Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Eko Susetyarini meneliti potensi ekstrak daun kembang bulan sebagai alternatif pengobatan. Penelitian ini melibatkan dosen dari program studi yang sama, yakni Husamah dan mahasiswa bernama Fithri Wening Sasmita. Penelitian mereka menjadi penelitian pertama di Indonesia yang memanfaatkan kembang bulan sebagai obat diabetes.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Roro dan tim tergerak untuk menggali potensi tanaman obat lokal karena tingginya biaya pengobatan diabetes dan potensi efek samping dari pengobatan konvensional. Risetnya juga sejalan dengan tren masyarakat yang makin tertarik pada pengobatan alami dan gaya hidup ‘back to nature’. Walhasil, permintaan terhadap tanaman obat pun meroket.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Roro mengatakan bahwa hal ini sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia saja, namun juga di seluruh dunia. Akan tetapi, tanaman obat di Indonesia saat ini masih terbatas pada perannya sebagai jamu. Sejauh ini, kebanyakan tanaman obat hanya diolah dengan cara direbus.
Riri menyayangkan bahwa tanaman obat belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai obat herbal terstandar dan fitofarmakanyang merupakan obat berbahan alami dan telah terbukti keamanan serta khasiatnya. "Padahal, jika berhasil mengembangkan potensi tanaman obat ini, nilai jualnya akan melonjak tinggi,” kata Roro, dikutip Tempo pada Senin, 1 Januari 2024.
Menurut Roro, penelitian ini juga bertujuan membuktikan efektivitas ekstrak daun kembang bulan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Pembuktian dilakukan berdasarkan uji coba pada tikus Wistar.
Saat ini, kata Roro, tanaman kembang bulan atau Tithonia diversifolia telah banyak digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan. Mulai dari sakit perut, kembung, diare, hingga antiinflamasi atau antiradang.
Temuan tim yang diketuai Roro pun mengindikasikan bahwa daun kembang bulan berperan signifikan sebagai antidiabetes. Dalam penelitian ini, pemberian dosis ekstrak daun kembang bulan sebesar 5,14 ml/200g BB menunjukkan pengaruh paling efektif. Tercatat adanya penurunan kadar glukosa darah rata-rata mencapai 136,80 mg/dl. Nilai ini tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif atau normal yang memiliki rata-rata 122,20 mg.
Harus diteliti lebih lanjut
Namun, kata Roro, penelitian ini harus dikembangkan lagi. “Meskipun begitu, masih harus ada penelitian lanjutan. Langkah selanjutnya harus melibatkan penelitian yang mencakup keamanan ekstrak terhadap fungsi hati dan ginjal,” ujarnya.
Kini, penelitian mereka telah menjadi rujukan bagi hampir 60 peneliti lain. Untuk penelitian selanjutnya, kata Roro, perlu kajian farmakoekonomi.
"Apakah dengan bentuk sediaan jamu cukup efektif atau ekonomis dibanding dengan obat kimia yang sudah ada? Perlu pula perbaikan metodologi, agar menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi," kata Roro.
Selain itu, Roro mengatakan pentingnya kolaborasi dengan industri atau Badan Pengawas Obat dan Makanan agar hilirisasi lebih baik. "Dan produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujarnya.
Pilihan Editor: USK Ubah Limbah Ikan Tuna Jadi Kolagen untuk Kosmetik Antiaging