Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Direktur Pengelolaan Imunisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Prima Yosephine Berliana Tumiur Hutapea mengatakan, dengan temuan 1 kasus konfirmasi polio pada balita di Purwakarta, maka seluruh balita di Jawa Barat akan mengikuti vaksinasi untuk mencegah penyakit tersebut meluas. “Satu kasus itu penanggulangnya harus meliputi 2-4 juta anak,” kata dia, di Bandung, Senin 27 Maret 2023.
Tim Kemenkes serta perwakilan WHO menemui Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Gedung Sate, Bandung, Senin ini. Salah satu yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah rencana vaksinasi massal balita sekaligus penetapan status KLB Polio untuk Jawa Barat.
Prima berujar belum ditemukan kasus lagi selain kasus positif polio pada satu balita perempuan di Purwakarta. Upaya pencegahan akan dilakukan dengan vaksinasi massal.
"Penanggulangannya salah satunya dengan memberikan imunisasi tambahan, ini kita berikan namanya itu Sub PIN. Sub karena dilakukan di provinsi tertentu dalam hal ini Jawa Barat, PIN ini pekan imunisasi nasional, jadi harapannya bisa selesai 1 pekan,” kata Prima.
Prima menuturkan pekan imunisasi polio di Jawa Barat akan dimulai 3 Arpril 2023. “Kita rencanakan akan dilaksanakan pada 3 April selama 1 minggu, kemudian ditambahkan 1 minggu lagi untuk sweeping-nya,” kata dia.
Pirma menambahkan sasaran vaksinasi polio tersebut adalah semua balita di bawah 5 tahun. Cakupan target vaksinasi polio meliputi 3,9 juta balita di Jawa Barat. Imunisasi massal tersebut untuk memutus mata rantai penularan virus. “Ini sudah melalui kajian WHO, memang minimal harus 2-4 juta anak kalau ada 1 kasus baru cukup kuat untuk mematahkan atau menghentikan transmisi polio ini,” kata dia.
Prima menjelaskan temuan kasus di Jawa Barat lewat proses surveilans AFP (accute flaccid paralysis), yakni mencari dan memeriksa sampel tinja dari balita berusia 15 tahun yang mengalami gejala lumpuh layuh. “Karena surveilans yang bagus maka dapat kasus ini. Kalau nggak, pasti enggak ketahuan. Ini akan sangat berbahaya kalau tidak ketahuan, dia bisa menyebar, tiba-tiba sudah banyak aja baru ketahuan, ini yang tidak kita harapkan,” kata dia.
Prima mengatakan balita yang terkena polio di Purwakarta tersebut diketahui kemudian tidak menerima imunisasi. “Daerah itu memang agak sulit, ada penolakan di sana terhadap imunisasi yang menyebabkan anak ini tidak mendapatkan imunisasi,” kata dia.
Balita asal Purwakarta yang terkena polio tersebut kini menjalani fisio terapi sekaligus rehabilitasi. Menurut Prima untuk kasus polio memang cacat permanen tidak akan bisa hilang. Tapi dengan lebih cepat diketahui bisa cepat direhabilitasi, paling tidak meminimalkan. "Anak sudah mulai belajar jalan, namun ada gejala sisa karena mulai mengecil kaki dan pahanya. Kaki kirinya mengecil,” kata Prima.
Asisten Daerah Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Jawa Barat Dedi Supandi mengatakan, Jawa Barat akan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio. “Purwakarta dulu status KLB, nanti dari posisi seperti itu Jawa Barat dibuat status KLB. Kita punya target 3,9 juta balita,” kata dia.
Dedi berujar 29 Maret 2023 akan dilakukan pelatihan di seluruh kabupaten/kota termasuk penentuan target imunisasi masing-masing. Jawa Barat masih menunggu pengiriman vaksin polio. “Vaksin akan didistribusikan lewat Puskesmas,” kata dia.
Menurutnya temuan kasus tersebut di Jawa Barat berasal dari surveilans balita yang mengalami lumpuh layuh. Setiap daerah dipatok untuk memeriksa sampel 3 balita yang mengalami lumpuh layuh untuk setiap 100 ribu penduduk . “Surveilains ini menjadi deteksi dini sehingga muncul keputusan hari ini terkait KLB Polio,” kata dia.
Kasus positif polio tersebut ditemukan pada seorang anak perempuan berusia 4 tahun 5 bulan yang menunjukkan gejala lumpuh layuh. Balita perempuan warga Kampung Cadas Bodas, Desa Tegal Datar, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta tersebut sebelumnya sempat dibawa ke Puskesmas setempat karena mengeluh demam. Balita terebut memiliki riwayat gangguan tumbuh kembang sejak usia 2 tahun dengan gejala yang terlihat berupa tidak dapat berjalan dan berbicara. Pemeriksaan sampel tinja anak tersebut mendapati positif virus polio tipe 2 VDPV.
Pilihan Editor: Kemenkes Beri Imunisasi Rutin di Wilayah Risiko Tinggi Polio
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini