Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Utusan Istana di Medan Pilkada

Aparat keamanan dan birokrat disinyalir ikut membantu memenangkan keluarga Presiden Joko Widodo dalam pemilihan kepala daerah. Staf Jokowi pun disebut ikut menarik dukungan partai politik. Putra Presiden tinggal menunggu kemenangan tiba.

5 Desember 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pekerja melipat surat suara Pilkada Medan di Gudang Logistik KPU Medan, Sumatera Utara, 17 November 2020. ANTARA/Irsan Mulyadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Camat dan lurah di Kota Medan disebut menggalang dukungan untuk memenangkan Bobby Nasution.

  • Berbeda dengan Bobby yang dianggap belum aman, elektabilitas Gibran Rakabuming Raka sudah lebih dari 82 persen.

  • Para petinggi partai politik datang ke Medan untuk membantu memenangkan Bobby Nasution.

INSTRUKSI berkumpul di satu kantor kelurahan di Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan, masuk di grup WhatsApp kepala lingkungan pada Jumat, 16 Oktober lalu. Menunjukkan pesan tersebut kepada Tempo pada Rabu, 2 Desember lalu, Mahfud—bukan nama sebenarnya—bercerita bahwa dia langsung berangkat ke kantor lurah. Ia menjadi satu dari dua puluhan kepala lingkungan—setingkat rukun warga—yang berada di grup tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Mahfud, dalam rapat itu lurah meminta setiap kepala lingkungan membantu memenangkan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution-Aulia Rachman. Sang lurah menugasi tetamunya mengumpulkan data 55 pemilih yang bisa mendukung pasangan nomor urut dua itu, lengkap dengan alamat, nomor telepon, dan nomor induk kependudukan. “Lurah juga meminta suara Bobby bisa 60 persen di setiap tempat pemungutan suara,” tutur Mahfud.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia mengaku menanyakan asal-muasal perintah tersebut. Lurah itu, kata Mahfud, menjawab bahwa instruksi tersebut datang dari atasannya, Camat Medan Perjuangan Afrizal, dan Kepolisian Daerah Sumatera Utara. “Tidak mungkin polisi turun tangan langsung,” ujar Mahfud menirukan ucapan lurah itu. Iming-iming hadiah disampaikan juga oleh lurah itu seandainya Bobby, menantu Presiden Joko Widodo, menang. Pun disiapkan Rp 50 ribu bagi setiap pemilih pasangan itu.

Calon walikota Solo Gibran dan wakilnya Teguh mengunjungi kampung Citropuran, Tipes, Surakarta, Jawa Tengah, 18 Agustus 2020. TEMPO/Bram Selo Agung Mardika

Ditemui terpisah, seorang kepala lingkungan di daerah yang sama memberikan cerita serupa. Bukan hanya hadiah, kata dia, peserta rapat diancam akan dicopot dari jabatannya jika tak melaksanakan perintah lurah. Kesal terhadap ancaman itu, kepala lingkungan ini mengaku menyerahkan data sekadarnya sekitar sebulan seusai pertemuan. Pada Rabu, 2 Desember lalu, lurah itu kembali mengumpulkan kepala lingkungan. Kembali dia meminta para kepala lingkungan membantu pemenangan Bobby karena elektabilitasnya di Medan Perjuangan masih belum aman.

Hasil sigi internal tim pemenangan Bobby-Aulia yang diperoleh Tempo menunjukkan pasangan itu masih unggul dibanding rivalnya, Akhyar Nasution-Salman Alfarisi, di Kecamatan Medan Perjuangan. Dalam dokumen setebal 68 halaman itu, tingkat elektabilitas Bobby-Aulia berada di angka 40 persen, sedangkan Akhyar-Salman 17,5 persen. Namun masih ada 42,5 persen responden yang merahasiakan pilihannya. Jumlah pemilih di Medan Perjuangan sekitar 73 ribu orang.

Survei yang sama menyebutkan elektabilitas Bobby-Aulia di Medan mencapai 36,3 persen dan Akhyar-Salman 27,8 persen. Namun ada 19 persen pemilih yang merahasiakan pilihan dan 17 persen belum menentukan pilihan.

Camat Medan Perjuangan Afrizal mengaku pernah mengumpulkan lurah di wilayahnya tak lama setelah Komisi Pemilihan Umum Kota Medan menetapkan calon kepala daerah. Namun dia menyangkal jika pertemuan itu disebut beragenda memenangkan calon tertentu. “Tidak ada penggalangan,” katanya pada Sabtu, 5 Desember lalu. Afrizal menyatakan pertemuan itu membahas soal daftar pemilih tetap serta rencana tes usap untuk kelompok penyelenggara pemungutan suara.

Bobby-Aulia didukung oleh delapan partai, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai NasDem, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Solidaritas Indonesia, dan Partai Hanura. Adapun lawannya, Akhyar-Salman, diusung dua partai, yakni Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.

Lima pengurus partai pendukung pemerintah dari PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, PAN, dan PPP membenarkan kabar pengerahan aparat pemerintah untuk membantu memenangkan Bobby. Salah satunya dengan menerjunkan polisi hingga ke tingkat rukun warga. Seorang kepala lingkungan di Kecamatan Medan Johor, Wahidin Surya, mengaku pernah didekati seorang laki-laki yang mengaku sebagai polisi. Laki-laki ini menjanjikan program Bobby-Aulia akan sampai di lingkungan itu jika pasangan tersebut menang. Wahidin hanya mendengarkan permintaan tersebut.

Juru bicara tim kampanye Bobby-Aulia, Ikrimah Hamidi, membantah jika jagoannya disebut menggerakkan birokrat dan aparat keamanan. Apalagi lawan yang dihadapi adalah Akhyar, yang menjadi pelaksana tugas Wali Kota Medan. Hamidi meminta masyarakat membuka identitas polisi yang ikut memenangkan Bobby. “Biar ada tindakan tegas,” ucapnya. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sumatera Utara Komisaris Besar Tatan Dirsan Atmaja menampik ada polisi yang tak netral. “Silakan laporkan ke kami nama dan pangkat polisi tersebut,” ujarnya.

Masalah ketidaknetralan aparatur negara kerap dibahas oleh tim pemenangan Akhyar-Salman. Sekretaris tim pemenangan Akhyar-Salman, Wasis Waseso Pamungkas, mengatakan Akhyar pernah mengeluhkan pengawalan polisi dan birokrat yang kian masif untuk memenangkan lawannya. “Kami berharap mereka bisa lebih profesional dan tidak ikut bermain,” kata Wasis.

Tiga petinggi partai politik yang ikut membantu pemenangan Bobby mengatakan Istana juga mengawal pilkada Medan. Salah satunya dengan menugasi Devid Agus Yunanto terjun ke wilayah itu. Devid dikenal dekat dengan Presiden Joko Widodo sejak menjabat Wali Kota Solo. Ia pun ikut diboyong ke Balai Kota dan Istana setelah Jokowi memenangi pemilihan Gubernur DKI Jakarta dan pemilihan umum presiden.

Wasis Waseso Pamungkas, yang juga politikus Partai Keadilan Sejahtera, mengaku pernah berjumpa dengan Devid sebelum pendaftaran calon ke Komisi Pemilihan Umum. Menurut Wasis, dalam pertemuan itu Devid mengajak partainya ikut mendukung Bobby. “Tapi kami tolak,” ucapnya. Devid menampik ditugasi oleh Presiden Jokowi untuk mengawal pilkada Medan. “Enggak betul itu,” katanya. Juru bicara Presiden, Fadjroel Rachman, tak membalas pertanyaan yang diajukan Tempo soal keterlibatan Istana.

•••

BUKAN hanya menantu, putra sulung Presiden Joko Widodo juga ikut meramaikan kontestasi pemilihan kepala daerah yang digelar Rabu, 9 Desember 2020. Berpasangan dengan Teguh Prakosa, Gibran Rakabuming Raka berlaga melawan calon independen Bagyo Wahono dan F.X. Supardjo. Ketua Badan Pemilihan Umum PDI Perjuangan Bambang Wuryanto optimistis Gibran bakal menang telak di Solo. “Hasil survei per 28 November, elektabilitas Gibran sudah 82 persen,” kata Bambang pada Rabu, 2 Desember lalu.

Ketua PDIP Jawa Tengah itu mengatakan potensi suara Gibran bisa menembus lebih dari 90 persen. Alasannya, Jokowi pernah mendulang suara sebanyak itu saat kembali memenangi pilkada Solo pada 2010. Namun Bambang menilai kemenangan Jokowi saat itu lantaran kepuasan masyarakat terhadap kinerjanya, terutama di bidang ekonomi, sangat tinggi.

Tiga petinggi partai yang membantu pemenangan di Solo mengatakan kemenangan Gibran tinggal menunggu waktu. Apalagi lawannya pun “tiba-tiba muncul” dan bisa menyetorkan 38.831 kartu tanda penduduk saat mendaftar sebagai calon independen. Pada September lalu, Bagyo Wahono menampik jika disebut sebagai calon “boneka”. Dia mengklaim sudah bersiap maju jauh sebelum nama Gibran muncul dalam survei Laboratorium Kebijakan Publik Universitas Slamet Riyadi pada Juli 2019. “Saya sudah mempersiapkan diri dua tahun sebelumnya,” tutur Bagyo.

