Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Nusa

Festival Bandung Menggugat Hadirkan Pegiat HAM hingga Grup Musik Sukatani

Festival Bandung Menggugat bertujuan menyampaikan perspektif soal kondisi hak asasi manusia dan demokrasi yang terjadi sekarang ini

12 April 2025 | 14.11 WIB

Gitaris Sukatani, Alectroguy, dan vokalis, Twister Angel, dalam konser Crowd Noise di Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, 23 Februari 2025. Dalam konser tersebut, band asal Purbalingga tersebut membawakan enam lagu karya mereka. Antara/Oky Lukmansyah
Perbesar
Gitaris Sukatani, Alectroguy, dan vokalis, Twister Angel, dalam konser Crowd Noise di Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, 23 Februari 2025. Dalam konser tersebut, band asal Purbalingga tersebut membawakan enam lagu karya mereka. Antara/Oky Lukmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Festival bertajuk Bandung Menggugat dihelat Sabtu 12 April 2025 dari siang hingga malam di Dago Elos. Panitia menyiapkan acara diskusi, orasi politik, pertunjukan seni, pameran foto, juga pasar komunitas.

“Peserta yang konfirmasi akan hadir terdata 1.800 orang,” kata Salma, anggota panitia acara, Jumat 11 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Festival itu bertujuan menyampaikan perspektif soal kondisi hak asasi manusia dan demokrasi yang terjadi sekarang ini kepada kalangan muda, memberikan semangat untuk aktif menyampaikan gagasan kritis, sekaligus menjadi ruang temu bagi lintas organisasi di Bandung Raya. Pada sesi diskusi, topik yang diangkat seperti isu demokrasi dan hak asasi manusia dan masalah mahasiswa dalam menyampaikan gagasan kritis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembicaranya yaitu penulis buku “Melawan dengan Gagasan” Cindy Veronika Rohanaulia, akademisi Bivitri Susanti, dan Zen RS. Sesi diskusi lainnya mengundang akademisi dan penggiat hak asasi manusia Asfinawati, Virdinda La Ode Achmad dari KontraS, dan Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung Heri Pramono. Kemudian ada orasi politik oleh Kalis Mardiasih tentang kebangkitan gerakan perempuan dan Herry Sutresna alias Ucok Homicide tentang membangun gerakan politik alternatif.

Acara festival juga ikut diramaikan pertunjukan tari, musik, dan teater, termasuk oleh grup musik Sukatani yang pernah diminta meminta maaf kepada kepolisian soal lagu “Bayar Bayar Bayar.” Adapun pameran foto dan arsip menampilkan kisah perjuangan warga di situasi konflik, dan Pasar Komunitas selain memenuhi kebutuhan peserta kegiatan juga menjadi ajang jejaring kelompok di wilayah Bandung Raya. "Panitia juga menyediakan sarana untuk menampung keluhan warga atau pengunjung yang dihadapi dalam hidup keseharian," katanya.

Latar belakang festival itu yang mengangkat peran anak muda dan mahasiswa, kata Salma, karena suara mereka sering dianggap hanya sebagai komoditas politik untuk dihitung dan bukan untuk didengar. Berbagai persoalan bangsa dan negara serta di lingkungan masyarakat sekitar memerlukan partisipasi anak muda untuk menyuarakan aspirasi publik. Di tingkat lokal sekitar Bandung, terjadi beberapa masalah konflik tanah yang berujung penggusuran. Konflik tanah juga dihadapi warga di lokasi festival yaitu Dago Elos yang berada di belakang Terminal Dago.

Anwar Siswadi (Kontributor)

Kontributor Tempo di Bandung

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus