Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pro kontra lomba menulis artikel
bertema "Hormat Bendera Menurut Hukum Islam” dan “Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam” yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), masih terus berlanjut. Banyak yang mengkritik, namun adapula yang mendukung lomba tersebut.
Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli Juwaini, salah satu yang meminta agar lomba tersebut dibatalkan saja. Sebab, menurut Jazuli, tema lomba karya tulis itu tendensius dan bernuansa benturan antara negara dan agama.
"Temanya tendensius dan bernuansa benturan antara negara dan agama. Padahal keduanya saling menguatkan nasionalisme Indonesia. Memangnya selama ini ada masalah dengan hormat bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan di kalangan umat mayoritas?," ujar Jazuli lewat keterangan tertulis, Ahad, 15 Agustus 2021.
Jika enggan membatalkan lomba, Jazuli meminta BPIP mencari tema-tema yang lebih subtantif dan visioner. "Para santri, pelajar, mahasiswa kita pikirannya sudah maju, kok disodorkan tema yang sudah lama selesai bahkan sudah final bagi Indonesia. Alih-alih tema ini bisa menimbulkan polemik dan kegaduhan di masyarakat," ujar anggota Komisi I DPR Dapil Banten ini.
Senada, Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay menilai tema lomba karya tulis itu tidak kontekstual. "Temanya sangat jauh dari kondisi kekinian yang dihadapi bangsa Indonesia,” kata Saleh dalam keterangannya, Sabtu, 14 Agustus 2021.
Menurut Saleh, tema "Hormat Bendera Menurut Hukum Islam” dan “Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam” tidak urgent untuk dibahas. Sebab, menurutnya, sejak zaman perjuangan kemerdekaan, hormat bendera dan lagu kebangsaan tidak pernah dipersoalkan. “Para ulama dan para santri selalu menjunjung tinggi dan menghormati eksistensi bendera negara dan lagu kebangsaan,” ujarnya.
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, Benny Susetyo
menyebut bahwa tema yang diangkat ini bukan untuk memperkeruh suasana atau pun membenturkan antara islam dengan Pancasila. Tema ini disesuaikan dalam rangka Peringatan Hari Santri Nasional 2021.
"Jadi, (tema ini) tidak akan membenturkan agama dengan nasionalisme. Justru agama memperkuat nasionalisme. Kalau cinta tanah air, orang beriman itu orang yang cinta tanah air," ujar Benny.
Koordinator Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, menilai tema lomba itu sudah bagus. Alissa menilai berbagai kontra di tengah masyarakat terhadap tema ini muncul karena tidak melihat dalam konteks peringatan hari santri. "Kalau untuk segmen warga bangsa yang lain, tema itu tentu tidak cocok," kata Alissa saat dihubungi Tempo, Jumat, 13 Agustus 2021.
Ia tidak melihat bahwa tema yang diusung BPIP bisa memecah belah bangsa. "Kalau dituduh memecah belah, saya malah justru bingung. Yang dipecah siapa? Antara orang Islam yang membolehkan dan tidak membolehkan hormat bendera?" kata Alissa.
Saat ini, ia melihat pandangan Religion First yang menempatkan kehidupan bernegara di bawah kehidupan beragama masih banyak di Indonesia. Padahal, seharusnya keduanya seimbang. Alissa mencontohkan masih banyak dosen Pancasila yang mengutamakan ayat suci, bukan konstitusi.
Karena itu, Alissa melihat tema yang diambil BPIP sudah menempatkan Pancasila maupun agama dengan porsi yang tepat. Karena sejak awal, agama dan bernegara adalah hal yang setara. "Ini kesempatan para santri mengeksplorasi secara teoritis/kajian ilmiah dalam hal ini dalil-dalil agama yang memberikan makna yang lebih tepat," kata Alissa.
DEWI NURITA | EGI ADYATAMA
Baca: BPIP Bikin Lomba Nulis Bertema Hormat Bendera Menurut Hukum Islam
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini