Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kemenkes: Tren Kasus Stroke Alami Peningkatan dan Jadi Penyebab Kematian Tertinggi

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2023, angka pravalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 persen.

29 Oktober 2024 | 17.26 WIB

Ilustrasi stroke. healthline.com
Perbesar
Ilustrasi stroke. healthline.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan tren jumlah pasien stroke cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2023, angka pravalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pravalensi adalah ukuran frekuensi penyakit atau kondisi kesehatan dalam suatu populasi pada titik waktu tertentu. Angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan data pada 2018 yaitu mencapai 10,9 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Meskipun angka pravalensi mengalami penurunan, Nadia mengatakan, angka sebenarnya bisa lebih banyak. Sebab, kata Nadia, masyarakat Indonesia tiap tahun mengalami peningkatan. “Jadi meski angkanya turun, pasien bertambah,” kata Siti dalam Webinar Peringatan Stroke Sedunia, Selasa 29 Oktober 2024.

Menurut Nadia, peningkatan jumlah pasien stroke itu membuat beban biaya penyakit tersebut masuk dalam peringkat ketiga setelah jantung dan kanker. Beban pembiayaan stroke mencapai Rp 5,2 trilun pada 2023. Sedangkan, penyakit jantung sebesar Rp 17,6 triliun dan kanker sebesar Rp 5,9 triliun. 

Belum lagi, berdasarkan data 2023, Stroke masih menjadi penyakit dengan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Disusul, penyakit jantung iskemik, diabetes melitus, dan tuberculosis.

Nadia menjelaskan, fakto penyebab stroke adalah pola hidup tidak sehat. Pola hidup tak sehat itu seperti merokok, kurang konsumsi buah dan sayur, hingga kurang aktivitas fisik. 

Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Yudhi Pramono, mengatakan, stroke merupakan penyebab utama disabilitas dan kematian nomor dua di dunia. Di Indonesia, stroke menjadi penyebab utama kecacatan dan kematian, yakni sebesar 11,2 persen dari total kecacatan dan 18 persen dari total kematian.

Ia menilai, 90 persen penyakit stroke dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dislipidemia, gangguan jantung, kurangnya aktivitas fisik, diet atau pola makan yang tidak sehat, stress, serta mengkonsumsi alkohol

“Ini sangat disayangkan, yah, karena 90 persen stroke itu dapat dicegah melalui pengendalian faktor risikonya,” kata Yudhi

Yudhi juga menyampaikan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan selama minimal 30 menit dan 5 kali dalam seminggu dapat menurunkan faktor risiko stroke sebesar 25 persen. Selain itu, aktivitas fisik juga membantu menjaga berat badan ideal, mengontrol tekanan darah, dan meningkatkan kesehatan jantung.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah berupaya meningkatkan deteksi dini dislipidemia pada pasien diabetes melitus dan hipertensi sebagai upaya pencegahan stroke, dengan target pada 2024 sebesar 90 persen atau sekitar 10,5 juta penduduk. Namun, saat ini capaian deteksi dini stroke baru mencapai sekitar 11,3 persen dari target.

Diperlukan upaya yang lebih masif dengan melibatkan berbagai pihak, baik dari pemerintah, akademisi, organisasi profesi, sektor swasta, maupun masyarakat, untuk meningkatkan capaian deteksi dini stroke sebagai upaya menurunkan risiko stroke di Indonesia.

Hendrik Yaputra

Hendrik Yaputra

Bergabung dengan Tempo pada 2023. Lulusan Universitas Negeri Jakarta ini banyak meliput isu pendidikan dan konflik agraria.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus