Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah pasien Covid di Kabupaten Bantul kesulitan mendapatkan tes swab PCR (Polymerase Chain Reaction) di Pusat Kesehatan Masyarakat karena laboratorium pemeriksa sampel kewalahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hampir dua pekan, Dipna Videlia Putsanra bersama delapan anggota keluarganya menjalani isolasi mandiri. Hasil swab antigen menunjukkan Dipna dan tujuah anggota keluarganya positif pada 21 Juni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dipna menghubungi Puskesmas Banguntapan 1, Bantul untuk mengakses tes swab PCR. Rupanya Puskesmas tersebut hanya menyediakan swab antigen.
Kepada petugas, kakak Dipna, Christian Haryo menanyakan swab evaluasi setelah 14 hari isolasi mandiri. Petugas menyatakan puskesmas tidak menyediakan sawb antigen maupun PCR. “Mereka malah menyarankan kami swab mandiri,” kata Dipna, Ahad, 4 Juli 2021.
Petugas dan dokter Puskesmas Bantul 1 enggan menjawab alasan tidak menyediakan swab antigen dan PCR ketika dikonfirmasi dengan alasan pernyataan hanya satu pintu melalui Dinas Kesehatan Bantul. Kepala Dinkes Bantul Agus Budi Raharjo, mengatakan untuk memeriksa kontak erat pasien tanpa gejala dan gejala ringan cukup menggunakan swab antigen sesuai pedoman Kementerian Kesehatan.
Pemkab Bantul mengerem penggunaan swab PCR dengan alasan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta kewalahan menguji sampel tes usap. Uji sampel yang membeludak menjadi pertimbangan Pemkab Bantul membatasi penggunaan swab PCR. “Antrian belum terurai. Mengambil alternatif supaya diagnosa bisa ditegakkan,” kata Agus.
Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta, Irene, mengatakan terjadi penumpukan sampel Covid dari RS dan puskesmas di DIY dan Jawa Tengah sejak tiga pekan lalu. Balai tersebut pernah menerima 3 ribu sampel per hari. “Kami setop pemeriksaan sampel dari Jawa Tengah,” kata Irene.
Pada 1 Juli, balai tersebut memeriksa 1.075 sampel. Padahal kapasitas dua alat untuk memeriksa sampel per hari di laboratorium ini hanya 1.000 sampel. Setiap pemeriksaan sampel membutuhkan waktu tiga hingga empat jam. Untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan sampel yang masuk, Irene menambah 3-4 jam kerja 17 petugas dan 15 relawan di laboratorium.
Mereka bekerja dalam dua shift selama sepekan. Balai semakin kerepotan karena sebagian tenaga pemeriksa sampel kini terinfeksi Covid dan harus menjalani isolasi mandiri. Irene telah mengupayakan penambahan petugas pemeriksa sampel dari Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan. Dia berharap laboratorium pemeriksa sampel lainnya meningkatkan kapasitas pemeriksaan untuk meringankan balainya.
SHINTA MAHARANI
Baca: RSUP Dr Sardjito Kehabisan Oksigen, Kemenkes Kirim 2 Ton