Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Giliran TVRI Senayan

Gedung TVRI Senayan Terbakar. Melihat kebakaran yang beruntun di lingkungan Deppen sementara pihak menduga akibat kesengajaan. Presiden meminta agar diteliti secara tuntas.

11 Januari 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMINGGU telah berlalu, tapi penyebab kebakaran di TVRI Senayan masih saja tetap misteri. "Kita menunggu hasil penyelidikan dan penelitian yang dilakukan kepolisian. Karena dalam hal ini kita harus hati-hati betul," kata Menteri Penerangan Harmoko Senin pekan ini. Berhati-hatinya Menpen bisa dimengerti. Begitu banyak desas-desus yang beredar. Entah mengapa, banyak orang yang cenderung menduga kebakaran pada 30 Desember pagi itu terjadi akibat kesengajaan. Tampaknya, anggapan itu timbul setelah Presiden Soeharto memerintahkan agar penyebab kebakaran itu "diteliti tuntas". Perkiraan itu diperkuat oleh ucapan Wakil Ketua Fraksi Karya Pembangunan Bidang Politik dan Keamanan Suhardiman, yang menilai kebakaran beruntun di lingkungan Deppen (RRI Banjarmasin, RRI Pusat, TVRI Yogyakarta, dan TVRI Pusat) "harus dicurigai terhadap kemungkinan adanya unsur sabotase atau kesengajaan." Suhardiman menduga, "Kebakaran itu dilakukan oleh pihak yang ingin merongrong pemerintah." Begitu katanya pekan lalu, seusai memimpin tim F-KP meninjau bekas kebakaran TVRI Pusat Senayan Menpen Harmoko sendiri tampaknya kurang mempercayai versl kabar burung itu. "Kebakaran itu 'kan musibah saja. Dan musibah itu 'kan bisa saja terjadi. Kebakaran di Yogya sendiri 'kan gara-gara gardu PLN," kata Harmoko. Dirjen Radio, Televisi, dan Film Subrata juga menyarankan agar memberikan waktu yang cukup pada pihak yang berwenang untuk kejernihan masalah itu. Ia membantah ada dokumen yang terbakar. "Itu 'kan pergudangan. Yang terbakar itu pakaian dan pita video yang belum terpakai," ujarnya. Kerugian akibat kebakaran itu sekitar Rp 2 milyar. Kebakaran yang terjadi Senin 30 Desember mulai pukul 01.50 itu berlangsung selama empat jam sebelum dapat dipadamkan. Yang terbakar terutama adalah bangunan lama, yang dijadikan gudang dan tempat administrasi. Menurut Alex Leo, bangunan itu tergolong darurat. "Klasifikasinya darurat. IMB (Izin Mendirikan Bangunan)-nya saja sementara," katanya. Seminggu sebelum kebakaran, kata Alex, telah dilakukan pemeriksaan panel-panel listrik. "Semuanya berfungsi baik. Tidak ada kelainan," katanya. Meski begitu, ia tidak berani menyimpulkan penyebab kebakaran bukan listrik. "Kita tunggu saja hasil pemeriksaan resmi," katanya. Daya listrik yang diperlukan TVRI Pusat sekitar 2 megawat. Seorang petugas PLN membenarkan keterangan Alex. Arus listrik dari PLN ke TVRI disalurkan lewat tiga gardu. Dari gardu itu disebarkan ke panel-panel distribusi, baru dari situ dialirkan ke bagian-bagian TVRI yang memerlukan. "Di panel distribusi tak ada kelainan. Jadi, kalau kebakaran itu disebabkan oleh listrik, itu ya dari jaringan intern TV sendiri," katanya. Benarkah sumber kebakaran bukan listrik? Menurut keterangan Menpen Harmoko beberapa jam setelah kebakaran, dua satpam yang menjaga melihat "percikan api" dari ruang penyimpanan pakaian dinas karyawan. Namun, laporan pertama itu agaknya kurang tepat. Sebuah sumber kepolisian menjelaskan, pada malam yang nahas itu dua sapam TVRI, dari jarak sekitar 3 meter, melihat asap keluar dari lubang AC di gudang penyimpanan kertas, pakaian seragam karyawan, dekorasi, dan alat elektronik. Bangunan gudang itu berdempetan dengan gudang kostum dan ruang admimstrasi keuangan. "Mereka mencoba membuka gudang, tapi sayangnya kunci rolling door-nya dibawa kepala gudang," ceritanya. Hal ini, katanya tidak umum, karena kunci seharusnya dipegang oleh satpam. Kepada polisi, kepala gudang Han Suherlan kemudian menielaskan kunci itu ditinggal di meja kerjanya yang terkunci. Seorang saksi lainnya melaporkan, pada hari Minggu siang ia melihat seorang yang berpakaian biru-biru - seragam TVRI membuka pintu gudang yang pertama kali terbakar. "Tidak biasanya gudang dibuka pada hari Minggu," katanya. Hari itu memang tidak ada acara yang menyebabkan harus mengeluarkan dekorasi. Gudang itu hanya dibuka pada Jumat untuk memasukkan kertas 400 rim, dan juga Sabtu untuk mengeluarkan seragam karyawan untuk dikirim ke daerah. Gudang lainnya, yang terletak di samping gudang asal asap, kabarnya tldak pernah dbuka karena penuh pakaian. Sedang ruang sebelahnya dijadikan tempat penyimpanan arsip keuangan 1982-1983 yang kabarnya tengah diaudit. Ruang ini hanya dibatasi dinding papan tripleks dengan gudang kedua. Ketiga ruangan ini, dua gudang dan satu ruang administrasi, merupakan bangunan yang kukuh dari bata. "Ruangan itu rapat sekali, dan pada malam kejadian tidak ada lampu dan AC yang dinyalakan," kata sumber yang sama. Jadi, apa penyebab kebakaran? Hingga Senin pekan ini sudah 14 karyawan TVRI yang dimintai keterangan oleh Polres Jakarta Pusat. Namun, hasil pemeriksaan itu belum diungkapkan. "Nanti sajalah kalau sudah selesai," kata Kapolres Jakarta Pusat Letkol (Pol) K. Ratta. Kebakaran yang diselamatkan 37 mobil pemadam kebakaran itu memusnahkan 24 ruang, dua mobil TV keliling dan truk. Tidak ada korban Jiwa. Susanto Pudjomartono Laporan: Agus Basri, Bunga Surawijaya, A Luqman (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus