Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau KontraS menyoroti masih maraknya konflik vertikal antara aparat TNI dengan warga sipil bertepatan dengan HUT ke-78 TNI yang jatuh hari ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penelusuran KontraS dalam satu tahun terakhir ini terdapat 59 peristiwa kekerasan yang melibatkan aparat TNI. Terdiri dari, 32 tindak penganiayaan, 15 intimidasi, 11 penyiksaan, 3 penembakan, 5 kekerasan seksual, 2 penghukuman tidak manusiawi, 4 penculikan, serta 2 kasus penangkapan sewenang-wenang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Koordinator KontraS Dimas Bagus Arya mengatakan, situasi kekerasan marak terjadi, ketika anggota TNI dilibatkan dalam pengamanan Objek Vital Nasional maupun Proyek Strategis Nasional, seperti peristiwa di Rempang.
"Tidak seharusnya proyek yang bertujuan untuk menyejahterakan rakyat, justru menjadi ajang untuk menunjukkan arogansi kekuatan dan memamerkan kekerasan, dan cukup disesali ketika TNI juga terlibat di dalamnya," ujar Dimas dalam catatan HUT TNI 2023 yang dikeluarkan KontraS, Kamis, 5 Oktober 2023.
Catatan tersebut disusun berdasarkan pemantauan KontraS lakukan pada rentang waktu Oktober 2022 - September 2023. Pantauan dilakukan melalui media baik lokal maupun nasional serta data advokasi KontraS.
Konflik dan Kekerasan di Papua
Kekerasan dan konflik bersenjata di Tanah Papua juga menjadi sorotan pada catatan KontraS ini. Sorotan dilakukan pada 10 peristiwa kekerasan yang terdiri dari beberapa tindakan berbeda, sehingga jika ditotal terdapat 13 tindak kekerasan kepada warga sipil di Papua.
Menurut KontraS, 13 tindak kekerasan yang diduga dilakukan aparat TNI itu terdiri dari, 4 tindak penganiayaan dan penyiksaan, 4 penangkapan secara sewenang-wenang, 3 penembakan, dan 2 tindakan intimidasi. Penelusuran kami menunjukkan setidaknya 11 orang luka-luka dan 8 orang tewas akibat kekerasan yang terjadi.
"Selain situasi kekerasan yang terjadi kami juga menelusuri penurunan prajurit TNI ke Papua serta konflik dan kontak tembak antara TNI dengan kelompok bersenjata pro-kemerdekaan Papua. Setidaknya 14 anggota TNI tewas dan 10 lainnya terluka akibat konflik Papua," ujar Dimas.
Menurut dia, situasi kekerasan dan konflik bersenjata tersebut sudah mengorbankan banyak warga sipil, bahkan juga menelan korban dari pihak TNI.
"Hal tersebut harus menjadi pertimbangan untuk merumuskan ulang kebijakan dan pendekatan bersenjata yang digunakan di Papua. Tidak boleh lagi nyawa manusia termasuk para prajurit yang mengabdi bagi negara secara terus menerus tertumpah di Tanah Papua," kata Dimas.
Pilihan Editor: Polisi Diminta Tangguhkan Penahanan Tersangka Demo Rempang, Keluarga: Tulang Punggung Keluarga