Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dalam situasi terbalik

Pertemuan opec di jenewa berusaha memperbaiki produksi yang tinggal 16 juta barel sehari. opec membentuk komite riset untuk mempertahankan pasar di tengah merosotnya nilai dolar.

14 Desember 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

OPEC tampaknya sudah mulai bosan mempertikaikan soal harga minyak. Perang pada setiap ke-13 anggotanya bertemu, tiga tahun terakhir ini, malah hanya menghasilkan penurunan kuota produksi. Belakangan, usaha memperkuat harga dengan menetapkan kuota produksi sejak Maret 1982 itu terasa sia-sia dan malah dianggap memberi peluang para produsen di luar OPEC untuk menggenjot produksi mereka secara besar-besaran. Buktinya, saham minyak OPEC di dunia nonkomunis sekarang tinggal sekitar 30% saja, padahal di tahun 1976 sahamnya hampir 70% (lihat: Grafik). Dan soal itu, pekan lalu, memang jadi fokus pembicaraan dalam pertemuan OPEC di Jenewa. Sekali ini mayoritas suara di sana, di tengah menguatnya permintaan minyak karena musim dingin di Utara, menolak usulan agar kuota produksi dikurangi lagi untuk memperkuat harga minyak. "Kami tidak bisa membiarkan saham kami di pasar digerogoti terus-menerus," kata Presiden OPEC dan Menteri Pertambangan Prof. Subroto. Dengan kata lain, OPEC tidak menginginkan saham minyaknya, yang secara resmi ditetapkan dengan kuota 16 juta barel sehari, makin berkurang. Para menteri perminyakan OPEC itu, sesudah berembuk tiga hari, akhirnya sepakat membentuk sebuah Komite Riset - dengan ketua Venezuela, dan beranggotakan Indonesia, Irak, Kuwait, dan Persatuan Emirat Arab. Komite inilah nantinya yang akan memberikan rekomendasi pada sidang, untuk menentukan seberapa besar saham minyak OPEC dan menyarankan tindakan yang perlu diambil untuk mempertahankan angka produksi itu. Kata Menteri Perminyakan Venezuela Arturo Hernandes Grisanti, saham minyak OPEC di pasar bebas yang harus dipertahankan adalah antara kuota resmi 16 juta barel dan tingkat produksi nyata kini yang diperkirakan sekitar 18 juta barel sehari. "Kami tidak bermaksud mengumumkan melancarkan perang harga," tambah Grisanti dalam konperensi pers. Pernyataan itu tampaknya perlu dikeluarkan untuk mengusir anggapan OPEC akan menomorduakan soal harga minyaknya jika diperlukan, demi menjaga agar saham minyaknya tidak berkurang. Anggapan itu memang bertiup keras, sesudah sejumlah menteri perminyakan OPEC mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan menjual bahan tambang itu dengan tingkat harga yang luwes untuk mempertahankan pasarnya. Singkat kata, demikian Pembantu Menteri Perminyakan Ekuador Fernando Santos Alvite, "Kami siap mempertahankan pasar itu dengan biaya berapa pun." Sampai sidang itu ditutup, Senin pekan ini, soal harga toh tidak disinggung sama sekali, sekalipun para wartawan berulang kali menanyakannya. Menteri Subroto, ketika memberikan keterangan pers, hanya menyatakan bahwa sidang memperkuat kembali resolusi yang sudah disetujui dulu. Penjelasan itu kemudian ditafsirkan: OPEC masih mempertahankan struktur harganya yang tidak lagi mengenal harga patokan. Kalaupun Arabian Light Crude (ALC) ditetapkan berharga US$ 28 per barel, maka tingkat harga itu hanya merupakan panduan. Toh, tidak semua anggota OPEC menyetujui gagasan usaha mempertahankan pasar itu. Menteri Perminyakan Arab Saudi Sheik Ahmad Zaki Yamani, misalnya, menyebut bahwa tanpa kerja sama membatasi tingkat produksi secara ketat, "Harga akan jatuh secara tajam." Di awal musim semi mendatang, kira-kira April, tingkat harga itu diperkirakannya akan jatuh sampai 25%. Jadi, harga minyak mungkin akan berada di bawah US$ 20, jauh di bawah tingkat harga sekarang yang rata-rata masih US$ 28 per barel. Saudi sendiri sekarang berusaha mempertahankan tingkat produksinya sekitar 4,35 juta barel. Agustus lalu, di tengah cuaca musim panas di Utara produksinya hanya 2 juta barel per hari. Yamani sendiri konon tidak begitu senang dengan keputusan sidang kali ini yang lebih mengutamakan menaikkan produksi, ketimbang memperhatikan soal harga. Di pasar tunai, usaha OPEC memperbaiki saham minyaknya itu, rupanya sudah terbaca kalangan pedagang minyak - beberapa hari sebelum pertemuan di Jenewa dimulai. Harga minyak Brent dari ladang Laut Utara, awal Desember itu, harganya turun dari US$ 30,10 jadi US$ 27,60 per barel untuk penyerahan Januari mendatang. Jatuhnya Brent itu, kata sejumlah pedagang, berkaitan erat dengan membesarnya suplai minyak dari beberapa anggota OPEC ke pasar tunai. OPEC tampaknya sudah malas mengimbau para produsen independen, semacam Inggris, Norwegia, Meksiko, Malaysia, dan Brunei, agar mau mengekang diri untuk mencegah kejatuhan harga minyak. Sedang negara nonkomunis mengurangi konsumsinya dari 52,4 juta barel di tahun 1979 jadi 45,5 juta barel sehari di tahun 1983. Makin menurunnya konsumsi itu, tentu menyebabkan harga minyak OPEC mendapat tekanan. Apalagi setelah negara-negara independen, mulai memompa potensi ladang Laut Utara. Supaya harga tidak makin lembek, maka untuk pertama kalinya Maret 1982 OPEC memutuskan membatasi produksi anggotanya hingga paling tinggi 18 juta barel sehari. Dengan demikian, kontrol organisasi sejak itu juga dikenakan atas tingkat produksi. Upaya itu ternyata tidak berhasil, karena ada beberapa anggota OPEC secara diam-diam menggenjot produksi mereka. Akibatnya: Maret 1983, harga patokan ALC diturunkan dari US$ 34 jadi US$ 29 per barel. Masih belum cukup juga, kuota produksi yang 17,5 juta barel diturunkan lagi jadi 16 juta barel sehari, Oktober 1984. Sialnya, nilai tukar dolar ketika itu naik luar biasa, hingga menyebabkan negara-negara Eropa Barat dan Jepang mengendalikan konsumsi minyak mereka, karena biaya pembelian minyak jadi makin mahal. Sekarang situasinya terbalik: merosotnya nilai dolar menyebabkan pelbagai negara Eropa Barat dan Jepang membeli minyak 20% lebih murah dibanding enam bulan lalu. Iklim seperti inilah, yang ingin dimanfaatkan OPEC untuk merangsang konsumsi mereka, agar terangkat sampai musim dingin berakhir kuartal pertama 1986. Berhasilkah? Eddy Herwanto Reuter dan Time

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus