Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEKRETARIS Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Arsul Sani menyesalkan cara Okky Asokawati dan Abraham Lunggana alias Haji Lulung meninggalkan partai berlambang Ka'bah itu. Okky hijrah ke Partai NasDem, sedangkan Lulung menyeberang ke Partai Amanat Nasional. Saat pindah partai, keduanya masih menyandang status anggota legislatif dari PPP.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arsul menilai Okky dan Lulung tidak memperhatikan etika politik dalam berpindah partai. "Kalau warga negara itu sedang menjabat anggota DPR atau DPRD, etika politiknya harus ditegakkan. Nah, ini saya menyesalkan," kata Arsul, Kamis pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski menyesalkan, Arsul tak khawatir perolehan suara partainya rontok karena ditinggalkan kader yang popularitasnya tinggi. Sebab, PPP sudah mendapatkan pengganti yang sama-sama punya peluang meraih suara besar. "Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin akan turun gunung," dia berujar.
Sebelum menjadi menteri, Lukman adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat sejak 1997. Lukman memutuskan ikut berebut kursi di Senayan pada pemilihan umum tahun depan setelah mendapat izin dari Presiden Joko Widodo.
Alasan PPP tak waswas kader kuncinya menyeberang ke partai lain adalah faktor pemilih. Menurut Arsul, berdasarkan riset internal partai, loyalitas pemilih PPP bukan terhadap figur, melainkan kepada partai. "Yang terpenting sekarang adalah konsolidasi akar rumput agar pemilih tetap setia kepada partai," kata Arsul.
Partai Amanat Nasional pun tak khawatir sejumlah kader pendulang suara mereka, seperti Lucky Hakim, yang punya 58 ribu pemilih di Jawa Barat, hengkang ke partai lain. PAN menyodorkan, di antaranya, Haji Lulung dan bekas Sekretaris Jenderal Partai Hanura, Sarifuddin Sudding, sebagai calon legislator.
Lulung termasuk politikus pendulang suara. Perolehan suara Lulung untuk lolos ke DPRD DKI Jakarta pada 2009 mencapai 11.403 suara. Lima tahun kemudian, juga untuk tiket ke DPRD DKI, naik menjadi 28.038 suara. Adapun Sarifuddin melenggang ke DPR pada 2014 dengan meraup 42.660 suara di Sulawesi Selatan.
Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno mengatakan, kendati partainya ditinggalkan sejumlah kader dengan suara terbanyak, masih ada figur populer yang masih loyal. "Kami optimistis bisa menjaga perolehan suara," ujar Eddy.
Sejumlah selebritas, seperti Eko "Patrio", Desy Ratnasari, dan Primus Yustisio, tetap maju sebagai calon legislator dari PAN. Pada Pemilihan Umum 2014, perolehan suara mereka menyumbang sekitar 200 ribu suara untuk partai.
Partai Gerindra, yang ditinggalkan enam kadernya yang melakukan eksodus ke NasDem, juga yakin perolehan suaranya tak akan melorot. Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono menyamakan kejadian ini dengan saat mereka ditinggalkan anggota Koalisi Merah Putih seusai pemilihan presiden 2014. "Partai masih eksis," kata Ferry. "Slot kader yang pergi langsung terisi tokoh yang perolehan kursinya sama."
Raymundus Rikang, Stefanus Pramono, Budiarti Utami Putri
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo