Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Minimnya stok di tingkat petani dan pemasok disebut jadi penyebab utama kenaikan harga beras saat ini. Supaya harga beras turun, stok beras perlu ditingkatkan. Untuk mencapai tujuan itu, melakukan impor beras atau menjalankan program-program pertanian terus dilakukan.
Dari berbagai program pertanian saat ini ada yang namanya program Makmur. Program itu melibatkan perusahaan BUMN, petani dan penggilingan beras. Dilansir dari werbsite Pupuk Kujang, Program Makmur merupakan ekosistem bisnis untuk meningkatkan panen dan keuntungan petani. Program itu dijalankan oleh perusahaan BUMN di berbagai sektor, ada dari sektor pupuk dan pangan, sektor perbankan hingga perusahaan asuransi.
Dalam program tersebut, petani didampingi sejak perencanaan hingga setelah panen. Pesertanya diberi bantuan modal, pendampingan budidaya oleh agronom, hingga jaminan pembelian panen. Petani tak perlu takut terjerat tengkulak karena dihubungkan kepada pembeli komoditas dengan harga yang disepakati.
Fakta-fakta Program Makmur:
1. Hasilkan beras premium saat El Nino
Saat musim kemarau di Oktober 2023, terjadi penurunan produksi padi di sejumlah daerah. Namun tak semua petani mengalaminya, para petani Program Makmur di Pemalang secara konsisten bisa meningkatkan kualitas padi.
“Setelah melalui pendampingan intensif, peserta program Makmur bisa menghasilkan beras premium dengan karakteristik ideal. Meski kemarau, derajat sosoh beras mencapai 100 persen, bentuknya utuh, dan bebas dari benda asing lainnya meski saat kemarau,” kata Saiful Rohdian, Koordinator Program Makmur Pupuk Kujang, Selasa, 3 Oktober 2023. Syaiful menuturkan, karena kualitasnya yang baik, beras para petani itu kerap dibeli penggilingan padi.
2. Selamatkan Petani saat Harga Gabah Anjlok
Saat musim hujan di bulan Juni 2022, harga gabah anjlok karena kualitas memburuk akibat air. Namun sejumlah petani di Karawang malah untung. Gabah mereka dibeli di atas harga pasar. Asep Hasanudin, misalnya, seorang petani asal Desa Randumulya, Kecamatan Pedes hasil panennya dibeli seharga Rp 4.800 per kg GKP oleh Pupuk Indonesia Pangan selaku offtaker. “Itu karena kadar air gabah kami di bawah 25 persen,” ungkap Asep.
“Setelah mengikuti program Makmur, kami jadi ada kepastian pasar, karena gabah dibeli langsung dengan harga yang telah disepakati bersama. Sehingga petani tidak merasa tertekan seperti saat menjual gabah kepada calo atau tengkulak,” kata Asep.
3. Menyasar buruh tani
Tak hanya menyasar petani pemilik lahan, Program Makmur juga menyasar buruh tani yang tidak punya lahan. Hanya bermodal cangkul, mereka bertani di lahan milik orang lain. Pendapatan mereka dari bagi hasil saat panen.
Kendala mereka yaitu minimnya modal tanam, sarana produksi pertanian yang terbatas, hingga jeratan lintah darat dan aksi tengkulak. Berbagai kendala itu membuat penggarap tak menikmati keuntungan panen secara maksimal.
Alhasil mereka termasuk kategori mustahik atau penerima zakat. Bahkan, terdata sebagai penerima bantuan sosial dari pemerintah, karena kebanyakan tinggal di rumah semi permanen, seperti dialami petani penggarap di Desa Jebed Selatan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Saat ikut program Makmur yang diinisiasi Pupuk Kujang dan Baitul Maal PLN, para penggarap ini tak perlu mengeluarkan modal tanam. Bahkan modalnya tak perlu dikembalikan, tapi digunakan untuk modal di musim tanam berikutnya sehingga dapat berkelanjutan.
Dalam program Makmur itu, para penggarap ini diajak bertani dengan berbagai pupuk premium. Tim agronomis juga memberikan konsultasi dan pendampingan hingga panen maksimal. Dengan mencapai keuntungan yang terukur itu, para penggarap bisa berubah dari penerima zakat menjadi pemberi zakat.
4. Menyasar di sejumlah komoditas
Program Makmur telah diimplementasikan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Adapun, komoditas yang menjadi fokus program ini yakni padi, jagung, tebu dan beragam tanaman pangan lainnya. Setelah mengikuti program tersebut, hasil panen diklaim meningkat.
Pilihan Editor: Harga Beras di Era Jokowi Tembus Rp 18 Ribu per Kg, Rekor Termahal Sepanjang Sejarah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini