Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dari urusan pesawat sampai umat

Sejumlah jabatan yang dipercayakan kepada b.j.habibie. dari urusan perusahaan, ilmu dan politik. kiatnya, ia memakai metode problem solving. ia sering dituduh menjalankan manajemen one man show.

10 Oktober 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMAR kerja Habibie mirip gudang mainan anak-anak. Meja kerja dan ruang rapatnya penuh model pesawat. Ada lukisan dan foto diri atau keluarganya, alat peraga jantung manusia, robot-robotan, dan lain-lain. Rak penuh buku melingkar di salah satu sisi ruang kerjanya. Tak terlihat ada alat canggih, seperti komputer atau alat komunikasi lainnya, kecuali telepon biasa dan sebuah telepon saku. Satu-satunya alat yang sering digunakan adalah tombol bel panggilan wireless yang menghubungkannya dengan tempat kerja staf atau ajudannya. Dari ruang kerja yang terkesan berantakan itulah Menteri Habibie mengelola seabrek tugas-tugasnya. Habibie sendiri mengaku tak ingat di luar kepala. Paling tidak, ada 25 jabatan yang dipegangnya, sebagian besar sebagai pimpinan puncak. Ia dipercayai Presiden menjadi Ketua Tim Industri Pertahanan. Yang paling baru, Habibie tercatat pula sebagai salah seorang anggota Tim 11, organ yang bertugas menyiapkan materi GBHN. Jadi, yang diurus Habibie sungguh beragam. Mulai dari mesin pesawat sampai urusan umat (Lihat: Sederet Jabatan). Karena keahliannya, ia diangkat menjadi Ketua Dewan Pembina PII (Persatuan Insinyur Indonesia). Para ahli penerbangan dan angkasa memintanya jadi Ketua Institut Aeronautika dan Astronomika. Di kalangan ilmuwan lainnya nama Habibie menjadi salah satu pimpinan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Sebagai orang yang dekat dengan Presiden, Habibie dipercayai menangani industri militer. Nurtanio, industri pesawat terbang milik Angkatan Udara di Bandung, digaetnya 18 tahun lalu, dan disulap jadi IPTN, salah satu kebanggaannya. Kini ia jadi Dirut. Presiden juga menugasinya mengurus industri persenjataan angkatan darat atau PT Pindad. Hal serupa juga terjadi di laut. Perum Dok dan Galangan Kapal di Surabaya, yang dulu dikelola TNI AL (PT PAL), dipimpin Habibie sejak 1980. Di pundak Habibie juga diletakkan jabatan Ketua Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS), yang terbentuk tiga tahun silam. BPIS ini membawahkan 10 industri strategis. Antara lain industri baja PT Krakatau Steel, Boma Bisma Indra (mesin-mesin industri), Barata Indonesia (alat-alat berat), IPTN, Pindad, PAL, Dahana (bahan peledak), PT Inti (alat komunikasi), Inka (Kereta Api), dan Unit produksi di LEN (Lembaga Elektronika Nasional). Tiga industri dari Departemen Perindustrian, satu dari Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, satu dari Perhubungan, dan satu lagi dari LIPI. Sebagai Menteri Riset dan Teknologi, Habibie pun mengetuai Dewan Riset Nasional, badan pemerintah yang menyusun konsep pengembangan ilmu dan teknologi. Karena ketokohannya, namanya dipajang di pelbagai kegiatan kemasyarakatan, seperti Ketua Badan Pengelola Rumah Sakit Harapan Kita di Jakarta, Ketua Dewan Pembina Yayasan Abdi Bangsa, serta Anggota Dewan Penyantun Institut Teknologi Indonesia Serpong. Belakangan nama Habibie lebih sering berkibar lewat posisinya sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Dari sana ia mulai bermain politik. Hasilnya sudah mulai kelihatan, antara lain sejumlah tokoh ICMI duduk di DPR/MPR periode ini. Tentu tak gampang bagi Habibie mengurus pekerjaan yang segudang itu. Dia punya jadwal ketat. Kunjungan rutin nya ke IPTN di Bandung, misalnya, cuma satu kali sebulan, bersamaan dengan rapat direksi. Begitu pula mestinya ke PT PAL Surabaya. Tapi belakangan jadwal resmi itu sering meleset. "Belum tentu sebulan sekali saya bisa ketemu Pak Habibie," ujar Laksdya (Pur) Sukono, Direktur Umum PT PAL, kepada Moebanoe Moera dari TEMPO. Kunjungan di luar jadwal memang lebih sering dilakukan, terutama ke Bandung. Selain karena lebih dekat, Habibie rupanya selalu bersemangat membawa tamu-tamunya ke Bandung, melihat IPTN. Habibie tak canggung menjadi guide, menjelaskan seluk-beluk pesawat terbang buatannya. Habibie setiap tahun juga menambah wawasannya dengan melakukan perjalanan panjang ke Eropa, Amerika, atau Jepang. Dua pekan lalu ia juga mengunjungi pusat-pusat industri RRC. Kendati sering berhari-hari di luar negeri, Habibie mengaku tak menelantarkan tugasnya. "Kalau saya pergi, sekretariat saya boyong," ujarnya. Lewat sekretariat terbang itu dia memonitor perkembangan di Tanah Air. Sebagai penghubung, dia menunjuk wakilnya di BPPT, Dr Sahala Parlin Napitupulu, baik untuk urusan BPPT, BPIS, ICMI, atau lainnya. "Jadi kalau saya pergi, dia tak boleh ikut," ujarnya sambil menunjuk Parlin. Sebagai pimpinan pelbagai lembaga, Habibie biasa mengikuti sebuah proyek dari awal, gagasan, perencanaan dari gagasan sampai pengelolaannya. Di BPPT, misalnya, Habibie sering hadir pada presentasi-presentasi usulan sebuah proyek. "Di situ dia akan menanyakan hal-hal yang detil, dan cepat memberikan penilaian," ujar Dr Marwah Daud, pimpinan proyek Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, kepada Sri Pudyastuti dari TEMPO. Kecepatan otak Habibie ini memang membantu irama kerja anak buahnya. Tinggal menyodorkan map, dalam lima menit dokumen bisa ditandatangani. Dengan gaya kerja kilat itu Habibie pernah pula kejeblos. Konon, menurut sebuah sumber, anak buahnya di salah satu industri BPIS menyodorkan surat permohonan pembelian mesin-mesin. Tanpa pikir panjang, Habibie teken. Ia kemudian mendapat omelan pejabat tinggi keuangan karena mesinnya tak bisa dipakai. Kiat mengurus semua itu, kata Habibie, adalah dengan metode problem solving. "Saya tak mau dengan cuma lihat hasil-hasilnya," ujarnya kepada TEMPO. Dengan cara itu dia bisa melihat kekurangan yang ada. "Yang penting, kesalahan itu dicarikan jalan keluarnya, bukan orangnya yang harus dipukul." Dengan sederet jabatan, dengan segunung proyek, nama Habibie menjulang. Dan Habibie tak lepas dari tuduhan menjalankan manajemen one man show. "Memang semua harus bermuara ke saya. Semua harus terkontrol baik, terkoordinasi di bawah saya. Itu manajemen. Tapi tak berarti one man show," katanya. Buktinya, ketika ia sakit, semua tugas jalan. Mungkin jabatannya akan terus bertumbuh. Termasuk, kalau jadi, ke Jepara mengurus PLTN Muria atau wakil presiden. Putut Trihusodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus