Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lumajang - Hama uret menyerang ratusan hektare lahan tebu di sejumlah kecamatan di Kabupaten Lumajang beberapa bulan terakhir ini. Akibatnya, banyak petani mengalami gagal panen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Lumajang, Didik Purwanto mengatakan serangan hama uret itu hampir merata di sejumlah kecamatan di daerah Selatan Kabupaten Lumajang mulai dari Kecamatan Candipuro, Pasirian, Tempeh, Sumbersuko, Kunir hingga Yosowilangun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Serangan hama ini sangat mematikan. Banyak tebu yang masih usia muda yang diserang," kata Didik, Kamis, 19 Oktober 2023.
Serangan uret ini, kata Didik, bisa merusak tanaman tebu hingga 90 persen dan mengakibatkan gagal panen. Luas lahan tebu yang berada di dawah naungan APTRI Kabupaten Lumajang kurang lebih 800 hektare. Dari luasan itu, Didik mengatakan yang terserang hampir 200 hektare. "Yang terserang hampir 200 hektare," ujarnya.
Sementara itu, informasi yang diperoleh Tempo menyebutkan, bahwa di Kecamatan Pasirian saja ada sekitar 300 hektare yang terkena serangan uret. Hal ini berdampak pada produksi tebu yang turun hingga 40 persen. "Meskipun harga gula dan tebu saat ini tergolong tinggi, sama saja, produksinya turun," kata Didik.
Setiap satu hektare lahan tebu ini idealnya menghasilkan tebu kurang lebih sekitar 100 ton. Dengan harga standar, petani bisa memperoleh pendapatan kotor Rp 50 Juta. Dipotong biaya perawatan tersisa Rp 35 Juta. "Kalau tidak sewa. Tapi kalau sewa dipotong lagi Rp 20 Juta. Tersisa Rp 15 Juta," kata Didik.
Namun, saat ini produksi bisa turun 40 persen. Artinya satu hektare hanya bisa menghasilkan 50 sampai 60 ton tebu. Didik menambahkan, faktor penyebab turunnya produksi tebu ini selain karena faktor hama penyakit, juga disebabkan oleh pupuk yang digunakan oleh petani adalah pupuk nonsubsidi. "Kebutuhan pupuk perhektare sekitar 1,2 ton. Keuntungannya turun," ujar Didik.
Serangan hama penyakit ini dibenarkan oleh Malul Akbar, salah seorang penyuluh petani Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pertanian Kecamatan Tempeh. Malul mencontohkan serangan uret yang mengakibatkan gagal panen di Desa Tempeh Kidul. "Ada temuan lahan yang 100 persen rusak dan tidak bisa panen," ujar Malul, Kamis, 19 Oktober 2023.
Sementara itu informasi yang diperoleh Tempo dari Dinas Ketahahan Pangan Pertanian (DKPP) Kabupaten Lumajang menyebutkan hama Uret banyak menyerang lahan tebu di daerah Selatan Kabupaten Lumajang. Tekstur tanah yang berpasir dan berdebu yang menjadi karakteristik di daerah Selatan ini solah menjadi tempat yang cocok bagi hama Uret ini.
Upaya penanganan terhadap serangan hama Uret sementara ini adalah dengan menggunakan perangkap berupa jaring dan lampu. Perangkap ini baru akan diterapkan pada November 2023 mendatang ketika ada perubahan fase dari pupa menjadi kumbang. Saat itu menjadi waktu yang tepat untuk menerapkan perangkap lampu.