Meski Gibran dipastikan menang, partai-partai pendukungnya pun bergerak menggalang dukungan. Semua petinggi partai politik yang ditemui Tempo mengatakan Presiden Jokowi tak pernah meminta secara langsung pemenangan putranya di Solo. Namun tanpa diminta pun, kata mereka, partai sudah pasti membantu memenangkan Gibran. Hal yang sama berlaku di Medan untuk memenangkan menantu Jokowi, Bobby Nasution.

Wakil Ketua Umum Golkar Ahmad Doli Kurnia, misalnya, mengaku empat kali bertandang ke Medan dan menggalang dukungan untuk Bobby. Terakhir, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Golkar itu datang bersama tokoh senior partai beringin, Akbar Tandjung, pada Selasa, 1 Desember lalu. Akbar adalah Ketua Dewan Pembina Golkar sekaligus mantan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Menurut Doli, mereka menemui sejumlah tokoh Islam di Medan, juga korps alumnus HMI. “Partai Golkar menginstruksikan agar semua kadernya mendukung calon yang diusung, termasuk Bobby-Aulia,” ucap Doli.

Penggalangan kepada kelompok Islam dilakukan karena rival Bobby-Aulia, yakni Akhyar Nasution-Salman Alfarisi, mendapat dukungan dari Ustad Abdul Somad Batubara pada Senin, 30 November lalu. Ketika itu, Somad berpesan kepada Akhyar-Salman agar amanah jika menang dalam pilkada nanti. “Dukungan Ustad Somad bisa menambah pemilih kami,” ujar sekretaris tim pemenangan Akhyar-Salman, Wasis Waseso Pamungkas.

Partai Amanat Nasional juga menerjunkan elite partainya ke Medan dan bertemu dengan Bobby pada Selasa, 24 November lalu. Dalam pertemuan itu, menurut Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno, Bobby menyampaikan mesin PAN masih belum bekerja maksimal. Penyebabnya, hasil survei lingkup internal Bobby menunjukkan hanya 43 persen pemilih PAN yang mendukung dia.

Eddy pun meminta semua kader partainya habis-habisan memenangkan Bobby-Aulia. Bahkan dia mengancam akan mencopot kader yang menjabat anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Medan dan DPRD Sumatera Utara jika Bobby kalah di lima tempat pemungutan suara dekat mereka tinggal. “Sisa waktu hingga pemilihan kita kerja untuk memenangkan Bobby-Aulia,” katanya. PDI Perjuangan juga menerjunkan banyak kader dari Sumatera Utara ataupun tingkat nasional untuk mengkampanyekan Bobby-Aulia.

Calon Wali Kota Medan Bobby Nasution (kedua kanan) didampingi politikus PDI Perjuangan Ganjar Pranowo (ketiga kanan) saat mengunjungi kawasan kota tua Kesawan, di Medan, Sumatera Utara, 15 november 2020. ANTARA/Irsan Mulyadi

Tak hanya mendekati kelompok Islam, Bobby juga menyasar kalangan minoritas. Seorang sumber yang mengetahui strategi itu mengatakan ada orang-orang yang khusus bertugas mendekati pemuka agama lain. Awal Januari lalu, misalnya, Bobby bertemu dengan Uskup Agung Medan Monsinyur Cornelius Sipayung. Selain itu, menurut sumber yang sama, Bobby memiliki tim yang mendekati kalangan minoritas, seperti keturunan Cina.

Turun gunungnya para elite Jakarta dan Sumatera Utara memenangkan Bobby lantaran kemenangan Bobby masih belum aman. Hasil survei Citi Research Center menyebutkan elektabilitas Akhyar-Salman 35 persen dan Bobby-Aulia 29,25 persen. Sedangkan Lembaga Survei dan Sosialisasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara menyebutkan tingkat keterpilihan Bobby-Aulia sebesar 31,3 persen dan lawannya 20,8 persen. Kesamaan dari dua survei itu, juga survei internal, jumlah massa mengambang masih cukup tinggi dan bisa mempengaruhi hasil pemilihan.

Mantan Deputi IV Kantor Staf Presiden, Eko Sulistyo, yang ikut membantu pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden 2014, mengatakan Jokowi dan keluarga tak pernah berpesan secara langsung agar para tokoh yang diterjunkan ke Medan dan Solo membantu memenangkan Bobby dan Gibran. “Tapi keluarga pasti merestui Bobby dan Gibran,” ujarnya.

HUSSEIN ABRI DONGORAN, PRAMONO, ADINDA ZAHRA NOVIYANTI (MEDAN), MEI (MEDAN), AHMAD RAFIQ (SOLO)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Hussein Abri Dongoran

Hussein Abri Dongoran

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, lulusan Universitas Pasundan, Bandung, ini banyak meliput isu politik dan keamanan. Reportasenya ke kamp pengungsian dan tahanan ISIS di Irak dan Suriah pada 2019 dimuat sebagai laporan utama majalah Tempo bertajuk Para Pengejar Mimpi ISIS.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus