RUANG Sasana Bhakti Praja, Departemen Dalam Negeri, Sabtu pekan lalu, marak oleh layar monitor warna-warni. Dalam warna ungu, merah muda, hijau, dan biru, di layar tampak hasil perhitungan terakhir pemilu 23 April lalu. Dipimpin Mendagri Soepardjo Rustam, selaku Ketua Panitia Pemilihan Indonesia (PPI), inilah Rapat Penetapan Hasil Pemilu Anggota DPR 1987. Hadir para anggota PPI dan Ketua Panwaslakpus beserta anggotanya. Maka, ada sejumlah menteri dan Pangab Benny Moerdani. Lalu pimpinan ketiga OPP serta ke-27 gubernur, masing-masing sebagai Ketua PP 1. Acara yang dimulai pukul 10.00 lebih itu berlangsung tanpa ada tepuk tangan, juga tidak khidmat benar. Ketika lampu dipadamkan dari proyektor menyorot ke layar, beberapa orang tidur-tidur ayam. Hari itu, yang banyak memperoleh perhatian wartawan adalah Ketua Umum DPP PPP Naro, yang belakangan ini kepemimpinannya disorot setelah perolehan PPP dalam pemilu anjlok. Namun, Naro tampak santai. Bahkan ia hanya tertawa ringan sewaktu pembaca di mimbar menuturkan seorang saksi PPP di Bali ngotot tidak bersedia menandatangani berita acara, lantaran hasil perhitungan suara di Jembrana dan Badung dianggap tidak sesuai dengan jumlah perolehan semula. Komentar Naro, "Biar saja dia mempertahankan semangatnya begitu. Orangnya memang kopig. Saya juga tidak akan memecatnya." Hasil perhitungan suara resmi memang menunjukkan, perolehan suara partai berlambang Bintang ini tidak secemerlang ketika bergambar Ka'bah pada Pemilu 1982 dulu. Pada Pemilu 1987 ini, suara total PPP 13.701.428, dan perolehan kursi di DPR tinggal 61. Padahal, jumlah kursi yang diperebutkan 400, tidak 360 seperti pada pemilu lima tahun lalu. Dulu, PPP berhasil meraih 94 kursi, dengan suara 20.871.880. Penurunan terjadi antara lain di Jawa Timur, DKI Jakarta, serta Aceh. Namun, seperti biasa, Naro punya kilah, "Orientasi saya demi kepentingan nasional, pokoknya selalu dengan scope nasional. Sekitar satu jam setelah lewat tengah hari, semua pihak - ketua dan anggota PPI, ketua dan anggota Panwaslakpus, dan ketiga wakil OPP - serentak menuju ke tengah ruangan, menandatangani berita acara. Perhitungan hasil akhir menunjukkan Golkar memperoleh 62.783.680 suara, atau 299 kursi. Tapi yang paling gembira dengan hasil perhitungan resmi ini tampaknya PDI. Partai terkecil ini berhasil menaikkan jumlah perolehan suara, menjadi 9.324.708 dibanding 5.919.702 pada pemilu lima tahun lalu. Dengan jumlah kursi kini 40, tidak lagi cuma 24. Pada perhitungan sementara, kursi untuk PDI tercatat 38. Namun, pada perhitungan akhir, ada tambahan satu dari Sumatera Selatan dan satu lagi dari Irian Jaya. Menurut Kepala Biro Hukum LPU, H.A. Subly Senapi, S.H., ini karena perhitungan sementara dulu berdasarkan hasil laporan lewat jalur komunikasi biasa, belum berdasarkan berita acara seperti pada perhitungan final. Tapi barangkali bagi Soerjadi belum semua perkara rampung. Senin pagi pekan ini, tujuh orang delegasi di bawah pimpinan Peter Engel, bekas aktivis Parkindo sebelum fusi dulu, mendatangi DPP PDI di Jalan Diponegoro. Rombongan kecil yang mengaku sebagai wakil seratusanwarga PDI di Jakarta Timur ini mengimbau agar segala pelajaran selama kampanye dan pemilu, seperti yang ditulis media massa itu, segera disidangkan. Sekaligus mereka rnenyesalkan kesediaan Soerjadi menandatangani berita acara hasil akhir pemilu, Sabtu dua hari sebelumnya. Tapi Soerjadi menjelaskan kepada TEMPo, "Hasil perhitungan suara dengan perkara pelanggaran selama proses pemilu punya jalur sendirisendiri. Soal keluhan akibat pelanggaran sudah kami laporkan kepada Ketua LPU, dan akan ada pembicaraan tersendiri." Mohamad Cholid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini