Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Lestarikan Flora dan Fauna Langka, UGM Bangun Pusat Riset Biodiversitas

Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) akan membangun pusat laboratorium biodiversitas Indonesia untuk melestarikan genetik tanaman dan fauna.

10 Maret 2023 | 18.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada akan membangun pusat laboratorium biodiversitas Indonesia untuk melestarikan genetik tanaman dan fauna langka di Indonesia . Foto : UGM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) akan membangun pusat laboratorium biodiversitas Indonesia untuk melestarikan genetik tanaman dan fauna langka di Indonesia yang sekarang hampir terancam punah. Beberapa sumber genetik yang nantinya akan dilestarikan yakni sumber hewan komodo, burung cendrawasih, bunga raflesia dan beragam flora dan fauna endemik yang ada di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal itu disampaikan  oleh Dekan Fakultas Biologi UGM, Budi Setiadi Daryono, di sela-sela kegiatan peletakan batu pertama pembangunan laboratorium Moeso Suryowinoto Indonesia Biodiversity Center (MSIBC)  pada pembukaan rangkaian Dies ke-68 Fakultas Biologi UGM, Jumat, 10 Maret 2023 di selasar kampus Biologi Universitas Gadjah  Mada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Budi Daryono mengatakan pembangunan laboratorium ini akan selesai dalam waktu 5-6 bulan yang akan diresmikan pada puncak upacara Dies Biologi UGM pada 19 September mendatang. Bangunan tiga lantai ini menurut Budi akan menggunakan teknologi biometrik dan kultur jaringan.

Pemanfaatan teknologi kultur jaringan menurut Budi sudah diterapkan dalam pelestarian berbagai jenis anggrek asli Indonesia. “Untuk anggrek sendiri sudah diteliti lebih dari 40 tahun, sekarang ini banyak biodiversitas flora dan fauna termasuk mikroba dan virus, berbagai flora dan fauna endemik bagi indonesia akan kita teliti,” katanya pada Jumat, 10 Maret 2023.

Soal gedung laboratorium biodoiversitas ini, kata Budi, terdiri atas banguna tiga lantai dengan ukuran 30 x 12 meter persegi dengan desain gedung menyerupai biji anggrek. “Dibuat dan didesain sebagai bangunan ikonik berasal dari struktur biji anggrek. Kami juga bekerja sama dengan perusahaan metaverse untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga gedung ini nantinya bisa digunakan untuk riset, kerja sama kolaborasi dan sinergi,” jelasnya.

Terkait penamaan laboratorium yang menggunakan nama Profesor Moeso Suryowinoto, menurut Budi Daryono, hal itu sebagai salah satu bentuk penghargaan dari fakultas Biologi kepada Prof Moeso yang telah mendedikasikan hidupnya dalam pengembangan fakultas dan pelestarian anggrek di Indonesia pada era tahun 1970-an.

“Kami membangun lab ini di atas lahan bekas bangunan laboratorium kultur jaringan yang didirikan Prof Moeso dulu dengan menggunakan uang pribadi. Kita ingin mengenang jasa beliau beliau lewat nama bangunan ini," katanya.

Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha dan Kerja Sama UGM, Ignatius Susatyo Wijoyo, mengapresiasi dimulainya pembangunan gedung laboratorium untuk riset biodiversitas. “Prof Moeso dikenal sebagai bapak anggrek dan sekarang ini diteruskan oleh Prof Endang, kami bisa sebutkan sebagai ibundanya anggrek Indonesia,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Ignatius menuturkan bahwa bangsa Indonesia patut berbangga jika hingga saat ini negara kita masih memiliki kekayaan hayati yang berlimpah di tengah keanekaragaman hayati global yang terus mengalami degradasi.

“Sekitar satu juta spesies tumbuhan terancam punah dan begitu juga dengan biota laut karena eksploitasi, polusi dan akibat konservasi lahan tidak terkendali,” jelasnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus