Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Diplomasi Bondan, Aksi TNI

Penyisiran empat desa di Pidie akhirnya mementahkan pertemuan Bondan-Panglima GAM.

26 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEHARUSNYA, pertemuan di Kecamatan Glumpangtiga, Kabupaten Pidie, Aceh itu bisa jadi tonggak kemajuan penting dalam konflik Gerakan Aceh Merdeka vs pemerintah Jakarta. Kamis pekan lalu, Pejabat Sementara Sekretaris Negara, Bondan Gunawan, bertemu dengan Panglima Perang Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) Teungku Abdullah Syafi'ie selama setengah jam. Inilah pertemuan pertama kedua pihak yang berlawanan itu sejak 24 tahun silam. Di layar televisi, kelihatannya pertemuan pada hari Idul Adha itu berjalan mulus: Syafi'ie menerima tamunya dengan ramah, Bondan menyerahkan dua ekor sapi titipan Presiden Abdurrahman Wahid. Bondan masuk sarang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berkat kontak-kontaknya dengan para aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Aceh. Kebetulan, pada hari Idul Adha itu, Syafi'ie dijadwalkan bertemu dengan para aktivis LSM untuk membicarakan kehadiran GAM dalam Kongres Masyarakat Aceh di Medan pada 27-31 Maret mendatang. GAM juga diharapkan hadir dalam Kongres Rakyat Aceh pada 7 April di Aceh. Bondan, yang aktivis Forum Demokrasi itu, memanfaatkan peluang ini. Tanpa pengawalan ketat, pejabat negara itu berangkat dari Bandara Blangbintang, Banda-aceh, dengan mobil Kijang carteran. Selama dua setengah jam, ia menempuh jarak 140 kilometer untuk sampai di lokasi yang belum bisa dibilang aman itu. Pertemuan itu direncanakan Bondan berlangsung Rabu malam, sehari sebelum hari raya Idul Adha. Namun, operasi keamanan TNI yang begitu ketat akhirnya membuat Panglima Syafi'ie menunda pertemuan itu. Benarkah pertemuan itu mulus-mulus saja? Juru bicara GAM, Teungku Ismail Saputra, menyesalkan ''trik" Bondan Gunawan. Trik apa? ''Teungku Syafi'ie ditipu Bondan Gunawan. Semula Syafi'ie dijadwalkan bertemu dengan tokoh-tokoh LSM, ternyata setelah berbincang-bincang, barulah Bondan mengaku sebagai utusan Presiden Gus Dur." Ismail Saputra mengatakan, sebelumnya Syafi'ie sama sekali tidak mengenal Bondan Gunawan, dan untung saja Bondan tidak ditangkap hari itu. Bondan tidak menanggapi keberatan Ismail Saputra. ''Kehadiran saya di sana sebagai wujud ukhuwah Islamiah, bukan sebagai pejabat. Bila kemudian silaturahmi saya disebut silaturahmi politik atau apa pun, silakan saja," kata Bondan enteng. Di mata Menteri Negara Hak Asasi Manusia, Hasballah M. Saad, pertemuan Glumpangtiga itu punya makna besar. Ia bahkan mengatakan, peristiwa ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan duta besar RI di Jenewa dengan Hasan Tiro beberapa waktu lalu. Pertemuan Jenewa itu ditindaklanjuti oleh kebijakan pemerintah Gus Dur bahwa penyelesaian kasus Aceh bukan lagi dengan kekerasan, melainkan penyelesaian politik. Teungku Syafi'ie, kabarnya, juga menyampaikan kepada Bondan fakta-fakta tentang penganiayaan penduduk sipil di luar batas kemanusiaan ketika berlangsung operasi penumpasan GAM oleh TNI. Akankah konflik GAM-Jakarta mereda setelah kunjungan Bondan? Belum tentu. Sebab, dalam peta politik GAM, Syafi'ie selama ini hanya dikenal sebatas komandan operasional perang. Dalam urusan kebijakan, menurut masyarakat GAM, itu sepenuhnya urusan Hasan Tiro, Wali Negara Aceh Merdeka. Yang lebih membuat pertemuan itu ''porak-poranda" adalah penyisiran yang dilakukan oleh pasukan TNI. Sehari setelah pertemuan, empat desa di Kecamatan Glumpangtiga kembali diobrak-abrik. Dilaporkan, 20 orang warga babak-belur dianiaya petugas. Setiap warga diperiksa identitasnya serta ditanyai di mana tempat persembunyian Syafi'ie. Kepala Staf Kodam Bukit Barisan, Brigjen Asril Tanjung, sebelumnya menjamin keamanan penduduk sekitar lokasi pertemuan. Dengan tegas Tanjung menjanjikan anak buahnya tidak akan melakukan penyisiran, penangkapan, atau tindak kekerasan di desa-desa sekitar pertemuan. Tetapi mengapa ada empat desa diobrak-abrik? Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal Muda Graito Usodo mengatakan, ''TNI mendukung sepenuhnya usaha rekonsiliasi yang dirintis Bondan. Mengenai penyisiran di empat desa, pasti ada hal yang memicu aparat bergerak ke sana. Saya akan minta keterangan komandan distrik mengenai hal ini," katanya ketika dihubungi TEMPO, Sabtu malam lalu. Setelah kejadian ini, pihak GAM mengambil sikap berjarak. Keikutsertaan GAM dalam Kongres Masyarakat Aceh belum mereka putuskan. Sementara itu, Syafi'ie tegas membatalkan kehadirannya dalam Kongres Rakyat Aceh pada April mendatang. Pihak GAM juga minta PBB sebagai mediator dalam setiap pertemuan dengan pihak Jakarta. Artinya: konflik di Aceh belum segera akan selesai. Laporan Hadriani Pudjiarti dan Tiarma Siboru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus