan (selebritas)
- Sahrul Gunawan (selebritas)
- Kristina (pedangdut)
- Nafa Urbach (selebritas)

Partai Berkarya

Titiek Soeharto
Asal: Partai Golkar
Karier: Anggota DPR 2014-2019 dari Fraksi Golkar
Perolehan suara: 61.655 (Pemilu 2014)
"Golkar tak membutuhkan saya, tapi saya dibutuhkan di Partai Berkarya." - Titiek Soeharto

Priyo Budi Santoso
Asal: Partai Golkar
Karier: Wakil Ketua DPR 2009-2014
Perolehan suara: 24.376 (Pemilu 2014)
"Trah Soeharto yang memimpin Partai Berkarya menghipnotis saya." - Priyo Budi Santoso

Figur lain:
- Donny Kesuma (selebritas)
- Annisa Trihapsari (selebritas)
- Sultan Djorghi (selebritas)

Partai Demokrat

Taufik Hidayat
Asal: Nonpartai
Karier: Mantan atlet bulu tangkis dan juara Olimpiade 2004
Daerah pemilihan: Jawa Barat (Pemilu 2019)

Ricky Subagja
Asal: Nonpartai
Karier: Mantan atlet bulu tangkis dan juara Olimpiade 1996
Daerah pemilihan: Jawa Barat (Pemilu 2019)

Partai Kebangkitan Bangsa

Tommy Kurniawan
Asal: Nonpartai
Karier: Aktor
Daerah pemilihan: Jawa Barat V (Pemilu 2019)

Farhat Abbas
Asal: Partai Demokrat
Karier: Pengacara
Perolehan suara: 2.986 (Pemilu 2014)

Figur lain:
- Sundari Soekotjo (penyanyi keroncong)
- Said "Bajaj Bajuri" (selebritas)

Naskah: Raymundus Rikang | Sumber: Diolah Dari Berbagai Sumber

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus